Gambar pencitraan satelit mengungkapkan adanya dua artileri raksasa yang
masing-masing berukuran 33,5 meter dan 24,3 meter di pusat uji coba
armor dan artileri di barat laut wilayah Baotou, China, IHS Jane
melaporkan.
Dua buah artileri yang ukurannya tidak biasa dan disusun secara horizontal pada pad beton itu kemungkinan dipasang pertama kali di rentang September 2010 hingga Desember 2011, hal ini merujuk pada gambar pencitraan satelit pertama kali yang ditangkap. Kemudian gambar yang dibuat oleh Astrium pada Juli 2013 menunjukkan bahwa kedua artileri tersebut masih berada di tempatnya.
Pencitraan satelit pada 2011 menunjukkan jelas benda apa digambarkan yang sepanjang 33,5 meter tersebut, kemungkinan adalah artileri yang digunakan China untuk menguji coba penetrasi proyektil berkecepatan tinggi.
Secara historis, China memang menunjukkan minat besar pada artileri kaliber besar jarak jauh. Yang terkenal adalah eksperimen Xianeng 'supergun' pada tahun 1970 yang merupakan bagian dari Program anti-ballistic missile (Project 640). Panjangnya diperkirakan masih lebih kecil dari artileri yang ditangkap pencitraan satelit diatas (sekitar 26 meter). Proyek Xianfeng sendiri dihentikan pada tahun 1980.
Pada 1990-an terungkap bahwa China telah membuat 'supergun' jarak jauh yang mirip dengan Project Babylon 'supergun' Irak hasil rancang Gerald Bull. IHS Jane mengutip pernyataan Artillery & Air Defence bawah Bull juga memiliki keterlibatan penuh dalam merancang sistem artileri jarak jauh untuk Norinco China di era 1980-an.
Artileri di Baotou yang ditangkap oleh pencitraan satelit diatas dinilai menyerupai Project Babylon 'supergun' yang secara teoritis jangkauannya ekstrim atau bisa menargetkan satelit yang mengorbit. Babylon 'supergun' hasil rancang Bull berukuran panjang 45,7 meter.
Analis IHS Jane menyebutkan bahwa meskipun artileri di Baotou mirip dengan desain 'supergun' Bull, namun kemungkin bukan dimaksudkan sebagai artileri jarak jauh atau operasi anti-satelit. Hal ini mengingat bahwa China sudah memiliki rudal balistik jarak jauh yang lebih canggih apabila hanya untuk melaksanakan kedua misi tersebut.
Atau kemungkinan lainnya adalah bahwa China sesungguhnya hanya menggunakan kembali sistem artileri jarak jauhnya yang dibangun pada 1970-1990-an untuk serangkaian uji proyektil. Pandangan terakhir ini didukung oleh banyak analis.
Dua buah artileri yang ukurannya tidak biasa dan disusun secara horizontal pada pad beton itu kemungkinan dipasang pertama kali di rentang September 2010 hingga Desember 2011, hal ini merujuk pada gambar pencitraan satelit pertama kali yang ditangkap. Kemudian gambar yang dibuat oleh Astrium pada Juli 2013 menunjukkan bahwa kedua artileri tersebut masih berada di tempatnya.
Pencitraan satelit pada 2011 menunjukkan jelas benda apa digambarkan yang sepanjang 33,5 meter tersebut, kemungkinan adalah artileri yang digunakan China untuk menguji coba penetrasi proyektil berkecepatan tinggi.
Secara historis, China memang menunjukkan minat besar pada artileri kaliber besar jarak jauh. Yang terkenal adalah eksperimen Xianeng 'supergun' pada tahun 1970 yang merupakan bagian dari Program anti-ballistic missile (Project 640). Panjangnya diperkirakan masih lebih kecil dari artileri yang ditangkap pencitraan satelit diatas (sekitar 26 meter). Proyek Xianfeng sendiri dihentikan pada tahun 1980.
Pada 1990-an terungkap bahwa China telah membuat 'supergun' jarak jauh yang mirip dengan Project Babylon 'supergun' Irak hasil rancang Gerald Bull. IHS Jane mengutip pernyataan Artillery & Air Defence bawah Bull juga memiliki keterlibatan penuh dalam merancang sistem artileri jarak jauh untuk Norinco China di era 1980-an.
Artileri di Baotou yang ditangkap oleh pencitraan satelit diatas dinilai menyerupai Project Babylon 'supergun' yang secara teoritis jangkauannya ekstrim atau bisa menargetkan satelit yang mengorbit. Babylon 'supergun' hasil rancang Bull berukuran panjang 45,7 meter.
Analis IHS Jane menyebutkan bahwa meskipun artileri di Baotou mirip dengan desain 'supergun' Bull, namun kemungkin bukan dimaksudkan sebagai artileri jarak jauh atau operasi anti-satelit. Hal ini mengingat bahwa China sudah memiliki rudal balistik jarak jauh yang lebih canggih apabila hanya untuk melaksanakan kedua misi tersebut.
Atau kemungkinan lainnya adalah bahwa China sesungguhnya hanya menggunakan kembali sistem artileri jarak jauhnya yang dibangun pada 1970-1990-an untuk serangkaian uji proyektil. Pandangan terakhir ini didukung oleh banyak analis.