Mulai Januari 2014, sebagian rute
penerbangan komersil, direncanakan bakal dipindahkan dari Bandara
Soekarno-Hatta, Cengkareng ke Halim Perdana Kusumah. Namun, pengalihan
sebagian rute penerbangan itu, dinilai tak tepat. Apalagi dilakukan
tanpa persiapan matang. Selain itu Halim memang, tak didesain sebagai
bandara untuk penerbangan komersil.
Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Chappy Hakim, mengatakan itu
dalam sebuah diskusi bertajuk, ” Tinjauan Industri Penerbangan di
Indonesia Tahun 2012 dan Outlook Tahun Politik Indonesia 2014,” di
Jakarta, Kamis (19/12). Menurut Chappy, oleh organisasi penerbangan
internasional, posisi dunia penerbangan Indonesia, belum begitu baik.
Indonesia, masuk kategori dua, atau dunia penerbangannya belum aman.
“Ada beberapa masalah yang menonjol, salah satunya over kapasitas dari airport,” katanya.
Sekarang misalnya, Bandara Soetta, sudah mengalami over capacity.
Bandara yang ada di Cengkareng itu didesain untuk menampung 22 juta
penumpang per tahun. Tapi, tahun lalu sudah 54 juta penumpang yang
mampir di Bandara Soetta. Artinya, ada peningkatan penumpang mendekati
tiga kali lipatnya.
“Akibat terlihat delay yang sangat massif. Terjadi kelambatan. Ini
akar masalahnya, market tinggi, maskapai juga berkembang, tapi tak di
iringi oleh insftruktur dan SDM yang baik pula,” kata Chappy.
Lalu sekarang ini, muncul solusi untuk memindahkan tumpahan rute dan
penumpang dari Bandara Soetta ke Bandara Halim. Chappy menilai keputusan
memindahkan sebagian rute penerbangan ke Halim, adalah keputusan
sepihak. Ia mengingatkan di Halim, ada otoritas keamanan yang
bertanggung jawab, karena Halim juga menjadi salah satu pangkalan udara.
Mestinya mereka diajak bicara.
” Tapi ini diumumkan sepihak, bahwa 10 Januari sebagain rute
dialihkan ke Halim. Betapa manajemen penerbangan kita sangat lemah,”
katanya.
Bicara Bandara Halim, kata dia, setidaknya ada beberapa hal yang
harus diperhatikan. Halim, bukan bandara yang didesain untuk comercial
airplane atau penerbangan komersil. Di Halim pula, ada beberapa beberapa
special air mission. Halim juga menjadi bandara dari pergerakan kepala
negara dan tamu negara. Keberadaannya sebagai sebuah pangkalan,
menjadikan Halim sebagai base dari pesawat-pesawat tempur berteknologi
tinggi.
“Masih ingat tentang operasi Woyla, pasukan berangkat dari Halim.
Jadi Halim menjadi bandara top operation. Tak hanya itu, Halim juga
berfungsi sebagai discaster base. Dan, apabila terjadi chaos nasional,
Halim adalah pusat pergerakan.
” Pernah dengarkan tahun 65, saat terjadi kisruh, Soekarno ada di
Halim. Di seluruh dunia pun, selalu ada base seperti itu,” katanya.
Selain itu, Halim juga tak sekedar sebuah airport. Tapi Bandara
Halim, menjadi subsistem dari alutsista militer. Di Halim, terdapat
pusat komando pengendalian pertahanan udara. Dan yang tak kalah penting,
ada training area, yakni di Bogor dan Pelabuhan Ratu yang rutenya
bermula dari Halim.
“Jadi bisa dibayangkan akan seperti apa bila tumpahan rute dialihkan ke Halim,” kata dia.
Jadi mestinya dilakukan koordinasi dulu. Ia sebagai mantan KSAU,
bukannya tidak menyambut baik penataan rute penerbangan. Tapi ia
mengingatkan, Halim bukan bandara biasa.
“Halim itu menjadi home base dari tiga sukadron kita, skuadron udara
ringan, udara dan skuadron kepala negara. Halim juga menjadi titik
keberangkatan dari pengiriman perbekalan bagi TNI-AD dan marinir,”
ujarnya.
Salah satu perbedaan mencolok antara Bandara Soetta dan Halim, adalah
soal desain bandara. Halim tak didesain untuk penerbangan komersil.
Jadi tak heran bila tak ada akses bagus ke Halim, serta fasilitas
lainnya seperti lapangan parkir penumpang.
” Runway-nya juga hanya satu. Tak punya jalur dari apron ke runway.
Dan runway komersil itu berbeda strukturnya dengan Halim. Halim itu,
didesain, sebagai bandara untuk apa. Jadi jalur keluar dari runway tak
mengakomodir pesawat besar. Pesawat besar tak dapat langsung dapat
sudut 30 derajat,” tutur Chappy.
Chappy menambahkan, solusi terhadap over kapasitas, selalu dijawab
dengan penambahan terminal. Itu terjadi di Bandara Internasional Ngurai
Ray, Bali. Sekarang bandara di Pulau Dewata itu sudah dibangun terminal
baru.
“Tapi, runway-nya tidak diapa-apain,” katanya.
Chappy pun meminta agar rencana pemindahan rute ke Halim, dikaji
dengan matang. Karena dalam pandangannya, selama hal-hal yang terkait
dengan dunia penerbangan di tanah air tak diperbaiki, sama saja
memindahkan rute ke Halim, dengan memindahkan bahaya dari Soetta ke
Halim. Misalnya, perbaikan kualitas air traffic control, serta
peningkatan SDM-nya.
” Ini kan sama saja memindahkan resiko bahaya ke Halim, bukan solusi,” kata Chappy.
Intelijen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar