Dari begaram senapan runduk yang dimiliki TNI, H&K G3/SG-1 punya
ke khasan tersendiri, pasalnya senjata berkualfikasi sniper ini dibangun
atas rancangan senapan serbu G3 yang melegenda. Kostrad TNI AD jadi
salah satu kesatuan yang secara jelas menggunakan G3/SG-1. Bahkan,
personel TNI pun pernah mendaulat senjata ini sebagai kelengkapan dalam
misi Pasukan Penjaga Perdamaian PBB.
Dibuat atas permintaan Bundeswehr setelah tragedi Black September
pada tahun 1972, G3/SG-1 menampilkan beberapa fitur yang membuatnya
pantas disebut senapan tembak jitu. Deutsche Bundeswehr (AB Jerman)
secara khusus meminta Heckler and Koch (H&K), pabrikan senjata
kenamaan asal Oberndorf, Jerman untuk membuat senapan penembak runduk
(sniper) dengan kaliber 7,62mm NATO.
Basis yang dipakai tak lain adalah senapan serbu G3 buatan H&K
yang memang kondang di jagad assault rifle. Tentu saja ada pembenahan
disana sini agar senapan bisa masuk ke kategori sniper. Sebut saja mulai
dari laras yang dibuat khusus, sistem pelatuk sensitif, bipod yang
diperkuat, hingga keberadaan teleskop. Hasilnya senapan G3 ini dapat
tambahan label sebagai Scharfschutzen Gewehr 1 (SG adalah singkatan dari
Scharfschützengewehr atau “sharp shooting rifle” atau “senapan penembak
runduk”). Modifikasi ke G3/SG-1 yang cukup penting adanya tuas set
trigger tepat di bekalang pelatuk. Saat set trigger diaktifkan, tarikan
pelatuk menjadilebih enteng, sekitar 0,4 kilogram.
G3/SG-1 menggunakan magasin G3 serta bentuk fisik tidak jauh berbeda
dengan G3. Perbedaan yang paling terlihat dari luar adalah “cheek-piece”
di popor G3/SG1 untuk menahan pipi jika sedang membidik melalui
riflescope (teropong senapan) dan bipod. Dengan “trigger-group” yang
serupa pula dengan H&K G3, G3/SG-1 ini selain berfungsi sebagai
senapan tembak jitu (sniper rifle) juga bisa berfungsi sebagai senapan
serbu infantri karena mempunyai triger group “full-automatic” selain
“semi-automatic”. Sebagaimana G3, G3/SG1 juga menganut sistem operasi delayed blow-back. Ini menandakan bahwa varian ini mengarah sebagai bagian integral bagi sniper di dalam struktur regu, bukan untuk sniper murni.
Pilihan teleskop jatuh pada Kahles Halia ZF69/Zeiss 1,5-6×36 (artinya
perbesaran dari 1,5x sampai dengan 6x dengan diameter scope sebesar 36
mm) dipasang di atas G3/SG1 dengan Claw Mount. Sementara pada popor
dipasangi cheekpad sandara pipi, dan disisi dalam yang tidak kelihatan,
terdapat dual stage buffer yang mampu meminimalkan efek hentakan balik
(recoil).
Soal reputasi tempur, G3/SG-1 terbilang sangat kaya, salah satunya
sangat sukses digunakan oleh sniper Navy SEAL dalam operasi Urgent Fury
di Grenada pada Oktober 1984. Di kancah dunia airsoft gun, G3/SG-1 sudah
tidak asing, bahkan cukup banyak dipakai sebagai senjata andalan untuk
beraksi. (Samsul)
Spesifikasi
– Kaliber : 7,62 x 51 mm NATO
– Panjang : 102,5 centimeter
– Panjang laras : 45 centimeter
– Bobot : 5,4 Kg
– Jarak tembak efektif : 500 meter
– Pola operasi : Roller-delayed blowback
– Kecepatan tembak : 500 – 600 peluru per menit
– Kecepatan proyektil : 800 meter per detik
– Kapasitas magasin : 20 peluru
– Pembidik : Zeiss 1.5-6x variable power telescopic sight
– Kaliber : 7,62 x 51 mm NATO
– Panjang : 102,5 centimeter
– Panjang laras : 45 centimeter
– Bobot : 5,4 Kg
– Jarak tembak efektif : 500 meter
– Pola operasi : Roller-delayed blowback
– Kecepatan tembak : 500 – 600 peluru per menit
– Kecepatan proyektil : 800 meter per detik
– Kapasitas magasin : 20 peluru
– Pembidik : Zeiss 1.5-6x variable power telescopic sight
Tidak ada komentar:
Posting Komentar