Minggu, 01 Desember 2013

Indonesia akan Perkuat Armada Kapal Selam

Kapal Selam Kilo
Kapal Selam Kilo

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan penambahan kapal selam sangat penting dalam modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) Indonesia. Jika Indonesia memiliki armada kapal selam lengkap, Menteri Pertahanan yakin pertahanan negara akan lebih kuat sehingga Indonesia tidak mudah disadap pihak asing.
“TNI Angkatan Laut mengatakan, kalau RI punya kapal selam 10-15 buah, kita tidak akan disadap lagi,” ujar Purnomo Yusgiantoro dalam diskusi panel bertajuk ‘Membangun Kemampuan Kekuatan Pertahanan Berkelanjutan’ yang diselenggarakan Forum Pemred di Jakarta, Jumat 29 November 2013.
Menurut Purnomo, pembangunan sistem pertahanan merupakan bagian dari harga diri bangsa. “Bangsa yang kuat adalah bangsa yang kuat pertahanannya,” ujar dia.
Namun dinamika politik bisa mengancam proses pembangunan alutsista yang telah dipersiapkan dan tengah dilakukan. “Kalau presidennya tidak mengerti militer, bisa saja program tidak berlanjut. Jadi komitmennya harus kuat,”.
Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Siddiq, dalam forum ini mengatakan TNI Angkatan Laut masih lemah dalam menjaga pertahanan laut. TNI AL perlu diperkuat dengan pembangunan alutsista berupa armada kapal selam yang lengkap.
Sebelumnya, terungkap Indonesia menjadi target penyadapan Australia dan Amerika Serikat. Badan Intelijen Australia (DSD) menyadap ponsel Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah pejabat tinggi RI pada Agustus 2009.

Dewan Mufti Rusia diwakili Syeikh Ravil Gaynutdin memberikan lencana paling bergengsi bintang Al-Fahr kepada Dubes Hamid Awaludin, (28/11/2011) (photo: Aji Surya/Counsellor KBRI Moskow)
Dewan Mufti Rusia diwakili Syeikh Ravil Gaynutdin memberikan lencana paling bergengsi bintang Al-Fahr kepada Dubes Hamid Awaludin, (28/11/2011) (photo: Aji Surya/Counsellor KBRI Moskow)

Motif Penyadapan
Mantan Duta Besar RI untuk Rusia, Hamid Awaluddin, menduga penyadapan oleh Australia untuk membidik rencana RI membeli kapal selam Rusia. Pasalnya, tarik-ulur atau negosiasi seputar jadi-tidaknya Indonesia membeli kapal selam Rusia terjadi pada Agustus 2009.
“Teknologi kapal selam yang saat itu hendak dibeli Indonesia dari Rusia sungguh dahsyat. RI berencana membeli dua kapal selam. Kalau jadi, (Australia) tentu takut sama kita,” kata Hamid kepada VIVAnews beberapa waktu lalu.
Sejumlah pejabat RI yang ketika itu disadap oleh Australia, diyakini Hamid ada kaitannya dengan rencana pembelian kapal selam Rusia itu. “Sofyan Djalil saat itu Menteri Negara BUMN, Sri Mulyani Indrawati saat itu Menteri Koordinator Perekonomian. Mereka terkait dengan aspek ekonomi negosiasi itu (kapal selam), yakni pembiayaan. Ada anggarannya atau tidak,” kata Hamid.
Penyadapan terhadap Sofyan Djalil juga terkait dengan dana BUMN untuk membangun dermaga kapal selam tersebut. Sementara Dino Patti Djalal yang juga disadap ketika itu merupakan Juru Bicara Presiden Bidang Luar Negeri. Komunikasi-komunikasi dari pihak asing sangat mungkin masuk melalui Dino.
Pada akhirnya, kata Hamid, Indonesia batal membeli kapal selam Rusia karena alasan keterbatasan biaya. RI akhirnya lebih memilih membeli kapal selam Korea Selatan.
Rusia pada tahun 2012 memiliki 60 kapal selam bertenaga nuklir dengan teknologi canggih. Meskipun pembelian kapal selam dari Rusia batal dilakukan pada tahun 2009 itu, kini Rusia kembali menawarkan 10 unit kapal selamnya kepada Indonesia

Pilot TNI AU Ditahan Australia, Hercules Tetap Dikirim

Pesawat Hercules C-130 Hibah dari Australia (photo : RAAF)
Pesawat Hercules C-130 Hibah dari Australia (photo : RAAF)

Dua pilot Angkatan Udara Indonesia ditahan di Darwin karena diduga mencoba menyelundupkan burung Nuri Australia di dalam salah satu dari sembilan pesawat Hercules C-130 RAAF yang akan diserahkan ke Jakarta.
Dua kru pesawat itu bagian dari kelompok yang dilatih di Royal Australian Air Force Base Richmond, untuk menerbangkan Hercules, yang diserahkan kepada Indonesia meski ketegangan diplomatik terjadi disebabkan tindakan Australia memantau telepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
The Australian Customs and Border Protection Service (ACBPS) mengeluarkan pernyataan, hanya dua warga negara Indonesia yang diinvestigasi dalam kaitannya dengan dugaan penyelundupan satwa liar.
“Karena ini masih proses investigasi, ACBPS tidak akan mengeluarkan komentar lebih lanjut,”ujar ACBPS .
“Australia memiliki hukum yang sangat kuat untuk melindungi satwa liar terhadap aktivitas ilegal dan ACBPS mengambil tindakan terhadap setiap upaya pelanggaran hukum.”

Pesawat Hercules C-130 Hibah dari Australia (photo : RAAF)
Pesawat Hercules C-130 Hibah dari Australia (photo : RAAF)

Pesawat pertama dari sembilan Hercules C-130 telah diserahkan (was handed over) meskipun Indonesia menghentikan kerjasama militer dan keamanan dengan Australia, pasca kasus skandal mata-mata meletus .
Australia memahami Indonesia telah membayar $ 30 juta untuk pesawat dan angkatan udara Indonesia sangat membutuhkannya untuk membawa peralatan dan personil di kepulauan Indonesia yang luas.
Hercules pertama dari pesawat C-130H model lama telah diperbaharui dan dicat dengan warna Indonesia .
Sembilan pesawat tersebut telah bertahun-tahun terlibat tugas berat aktifitas RAAF di Irak dan Afghanistan. Pesawat angkut ini telah diganti dengan Hercules model lebih baru, serta pesawat angkut raksasa C- 17 Globemaster ll, untuk Royal Australian Airforce .

Indonesia Malaysia dan Sukhoi T-50 PAK FA


SAAB Swedia tawarkan JAS-39 C/D Gripen kepada Malaysia (photo: SAAB)
SAAB Swedia tawarkan JAS-39 C/D Gripen kepada Malaysia (photo: SAAB)

Perusahaan SAAB Swedia, optimis Malaysia akan memilih pesawat tempur lightweight single engine multirole JAS-39 C/D Gripen, sebagai pengganti MiG-29N Fulcrum Tentera Udara Diraja Malaysia (TUDM) yang akan dipensiunkan. Juru bicara SAAB Internasional, Thimas Linden mengatakan (20/11/2013), TUDM sedang mengkaji pesawat JAS-39 C/D Gripen dan pejabat Malaysia telah melakukan kunjungan ke SAAB Swedia.
Pesawat tempur JAS-39 C/D Gripen, merupakan satu dari empat calon pengganti MiG-29N Fulcrum TUDM. Pesaing lainnya:  Boeing F/A-18E/F Super Hornet AS, Rafale Perancis dan Eurofighter Typhoon Inggris.
SAAB merasa cukup optimis karena Angkatan Tentera Malaysia (ATM) juga menggunakan berbagai produk buatan SAAB termasuk: Multirole man-portable shoulder-fired weapon Carl-Gustaf, Combat Management System Saab 9LV Mk4 untuk frigate Tentera Laut Diraja Malaysia (TLDM) 9LV, serta Radar Pertahanan Udara Giraffe 40.
SAAB Swedia juga menyuplai Radar Sea Giraffe untuk (KD) Lekiu, Radar ARTHUR “Artillery Hunting Radar”, Electronic warfare (EW) system untuk Sukhoi 30 MKM, serta radar maritim. Kerjasama militer Malaysia denga SAAB cukup meningkat pesat, untuk itu SAAB optimis akan didaulat sebagai pemenang tender pengganti Mig 29N TUDM.

Dassault Rafale Perancis
Pesawat Tempur Rafale, Dassault Aviation Perancis

Namun Perancis melalui Dassault Aviation tidak kalah cerdik dalam menawarkan pesawat tempur Rafale. Dassault Aviation menawarkan perakitan pesawat tempur Rafale di Malaysia. Mereka juga siap berbagi teknologi dan Malaysia didaulat untuk ikut memasok sebagian komponen pesawat tempur Rafale.
Menurut perwakilan Dassault Aviation, Daniel Fremont, apa yang ditawarkan Dassault Aviation merupakan proyek khusus, untuk membangun pesawat masa depan Malaysia. “Objektif utama bukan ekonomi, tetapi pendidikan agar anda dapat menyelenggarakan sendiri jet berkenaan”, ujar Daniel Fremont merayu.
Tidak hanya Dassault Aviation dan SAAB, Eurofighter Typhoon Inggris juga optimis karena merasa memiliki kedekatan sesama negara persemakmuran, begitu pula dengan Boeing F/A-18E/F Super Hornet AS, yang mempunyai tekanan politik tinggi untuk suplai suku cadang dan persenjataan F/A- 18 yang dimilii Malaysia saat ini. Di saat-saat terakhir, Rosoboronexport Rusia juga masuk menawarkan paket upgrade Mig-29N Malaysia, untuk memperpanjang usia pesawat 40 tahun.

Mig-29 N RMAF, Malaysia
Mig-29 N RMAF, Malaysia (photo: Airliners.net)

Yang mana akan dipilih Malaysia ?.
Malaysia masuk dalam situasi dilematis. Meng-upgrade atau mengganti Mig 29N Fulcrum dengan pesawat-pesawat generasi ke 4 di atas, tidak memecahkan persoalan, ketika negara tetangga seperti Singapura akan dilengkapi pesawat siluman generasi ke 5, F-35 dari Amerika Serikat. Sementara Indonesia pun belum menentukan pilihannya.
Jika negara tetangganya Singapura akan dilengkapi pesawat siluman generasi ke 5, F-35, maka membeli pesawat tempur generasi ke 4, untuk proyeksi masa depan, adalah sesuatu yang mubazir.
Pada bulan Februari 2003 Singapura bergabung dalam program pembuatan pesawat tempur siluman F-35. Sebagai anggota Security Cooperative Participant (SCP), Singapura diberi kesempatan untuk mengeksplorasi F-35 sesuai kebutuhan khusus yang diinginkan. Singapura kemungkinan memilih model F-35B yang memiliki fungsi STOVL(short take-off and vertical landing). F-35 Joint Strike Fighter (JSF) programme, melibatkan 10 negara di luar AS yakni: Inggris, Italia, Kanada, Norwegia, Turki, Denmark, Belanda, Australia, Jepang dan Korea Selatan.
Setelah digelarnya Langkawi International Maritime and Aerospace Exhibition LIMA, 26 Maret 2013, Malaysia mulai tertarik dengan SU 35 Hunter Killer atau Sukhoi T-50 PAK FA. Namun dalam Paris Airshow 21 Juni 2013, Wakil Rosoboronexport Victor Komardin hanya menawarkan tambahan Sukhoi SU-30M Flanker, yang merupakan jet tempur tercanggih yang dioperasikan Royal Malaysian Air Force/ RMAF.

Sukhoi T-50 PAK FA
Sukhoi T-50 PAK FA

Atas keinginan Malaysia untuk mendapatkan Sukhoi T-50 PAK FA, Victor Komardin menjelaskan:”Rusia sedang menimbang permintaan pesawat generasi kelima, seperti yang diinginkan pemerintah Malaysia. Pilihannya mungkin Sukhoi PAK FA atau versi flanker yang lebih advance, yakni SU-35″. Malaysia belum mendapatkan jawaban.
Akibatnya, tanggal 9 September 2013 Menteri Pertahanan Malaysia Datuk Seri Hishammuddin Hussein menyampaikan pernyataan yang cukup mengejutkan. Menurutnya tidak ada rencana dari pemerintah saat ini untuk mengganti skadron Mig-29 dengan pesawat tempur yang baru. Penggantian dan pembelian pesawat tempur baru, harus dilihat dalam konteks keamanan dan ancaman negara Malaysia.
“Untuk saat ini, pemerintah belum memiliki rencana untuk mengganti Mig-29 ataupun Sukhoi. Kami justru mengupayakan pemenuhan persenjataan untuk skadron helikopter Agusta dan upgrade Helikopter Nuri”, ujar Menteri Pertahanan Malaysia.
Situasi serupa juga dialami oleh Korea Selatan. Namun Korsel telah mengambil keputusan dengan mendepak F-15 Silent Eagle – Boeing, atau pun Typhoon – Eurofighter, dan langsung lompat membeli pesawat generasi kelima F-35 Lockheed Martin. Korea Selatan mengambil langkah tersebut karena negara tetangganya seperti China, Jepang dan Rusia juga menyiapkan pesawat generasi ke 5. Prototype Sukhoi T-50 PAK FA pertama kali terbang 29 Januari 2010. Angkatan Udara Rusia diproyeksikan menerima 60 pesawat Sukhoi T-50 PAK FA pada tahun 2016.

Bagaimana dengan Indonesia ?
Posisi Indonesia hampir sama dengan Malaysia. Indonesia lebih sulit lagi karena RAAF Australia sebentar lagi menerima pesawat F-35 pertamanya, yakni bulan Juni 2014. Tidak terbayangkan pesawat F-35 Singapura dan Australia bisa menari-nari di dekat wilayah atau di atas wilayah udara Indonesia, tanpa kita mampu mendeteksinya.
Jika Singapura berkonflik dengan Malaysia, tentunya F-35 Republic of Singapore Air Force’s (RSAF) bisa diposisikan sebagai armada pemukul, untuk menusuk ke dalam wiayah Malaysia. Sementara F-16 block 52 diposisikan sebagai air defence. Skenario yang sama diterapkan Korea Selatan dalam mengantisipasi ancaman Korea Utara. Australia pun tampaknya tidak jauh dari skenario tersebut.
Seperti apa skenario Indonesia untuk menghadapi tantangan dan perubahan ini ?. Belum jelas. langkah Indonesia dan Malaysia, sama sama belum jelas dalam mengantisipasi kehadiran F-35 atau pesawat siluman dari tetangganya.

F-16 Block 25 yang dihibahkan ke Indonesia selagi bertugas di Air National Guard (photo; F-16.net)
F-16 Block 25 yang dihibahkan ke Indonesia selagi bertugas di Air National Guard (photo; F-16.net)

Untuk mengisi kurangan pesawat saat ini, Indonesia justru membeli 24 pesawat bekas F-16 block 25 dari AS. Indonesia telah melepas salah satu kartu truf-nya dengan pembelian pesawat lawas tersebut. Dalam 5-10 tahun ke depan pesawat SU-30 MK2 dan F-16 block 25 Indonesia, harus berhadapan dengan F-16 block 52 dan F-35 Singapura, atau F/A 18 Hornet dan F-35 Australia.
Australia dan Singapura terlihat memiliki agenda yang lebih terukur.
Indonesia belum bisa berharap banyak dengan proyek pesawat tempur KFX. AS masih mencoba menarik proyek KFX ini agar menjadi KFX E, singgle engine yang lebih sebagai upgrade single TA-50 atau F-16. Sementara Korea Selatan bersikukuh untuk membangun KFX C103 twin engine dengan fitur weapons bay (stealth). Tanpa didukung AS, Korea Selatan akan kesulitan untuk mendapatkan fitur stealth tersebut. Kasus Korea Selatan ini mirip dengan cerita saat Jepang ingin membangun pesawat tempur sendiri namun diredam oleh AS.
Kalau pun jadi, pesawat KFX akan operasional sekitar tahun 2023-atau 2025. Untuk menutup gap tersebut, Korea Selatan memesan 40 pesawat F-35 dalam menghadapi tantangan di depan mata.

Rabu, 27 November 2013

Australia sadap operasi militer Indonesia di Timor-timur 1999

Australia sadap operasi militer Indonesia di Timor-timur 1999
Atraksi HUT TNI. ©2012 Merdeka.com/imam



Bukan sekali dua kali Australia menyadap pejabat di Indonesia. Beberapa fakta menunjukkan intelijen Australia pun menyadap komunikasi militer Indonesia tahun 1999 saat krisis Timor Timur.

Saat itu Defence Signals Directorate (DSD) begitu leluasa mengorek beberapa informasi penting dari komunikasi militer Indonesia. Australia memang menjadi salah satu tulang punggung United Nations Mission in East Timor (UNAMET). Misi PBB yang mengawasi jalannya referendum Timor-timur. Akan tetap bergabung dengan Indonesia, atau memilih merdeka. UNAMET mulai bertugas 11 Juni 1999.

Fakta penyadapan ini dituturkan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Roy Suryo , yang juga pakar teknologi informasi. Beberapa tulisan juga telah dipublikasikan di Sidney Morning Herald edisi 14 Maret 2002.

Tak tanggung-tanggung, yang disadap tokoh-tokoh kunci di Badan Intelijen Negara dan petinggi TNI/Polri.

Berikut jalannya penyadapan tahun 1999 tersebut.


Australia sadap operasi militer Indonesia di Timor-timur 1999
Figure terkait

1. Tim elite Tribuana menyusup ke Timor-timur

Intelijen Australia mendapat informasi satuan elite Kopassus yang diberi sandi Satgas Tribuana masuk ke Timor-timur. Australia menduga pasukan ini melaksanakan misi terselubung. Percakapan tersebut diberi tanggal 9 Februari 1999.

Diketahui salah satu Komandan Satgas Tribuana adalah Letkol Yayat Sudrajat. Perwira menengah Korps Baret Merah ini kemudian menjalani sidang Pengadilan HAM Ad Hoc Jakarta Pusat, 30 Desember 2002.

Yayat mengaku tugas Kopassus di sana bukan operasi militer, tetapi operasi pembinaan atau teritorial. Dia juga membantah Kopassus terlibat kerusuhan berdarah di Liquica tahun 1999.

Yayat akhirnya divonis bebas karena tak terbukti berperan dalam pelanggaran HAM di Timor-timur.
 

Australia sadap operasi militer Indonesia di Timor-timur 1999
Figure terkait

2. Percakapan Tribuana dengan Eurico Guterress

Eurico Guterres adalah komandan milisi pro-integrasi. Dia gigih memperjuangkan bergabungnya Timtim dengan Indonesia.

Intelijen Australia sempat menangkap pembicaraan Eurico dengan Tim Tribuana tanggal 14 Februari 1999. Saat itu Tim elite Kopassus tersebut menanyakan anak buah Eurico yang jadi korban kerusuhan.

Eurico menjadi komandan laskar Mahidi, mati hidup ikut Indonesia. Tribuana menjanjikan Eurico, TNI akan memberikan perhatian.

"Kami menjamin Brigjen Simbolon peduli pada anak buahnya yang terluka," garansi Tim Tribuana.

Australia sadap operasi militer Indonesia di Timor-timur 1999
Figure terkait

3. Danrem tanyakan kekuatan milisi

Intelijen Australia juga menyadap percakapan Komandan Korem 164/Wiradharma Kolonel Tono Suratman dengan Eurico Guterres. Tono menanyakan dimana kekuatan massa pro-integrasi yang bisa unjuk gigi.

Saat itu Eurico melaporkan ada 400 milisi bersiaga di luar sebuah hotel di Dili. Penyadapan ini menunjukkan TNI punya hubungan dekat dengan milisi pro-integrasi. Percakapan ini tercatat tanggal 5 Mei 1999.

Tahun 2002, Eurico sempat diadili karena diduga terlibat pelanggaran HAM dan kerusuhan di Timor-timur saat referendum. Dia dijatuhi hukuman 10 tahun. Namun dalam peninjauan kembali (PK), Mahkamah Agung memutuskan Guterress bebas.

Kolonel Tono sendiri tetap bertugas di TNI. Sempat menjadi Pangdam VI Tanjungpura di Kalimantan dan Asisten Operasi Kasad, dengan pangkat mayor jenderal.
 
Australia sadap operasi militer Indonesia di Timor-timur 1999
Figure terkait

4. TNI di belakang demo anti-UNAMET

Salah satu info penting yang disadap intelijen Australia adalah percakapan petinggi Badan Intelijen Strategi ABRI Brigjen Ariffudin. Terungkap TNI turut membantu demonstrasi massa pro-integrasi terhadap UNAMET.

TNI menyediakan material demonstrasi anti misi PBB di Timor-timur ini. Di antaranya bendera dan kaos.

"5.000 kaos sudah disiapkan dan 10.000 lainnya masih diproduksi." Demikian informasi per tanggal 9 Agustus 1999.

Selain itu ada juga penyadapan percakapan antara Mayjen Zaky Anwar Makarim dengan perwira polisi terkait penghitungan suara referendum.

Australia sadap operasi militer Indonesia di Timor-timur 1999
Figure terkait

5. Tim Kiper-9 buru milisi prokemerdekaan

20 September 2009, Australia menyadap percakapan antar para petinggi TNI. Mayjen Zaky Anwar Makarim, Letjen Yunus Yosfiah dan Letjen Hendropriyono mendiskusikan soal 'pemindahan populasi'.

Diduga merupakan upaya antisipasi jika referendum tanggal 30 Agustus, dimenangkan massa pro-kemerdekaan.

Tanggal 21 Agustus, ada percakapan antara TNI dengan politikus pro-Indonesia Francisco Xavier Lopez da Cruz. Intinya Kopassus membentuk tim pemburu Kiper-9.

Misinya memburu tokoh-tokoh pro-kemerdekaan, atau orang-orang pro-Indonesia yang membelot pada lawan.

Ini 4 Sandi operasi penyadapan asing diduga targetkan Indonesia

Ini 4 Sandi operasi penyadapan asing diduga targetkan Indonesia
satelit. shutterstock
Operasi penyadapan dengan Indonesia sebagai korban rupanya sudah terjadi sejak lama. Operasi tersebut dilakukan dalam berbagai nama sandi operasi. Kabar mengejutkan mengenai penyadapan yang terjadi di Indonesia juga disampaikan harian The Australian. Media ini menuliskan bahwa pemerintah Australia juga menyadap satelit Palapa milik Indonesia. Pihak yang diduga menyadap adalah Australian Signals Directorate (ASD), salah satu direktorat di Kementerian Pertahanan Australia yang bertanggung jawab atas signals intelligence (SIGNIT).

Informasi mengenai penyadapan satelit ini diungkap Des Ball, professor dari Australian National University's Strategic and Defence Studies Centre. Dalam artikel itu, Satelit Palapa disebut-sebut sebagai sasaran kunci penyadapan yang dilakukan Australia.

Sebelum mencuat soal penyadapan satelit Palapa, surat kabar Australia Sydney Morning Herald pada 29 Oktober 2013 juga mengabarkan adanya penyadapan yang dilakukan pemerintah AS terhadap pemerintah Indonesia. Bahkan bukan hanya Jakarta, AS juga disebut-sebut menyadap semua negara di Asia Tenggara lainnya. Berikut ini sandi operasi penyadapan dengan Indonesia sebagai korban yang sudah dilakukan sejak lama, seperti dirangkum dari data pengamat telematika Roy Suryo yang kini menjabat Menpora:

Ini 4 Sandi operasi penyadapan asing diduga targetkan Indonesia
Figure terkait

1. Echelon and friendship (NSA 1990)

Echelon adalah nama sandi untuk menggambarkan kerja sama pengumpulan data informasi oleh lima negara yaitu Australia, Kanada, Selandia Baru, Inggris dan Amerika Serikat, disingkat AUSCANNZUKUS. Echelon merupakan bentuk kerja sama mengumpulkan sinyal intelijen dengan menganalisis jaringan berbagai negara.

Echelon digambarkan sebagai satu-satunya sistem piranti lunak yang mengontrol pengunduhan serta penyebaran hasil penyadapan satelit komunikasi komersial. Echelon juga digunakan untuk memonitor komunikasi militer serta diplomasi Uni Soviet dan Blok Timur pada era Perang Dingin tahun 1960-an. Pada akhir abad ke-20, Echelon berfungsi lebih luas menjadi sistem penyadapan global untuk komunikasi komersial maupun partikelir.

Menurut sebuah laporan parlemen Eropa, Echelon mampu menyadap panggilan telepon, faksimile, e-mail dan data lainnya yang tersambung lewat transmisi satelit maupun PSTN (public switched telephone network) tempat lalu lintas internet.
 
Ini 4 Sandi operasi penyadapan asing diduga targetkan Indonesia
Figure terkait

2. Jupiter and Larkswood

NBC pernah memberitakan bahwa stasiun penyadapan terbesar badan intelijen Australia DSD berada di Shoal Bay dekat Darwin. Sepanjang 1999 sebanyak 120-150 orang bekerja di sana mendengarkan traffic radio di Indonesia, merekam sinyal terenskripsi dan memonitoring percakapan telepon satelit.? Sistem ini memantau percakapan antara ABRI dengan milisi di Timor-Timur, antara ABRI dengan komando daerah di Dili dan antara Dili dengan markas Kodam di Denpasar. Sambungan lain yang disadap adalah antara Dili dengan Jakarta.

Data lain dari Desmond Ball dalam 'The Defence Presence in the Northern Territory', ada sistem penyadapan dengan sandi Larkswood. Sistem ini menyadap komunikasi satelit terutama yang menggunakan satelit Palapa. Dari semula hanya ada dua piringan antena, pada akhir 90-an sudah ada 11 antena untuk menyadap berbagai komunikasi satelit di Indonesia. Aksi penyadapan ini dilakukan terhadap pejabat militer Indonesia yang lebih menggunakan telepon satelit dalam berkomunikasi dibandingkan dengan komunikasi radio.

Ini 4 Sandi operasi penyadapan asing diduga targetkan Indonesia
Figure terkait

3. Orion Spy Satellite (1999)

Orion Spy Satellite adalah operasi penyadapan komunikasi seluler Jakarta dan Dili. Penyadapan dilakukan lewat satelit mata-mata Orion dengan orbit di atas wilayah Indonesia. NBC pernah memberitakan soal ini pada 12 September 1999.

Satelit Orion berposisi 22.300 mil di atas Indonesia. Secara teori, satelit ini bisa menyadap komunikasi walkie talkie dari Timor Timur. Informasi bisa dikirim real time ke markas Australia di Pine Gap. Sambungan telepon dari Indonesia juga bisa disadap dan datanya dikirim ke Amerika Serikat.

Ini 4 Sandi operasi penyadapan asing diduga targetkan Indonesia
Figure terkait

4. Magic Lantern (FBI)

Magic Lantern adalah teknologi mata-mata penyadapan passphrase program enkripsi publik seperti Pgp via Implant virus penyadap pada komputer sasaran. Piranti lunak ini dikembangkan oleh Biro Penyelidik Federal (FBI) di mana agen bisa membaca data yang dibutuhkan dengan menyusupkan virus. Magic Lantern meng-instal software bernama keylogging ke komputer korban yang mampu merekam apa saja diketik korban di keyboardnya.
Dengan cara ini informasi-informasi penting bisa didapat untuk dikirim ke FBI. Sejauh ini belum ada laporan Magic Lantern menyadap komunikasi yang dilakukan dengan target di Indonesia. Namun setidaknya, Magic Lantern memberikan peringatan bahwa informasi sepenting apapun bisa disadap.

Pemerintah Tak Jadi Beli Hercules Australia

Pemerintah Tak Jadi Beli Hercules Australia
Pesawat angkut milier Hercules. TEMPO/Abdi Purmono

Pemerintah lewat Kementerian Pertahanan memutuskan membatalkan rencana pembelian enam pesawat angkut C-130 Hercules bekas dari Australia. Pemerintah juga menolak hibah empat unit pesawat serupa dari Negeri Kanguru itu.

"Proyek Hercules dari Australia digantikan," kata Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan Laksamana Muda Rachmad Lubis saat dihubungi Tempo, Selasa, 26 November 2013.

Pembatalan ini merupakan buntut pengungkapakan aksi penyadapan yang dilakukan pemerintah Australia pada 2009. Gusar pada tindakan negeri jiran itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono lantas menghentikan kerja sama pertahanan dengan Australia.

Sebelumnya, Indonesia dan Australia sepakat dengan transaksi jual-beli enam unit pesawat angkut militer Hercules seharga US$ 15 juta per unit. Australia pun menawarkan empat unit pesawat Hercules secara cuma-cuma, meski Indonesia diwajibkan membayar biaya perawatan dan perbaikan senilai US$ 15 juta per unit, jumlah yang sama dengan harga pesawat Hercules baru.

Rachmad Lubis mengatakan sampai saat ini pemerintah belum membayarkan uang ke Australia. Menurut dia, besarnya anggaran proyek Hercules bekas Australia masih dalam perhitungan. "Karena sifatnya adalah biaya untuk pemeliharaan pesawat," tuturnya.

Namun, Kementerian Pertahanan belum menentukan apaakh akan membeli pesawat angkut serupa dari negara lain. Sebab harga pesawat Hercules baru bisa mencapai lima kali lipat dari biaya hibah dari Australia. "Sementara kami masih wait and see," ujarnya.

Dituduh Bantu China Sadap Australia, Kemenhan dan TNI Bungkam

Kemenhan minta konfirmasi ke TNI. TNI belum menjawab.

Sjafrie Sjamsoeddin menjadi pembicara dalam workshop international yang bertema Enhancing Defence Cooperation on Public Affairs
Sjafrie Sjamsoeddin menjadi pembicara dalam workshop international yang bertema Enhancing Defence Cooperation on Public Affairs (VIVAnews/Ikhwan Yanuar)
Badan Intelijen Strategis Indonesia TNI (BAIS) dituduh menyadap telepon seluler warga Australia dan memberikan hasilnya ke China. Operasi spionase intelijen badan pertahanan Indonesia juga dituding mengincar diplomat Australia, perusahaan dan warga sipil negeri Kanguru tersebut.

Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menolak berkomentar mengenai itu saat dihubungi VIVAnews. Rabu 27 November 2013, melalui pesan singkat, Sjafrie meminta tudingan tersebut sebaiknya dikonfirmasi ke TNI langsung. "Sebaiknya tanya langsung ke Kapuspen (Kepala Pusat Penerangan) TNI," kata Sjafrie.

Hal senada juga disampaikan Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal TNI Sisriadi. Menurutnya, hal itu di luar kewenangan Kementerian Pertahanan. "Saya kira kalau ditanyakan kepada Kabais (Kepala Badan Intelijen Strategis) akan lebih tepat," ujarnya singkat.

News.com.au, memberitakan pada Senin 25 November 2013, sebuah sumber intelijen yang tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa Badan Intelijen Strategis Indonesia TNI (BAIS) menyadap telepon seluler warga Australia dan memberikan hasilnya ke China. Penyadapan telepon seluler, tulis media ini, hanyalah sebagian kecil dari operasi spionase yang mengincar diplomat Australia, perusahaan dan warga sipil.

Indonesia juga disebut memata-matai Australia dengan sebuah mobil van dengan teknologi pengintai China. Disebutkan, van itu kemungkinan menggunakan teknologi Barat yang dicuri China dan diberikan pada Indonesia oleh Departemen Ke-3 Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), yang diduga mitra kerja sama BAIS. Departemen ke-3 PLA bertugas untuk intelijen sinyal dan siber China, sementara Departemen ke-4 mengatasi perang siber.

Media ini juga mengutip situs jurnal "Intelligence Online". Dikatakan bahwa kerja sama mata-mata Indonesia-China disepakati pada kunjungan Kepala Angkatan Udara China Jenderal Ma Xiaotian ke Jakarta, Maret 2011 lalu. Saat itu Ma menghadiri pameran pertahanan dan keamanan Asia Pasifik.

Tidak seperti Australia dan AS, operasi mata-mata China disebut menggunakan model KGB Uni Soviet. Model ini menggunakan metode saturasi untuk mengumpulkan informasi, sehingga sulit diatasi.

Sementara itu jurnal pertahanan online Jane's Defence Weekly dalam laporannya mengatakan bahwa China  menawarkan pembangunan radar laut untuk Indonesia di titik-titik vital jalur pelayaran dunia.

Tawaran ini disampaikan pada kunjungan Presiden SBY ke Beijing Maret lalu. Tidak diketahui rincian sistem radar China ini, tapi diyakini jaringan radar ini ditawarkan untuk dibangun di Lombok, Selat Sunda, Kalimantan Barat dan Sulawesi.

Saat dikonfirmasi, Kepala Pusat Penerangan TNI Iskandar Sitompul menjawab singkat. "Itu hanya dugaan-dugaan saja. Kami akan dalami dulu," ujarnya.