Kepala Staf TNI AL, Marsekal TNI Marsetio (kanan), saat menyalami para
pemuka adat usai meresmikan gedung Markas Komando Pangkalan TNI AL Palu,
di Watusampu, Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (5/4). Secara bertahap
pangkalan itu akan dilengkapi fasilitas pendukung. Lokasi pangkalan ini
sangat ideal, hampir persis di tengah Indonesia dengan "perlindungan
alami" Teluk Palu yang cukup dalam. (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)
Nunukan, Kalimantan
Utara (ANTARA News) - Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Marsetio,
meresmikan Tugu Perjuangan Dwikora, di Kabupaten Nunukan, Kalimantan
Utara, yang menyimpan pesan semangat mempertahankan kedaulatan Indonesia
dari ancaman luar negara.
Komando
Dwikora dikumandangkan Presiden Soekarno, setelah Malaka menjadi negara
tersendiri, Malaysia, yang saat itu masih melingkupi Singapura.
Segenap
bangsa dan komponen bangsa dikerahkan untuk mewujudkan cita-cita
Dwikora, yang saat ini diterjemahkan sebagai semangat mempertahankan
kedaulatan negara dalam segala aspek.
Dalam
sambutannya, Marsetio mengungkapkan, keberadaan Tugu Dwikora itu bukti
perjuangan para pahlawan pendahulu dalam memperjuangkan Indonesia saat
berkonfrontasi dengan Malaysia pada 1964.
"Tugu ini diharapkan bisa memiliki makna khusus dan mendalam bagi generasi muda Indonesia, terutama di Kabupaten Nunukan, atas kegigihan perjuangan masa lalu merebut dan mempertahankan Indonesia dari rongrongan negara tetangga," kata dia.
Monumen ini, kata dia, telah direnovasi prajurit TNI AL yang bertugas di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia, bersama pemuda dan pelajar di sana.
"Jadi keberadaan Monumen Dwikora ini menjadi kebanggaan masyarakat Nunukan dan Indonesia secara kesseluruhan," ujar dia. Dia berpesan agar keberadaan Tugu Dwikora ini bisa dirawat sepenuh hati oleh pemerintah dan masyarakat setempat.
Wakil Bupati Nunukan, Hj Asmah Gani, mengingatkan pada sejarah perjuangan mempertahankan Indonesia akibat neokolonialisme pada 3 Mei 1964, saat Presiden Soekarno menyerukan Dwi Komando Rakyat itu.
"Tugu ini diharapkan bisa memiliki makna khusus dan mendalam bagi generasi muda Indonesia, terutama di Kabupaten Nunukan, atas kegigihan perjuangan masa lalu merebut dan mempertahankan Indonesia dari rongrongan negara tetangga," kata dia.
Monumen ini, kata dia, telah direnovasi prajurit TNI AL yang bertugas di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia, bersama pemuda dan pelajar di sana.
"Jadi keberadaan Monumen Dwikora ini menjadi kebanggaan masyarakat Nunukan dan Indonesia secara kesseluruhan," ujar dia. Dia berpesan agar keberadaan Tugu Dwikora ini bisa dirawat sepenuh hati oleh pemerintah dan masyarakat setempat.
Wakil Bupati Nunukan, Hj Asmah Gani, mengingatkan pada sejarah perjuangan mempertahankan Indonesia akibat neokolonialisme pada 3 Mei 1964, saat Presiden Soekarno menyerukan Dwi Komando Rakyat itu.
Bagi masyarakat Kabupaten Nunukan, Dwikora dan semua dinamikanya saat itu mempunyai makna sangat mendalam mengingat posisi daerah itu di garis terdepan, persis berhadapan dengan wilayah Sabah, Malaysia Timur.
Tugu Dwikora itu berupa monumen setinggi 10 meter, dilengkapi stupa bermakna para pemberani.
Pada tiga sisinya berdiri dinding keramik, juga setinggi 10 meter, dengan tatahan tulisan besar Tugu Dwikora.
Pada tiga sisinya berdiri dinding keramik, juga setinggi 10 meter, dengan tatahan tulisan besar Tugu Dwikora.
Masih
menjadi bagian integral tugu itu satu unit tank PT-76 dan meriam
Howitzer 105 milimeter yang digunakan prajurit KKO (kini Korps Marinir
TNI AL) saat mempertahankan Indonesia pada masa itu, juga ada bagian
bangunan yang khusus menjadi galeri foto-foto perjuangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar