Pasukan Gerak Tjepat di Papua mengibarkan sang saka merah putih pertama pada 21 Mei 1962 (Foto: tni-au.mil.id)
Tanggal 21 Mei 1998, jadi
periode penting perjalanan bangsa Indonesia yang merupakan transisi
besar dari rezim orde baru ke era reformasi. Tapi ada satu momen yang
tak kalah penting di tanggal yang sama 53 tahun silam 1962, namun jarang
diingat publik.
Pengakuan kedaulatan Belanda atas Republik Indonesia pada 1949, tak
serta-merta membuat Belanda angkat kaki dari segenap wilayah nusantara.
Papua yang dulu bernama Irian Barat, jadi daerah terakhir yang berupaya
dicengkeram erat Belanda.
Terlepas dari berbagai kisah dan fakta kontroversial soal pembebasan
Papua, patut diketahui bahwa pada 21 Mei 1962, adalah kali pertama sang
saka Merah Putih berkibar di wilayah paling timur Indonesia itu.
Presiden Soekarno sejak 1961 sudah mulai curiga bahwa Belanda
berencana membuat negara boneka yang bisa mereka setir. Tujuannya tentu
mencegah Papua menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Soekarno pun memerintahkan Adam Malik, untuk bertemu perwakilan
Belanda terkait hal itu.
“Dam, saya mau berikan opdracht (perintah) supaya kami bertemu wakil
Belanda. Saya ingin tahu apa Belanda benar mempunyai keinginan untuk
menyelesaikan masalah Irian Barat,” cetus Soekarno dalam buku ‘Maria van
Engels’.
Awal Desember pada tahun yang sama di Bonn (Jerman Barat),
perundingan pun berlangsung dan sayangnya “dicederai” penyampaian
resolusi kepada Dewan Keamanan (DK) PBB dari Menteri Luar Negeri
Belanda, Joseph Luns, yang berniat memisahkan Irian Barat dari
Indonesia.
Mendengar hal itu, Soekarno melantangkan seruan, “Gagalkan usaha
Belanda mendirikan Negara Papua!”. Sosok berjuluk Putra sang Fajar itu
pun menegaskan bahwa sebelum ayam jantan berkokok pada 1 Januari 1963,
Irian Barat sudah harus dibebaskan dari Belanda!
Tri Komando Rakyat (Trikora) pun digagas dengan merancang Komando
Mandala. Sejumlah operasi pun digelar, termasuk penerjunan 54 anggota
Pasukan Gerak Tjepat (PGT, sekarang Paskhas TNI AU) di Teminabuan pada
19 Mei 1962.
Mereka terjun di atas tangsi Belanda dan langsung terjadi kontak
senjata. Kendati dua prajurit gugur, yakni Kopral Udara II Alex Sangido
dan Wangko, pasukan Belanda yang terkejut memilih mundur ke wilayah Kota
Teminabuan.
Setelah konsolidasi segenap pasukan penerjun dilakukan dengan
mengumpulkan 40 personel di Kampung Wersar, Sersan Udara II Mengko
melahirkan inisiatif untuk para pasukannya menebang pohon untuk
dijadikan tiang kayu. Bendera merah putih pun dikeluarkan dari ranselnya
untuk kemudian dikibarkan.
Itu jadi momen perdana bendera merah putih berkibar di tanah Papua,
meski sedianya mereka masih belum lepas dari aksi pertempuran dengan
Belanda. Tak berapa lama, pasukan Belanda mulai dibantu kekuatan udara
mereka.
Pesawat pembom Lockheed Neptune dan pesawat pemburu Fairey Firefly
merongrong posisi pasukan Mengko, hingga terpencar jadi beberapa grup
kecil. Beberapa personel PGT tertawan, di antaranya Prajurit Udara I
Kardi, Kopral Udara II Ngatijan, Kopral Udara II Hadi Suprapto, Kopral
Udara I Radar dan Kopral Udara II Basri.
Sementara itu sisa personel PGT mengundurkan diri dan terus mendapat
serangan dari Belanda hingga ikut tertawan pada 22 Juni 1962. Mereka
bari dibebaskan pada September 1962 lewat sebuah perjanjian dua negara
yang bersengketa itu. (Okezone)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar