Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Ade
Supandi, menegaskan, sudah waktunya TNI AL memiliki “kapal hasil
arsitek” yang dibuat secara terukur dengan kualitas tinggi dan tidak
untung-untungan.
“Jangan lagi kita bersikap bonek (bondho nekat) dalam membuat kapal,
atau membuat kapal dengan untung-untungan, untung bisa jalan, untung
tidak nabrak. Sudah saatnya kita membuat kapal arsitek,” katanya di
Surabaya, Selasa, 12/05/2015.
Dalam sambutan tanpa teks setelah menandatangani piagam kesepakatan
bersama antara TNI AL dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT), di Kompleks ITS Surabaya, ia menyatakan kerja sama TNI AL-BPPT
bertujuan untuk ke arah itu (kapal arsitek), membuat kapal yang
betul-betul dikalkulasi semaksimal mungkin secara ilmiah dan diuji
secara ilmiah pula.
“Tapi, arsitek yang saya maksud itu bukan orang yang sekadar
menggambar desain kapal, melainkan orang yang mendesain, sekaligus
mengikuti uji laboratorium bagian-bagian kapal itu untuk mencocokkan
hasil uji dengan gambar yang didesainnya,” katanya.
Didampingi Kepala BPPT, Dr Ir Unggul Priyanto MSc, ia mengatakan,
arsitek kapal juga harus mengikuti proses pembuatan kapal hingga
benar-benar selesai, sehingga ada kecocokan antara gambar (desain), uji
(laboratorium), hingga kapal dalam bentuk jadi.
“Dengan demikian, industri perkapalan kita ke depan bukan sekadar
industri, melainkan benar-benar ada hubungan antara pemerintah,
industri, dan universitas. Hubungan tiga pihak itulah kelemahan kita,”
katanya.
Menurut dia, kelemahan itu jika tidak dibenahi justru akan
dimanfaatkan orang lain. “Buktinya, hubungan pemerintah dan industri
tanpa melibatkan universitas membuat hasil riset universitas kita justru
dipakai Malaysia. Ke depan, kita jangan begitu,” katanya.
Dalam penandatanganan program kesepakatan bersama yang dihadiri
Rektor ITS, Prof Joni Hermana, Dirut PT PAL, Direktur PPNS, Direktur
PENS, dan sebagainya, Priyanto mengatakan, kerja sama TNI AL-BPPT kali
merupakan perpanjangan untuk lima tahun berikutnya (2015-2020).
“Tentu, perpanjangan kerja sama itu bermakna strategis terkait dengan
kebijakan pemerintah menuju Poros Maritim Dunia, apalagi Balai
Pengkajian dan Penelitian Hidrodinamika yang dimiliki BPPT di Surabaya
ini merupakan lembaga dengan fasilitas uji yang terbaik dan terbesar di
ASEAN,” katanya.
Dalam kerja sama pada periode sebelumnya, TNI AL dan BBPT telah mampu
membuat prototipe kapal rawa, pengembangan kapal selama mini 22 meter,
rancang bangun alat pertahanan matra laut, dan sebagainya.
“Ke depan, kita bisa kembangkan dengan desain dan rekayasa teknologi
kapal cepat, kapal cepat rudal, kapal selam, dan seterusnya, apalagi
pemerintah akan menjadikan Balai Pengkajian dan Penelitian Hidrodinamika
ini sebagai Pusat Rekayasa Teknologi Industri Maritim,” katanya.
Setelah menandatangani program kesepakatan bersama itu, KSAL beserta
jajarannya meninjau ruang uji kapal, seperti uji ketahanan melawan
gelombang, serta melihat sejumlah prototipe kapal yang dirancang BPPT,
baik kapal angkut maupun kapal selam.
harnas.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar