Jumat, 19 Desember 2014

M113A1-B-Rec: Ranpur Reparasi Andalan Yonif Mekanis TNI AD

IMG_20141215_140134
Meski ranpur APC (Armoured Personnel Carrier) M113 A1 untuk Batalyon Infanteri Mekanis TNI AD baru tiba dalam jumlah unit yang terbatas di Tanah Air. Namun, selain hadir dalam dalam varian utama, yakni APC, M113 A1 yang di datangkan dari Belgia ini juga dikirim dalam varian ARV (Armoured Recovery Vehicle). Seperti ditampilkan saat Pameran Alutsista TNI AD 2014 di Lapangan Monas, ada varian APC dan ARV yang dipajang di stand lokasi berbeda.
Disebut-sebut nantinya TNI AD bakal menerima 80 unit M113 A1 bekas pakai AD Belgia. Dilihat dari unit pengadaan yang besar, maka wajar bila turut dihadirkan varian M113 A1 Recovery. Hal ini juga terjadi tatkala TNI AD kedatangan ranpur lapis baja dalam jumlah besar, sebut saja AMX-13 ARV yang menjadi pendukung pergerakan tank AMX-13, begitu juga Alvis Stormer sebagai pendukung untuk APC Stormer dan tank ringan Scorpion. Bahkan, armada MBT (Main Battle Tank) Leopard 2A4 dari Jerman juga akan dilengkapi varian ARV.
10486417_811240715562911_755860651472938174_n
M113 A1 Recovery ditandai dengan adanya dua “jangkar” lipat pada sisi kanan dan kiri ramp door.
IMG-20141002-WA014
IMG_20141215_131706
M113 A1 varian APC dengan ramp door yang nampak polos.
rec_003rec_002

Nah, di lini Yonif Mekanis TNI AD, saat ini sudah ada ranpur roda ban dengan kualifikasi ARV yang operasional, yakni Anoa 6×6 ARV besutan Pindad. Maka dengan adanya M113 A1 Recovery yang masuk kelas ranpur roda rantai akan mampu memperkuat mobilitas Yonif Mekanis. Mengingat armada M113 A1 yang diterima TNI AD berasal dari Belgia, maka serinya disebut M113 A1-B-Rec. Belgia sendiri memang memproduksi M113 secara lisensi dari AS.
Sedikit mengenal ranpur anyar tapi keluaran lawas ini, M113 A1-B-Rec punya basis rancangan serupa dengan varian APC, termasuk dibekali senjata SMB (senapan mesin berat) Browning M2HB 12,7 mm. Hanya yang membedakan, pada versi ARV ini terdapat heavy internal winch. Winch ini dilengkapi kabel baja untuk menarik ranpur lain yang mengalami kerusakan atau kecelakaan. Heavy internal winch ini terdapat pada ruang kompartemen yang biasa ditempati pasukan. Agar dapat menarik secara stabil, di bagian bekalang, tepatnya di sisi kanan dan kiri pintu (ramp door) terdapat sepasang jangkar. Dua jangkar ini berfungsi untuk menguatkan posisi ranpur saat winch beraksi.Selain, berperan menarik kendaraan lain, M113 A1-B-Rec juga dilengkapi berbagai perlegkapan reparasi dan suku cadang.
Heavy internal winch di M113 A1-B-Rec.
Heavy internal winch di M113 A1-B-Rec.
rec_006crane_007
Masih dalam lingkung ARV, M113 A1 juga ada yang diciptakan dalam varian crane. Dengan fasilitas crane, maka M113 A1 ARV dapat mengangkat berbagai beban (loading dan unloading mesin) ke ranpur lainnya, seperti halnya BREM-L yang jadi andalan kavaleri Korps Marinir TNI AL. Besar kemungkinan varian M113 A1 crane ini juga akan di datangkan ke Indonesia. (HANS)


CT-CV 105HP: Meriam Canggih Untuk Medium Tank Pindad

b-1024x768-CMI-Defence-Cockerill-CT-CV_02
Setelah melewati seleksi yang melibatkan CMI (Cockerill Maintenance & Ingenierie SA Defense) dari Belgia, OTO Melara dari Italia, dan Denel Land System dari Afrika Selatan. Akhirnya PT Pindad pada September 2014 lalu memutuskan vendor yang dipercaya untuk memasok meriam pada proyek medium tank adalah CMI. Penunjukkan CMI juga mencakup perjanjian kerjasama PT Pindad untuk memproduksi secara lisensi kubah meriam CSE 90LP (low pressure) dan CT-CV 105HP (high pressure).
Untuk meriam Cockerill CSE 90LP (low pressure) sudah bukan barang baru untuk militer Indonesia. Sebut saja beberapa ranpur yang mengadopsi jenis meriam ini, seperti Scorpion 90, PT-76M, Tarantula 6×6, hingga Badak Pindad 6×6. Sementara, konsep dan rancangan medium tank yang sedang digarap PT Pindad dan mitranya FNSS dari Turki, menggariskan bahwa tank masa depan ini bakal mengusung meriam kaliber 105 mm. Melihat perjanjian yang telah disepakati antara PT Pindad dan CMI, maka besar kemungkinan meriam pasangan medium tank Pindad akan jatuh pada CT-CV 105HP (high pressure).
CT-CV 105HP diguankan pada tank Anders.
CT-CV 105HP diguankan pada tank Anders.
Cockerill 90 pada tank Scorpion TNI-AD
Cockerill 90 pada tank Scorpion TNI-AD
PT-76 Korps Marinir TNI-AL dengan Cockerill 90
PT-76 Korps Marinir TNI-AL dengan Cockerill 90

Adalah pilihan yang tepat PT Pindad ber-partner dengan CMI, melihat portofolio perusahaan ini cukup panjang dalam menelurkan beragam varian meriam dan kanon. Dilirik dari profil dan spesikasi, teknologi kubah dan meriam CT-CV 105HP terbilang sangat canggih di kelas 105 mm. Meriam multi operation ini utamanya dapat melontarkan aneka munisi 105 mm standar NATO, diantaranya dapat dilihat dibawah ini.
ok
Selain memang kodratnya melepaskan aneka proyetil, laras CT-CV 105HP juga dapat memuntahkan rudal anti tank, yakni Falarick 105. Rudal yang masuk segmen Gun-Launched Anti-Tank Guided Missile (GLATGM) ini dapat menghajar sasaran sejauh 5.000 meter. Falarick 105 mampu membawa hulu ledak tandem hollow charge. Rudal seberat 25,2 kg ini dipandu dengan sistem semi otomatis lewat laser beam. Waktu yang dibutuhkan untuk terbang menyasar ke sasaran sekitar 17 detik. Falarick 105 punya panjang 1015 mm dengan kaliber 105 mm. Temperatur operasional rudal ini di rentang -40 hingga 60 derajat Celcius.
falarick-3
105rak
Kembali ke seputar meriam CT-CV 105HP, jenis laras yang digunakan adalah tipe L51 dengan panjang 5.545 mm. Desain tekanan laras mencapai 120% dari gun pressure pada meriam 105 mm klasik. Secara umum, di dalam kubah terdapat dua awak, sehingga proses pengisian amunisi menggunakan cara autoloader. Operasi kubah dapat digerakkan secara secara elektrik dan mekanik. Laras meriam kaliber 105 mm smoothbore dapat menembakkan berbagai jenis amunisi (termasuk jenis APFDS) dengan jarak tembak efektif minimal 1.500 meter. Laras juga dibekali bore evacuator dan dilapisi thermal jacket. Untuk olah geraknya, laras punya sudut elevasi maksimum 42 derajat hingga -6 derajat. Tentu saja dengan sudut putar kubah 360 derajat.
Kubah meriam dibekali turret stabilized system dengan gyro stabilizer dan firing control system yang mengadopsi komputer balistik. Untuk mengnci sasaran, gunner dibantu dengan auto target locking system. Memudahkan dalam olah pertempuran, juga ada pemilihan sasaran secara otomatis lewat hunter killer system. Bahkan ada bekal IFF (identification friend or foe).


tankmediumpindad 




Cockerill-CT-CV-105HP-Turret1
Disamping kiri laras meriam bisa dipasangi senapan mesin sedang coaxial kaliber 7,62 mm atau SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7 mm. Namun, untum medium tank Pindad akan menggunakan kaliber 7,62 mm untuk senjata coaxial-nya. Di bagian atas tengah kubah, ada lagi senapan mesin sedang kaliber 7,62 mm. Tapi senjata ini dioperasikan secara RCWS (remote control weapon system). Untuk proteksi, kubah dilengkapi pelontar granat asap kaliber 40 mm (4 buah di kanan dan 4 buah di kiri).
Selain proteksi berupa tabir asap, lapisan baja pada kubah ditunjang proteksi yang mengacu pada standar STANAG 4569, pilihannya hingga level 4 dan level 5. Secara keseluruhan medium tank Pindad disiapkan untuk mampu menahan terjangan proyektil kaliber 30 mm. Guna perlindungan pada keselamatan awak, tersedia laser warning dan proteksi maksimal pada ancaman bahaya kontaminasi nuklir, biologi dan kimia. (Bayu Pamungkas)

Ini Dia! Spesifikasi Teknis dan Senjata Medium Tank Pindad

7d446-tank2bmedium_pindad2b2
Memang masih agak lama, tapi jagad alutsista Indonesia di tahun 2016 digadang bakal dibuat semarak, selain rencana tibanya pesanan heli serbu AH-64E Apache Guardian dan kapal selam Changbogo Class, di tahun tersebut PT Pindad telah menjadwalkan bahwa prototipe medium tank yang dibuat bersama FNSS, perusahaan kontraktor militer asal Turki, akan meluncur untuk melakukan uji coba.
Konsep rancang bangun medium tank yang dibuat di industri strategis di dalam negeri jelas merupakan lompatan jauh ke depan. Hadirnya segmen medium tank yang populer disebut program tank nasional sontak memberi angin pembaharuan dalam lini kesenjataan kavaleri. Bila armada Leopard 2A4 dan Leopard 2A4 Revolution mengisi segmen heavy tank (MBT/Main Battle Tank). Kemudian AMX-13 Retrofit dan Alvis Scorpion 90 mengisi segmen tank ringan (light tank). Maka hadirnya medium tank menjadikan struktur kavaleri lapis baja TNI AD terlihat sempurna.
Sesuai dengan kesepakatan pembuatan medium tank antara PT Pindad dan FNSS yang dilakukan di ajang IDEF 2013 di Turki (Mei 2013). Tank kelas sedang pengembangan dua negara ini akan memiliki berat 24 – 30 ton. Untuk meriam menggunakan kaliber 105 mm dan sasis untuk kavaleri dengan silhouette maximum 2,5 meter.
0ce60-tankmedium2_pindad
???????????????????????????????
Medium tank ini pun nantinya tak sebatas disasar untuk digunakan oleh TNI AD, sasis tank dapat dikembangkan untuk kemampuan amfibi, sehingga bisa dipakai untuk kebutuhan Korps Marinir. Dikutip informasi dari Pussenkav Kodiklat TNI AD, medium tank ini akan diawaki oleh 3 personel dan punya body proteksi terhadap blast mine dan mampu menahan terjangan proyektil kanon kaliber 30 mm (STANAG 4569).

Spesifikasi Medium Tank Pindad
  • Dimensi : 7 x 4 x 2,5 meter
  • Bobot : 24 – 30 ton
  • Bebas dasar : > 40 cm
  • Sudut datang : > 45 derajat
  • Sudut pergi : > 40 derajat
  • Tekanan jejak : 0,9 kg/cm3
  • Daya tanjakan : 60%
  • Lintasan miring : 30%
  • Rintangan tegak : 70 cm
  • Lintas parit : 150 cm
  • Mengarung/fording : 120 cm
Sementara untuk sistem senjata, awalnya PT Pindad menyiapkan jawara manufaktur meriam, mulai dari CMI (Cockerill Maintenance & Ingenierie SA Defense) dari Belgia, OTO Melara dari Italia, dan Denel Land System dari Afrika Selatan. CMI dengan meriam Cockerill-nya sudah punya reputasi panjang di platform ranpur TNI AD dan TNI AL. Sementara OTO Melara sangat populer di lini meriam reaksi cepat 76 mm di frigat Van Speijk, korvet Bung Tomo Class, dan SIGMA Class. Sedangkan Denel Land System terbilang rekanan baru untuk lini meriam. Belum lama prototipe Anoa 2 6×6 tampil dengan kubah kanon LCT20 buatan Denel.
tankmediumpindadb-1024x768-CMI-Defence-Cockerill-CT-CV_02b-1024x768-CMI-Defence-Cockerill-XC-8-105_03
Seperti bisa ditebak, pada hari Senin (15/9/2014), Pindad resmi menggandeng perusahaan asal Belgia, CMI, untuk pengembangan sistem meriam atau turret. Untuk tahap awal, produsen amunisi senapan dan kendaraan tempur asal Bandung itu akan memproduksi turret kaliber 90 mm dan 105 mm untuk dipasang di kendaraan tempur produksi Pindad. Penandatangan nota kesepahaman antara kedua perusahaan diresmian di hanggar produksi panser Anoa milik Pindad, di Kiara Condong, Bandung. Pindad dan CMI akan membentuk komite untuk menyusun proses alih teknologi (Transfer of Technology)dan pelatihan teknis untuk mendukung tujuan memproduksi turret kaliber besar.
Meski belum ada penjelasan tentang jenis/tipe meriam 105 mm yang akan dipasang, namun yang pasti meriam tersebut digerakan secara elektrik dan mekanik. Laras meriam kaliber 105 mm smoothbore dapat menembakkan berbagai jenis amunisi (termasuk jenis APFDS) dengan jarak tembak efektif minimal 1.500 meter. Laras juga dibekali bore evacuator dan dilapisi thermal jacket. Untuk olah geraknya, laras punya sudut elevasi maksimum 42 derajat hingga -6 derajat. Tentu saja dengan sudut putar kubah 360 derajat.
Dengan 2 orang awak di dalam kubah, maka pengisian amunisi mengadopsi sistem autoloader. Guna presisi saat penembakkan, kubah dibekali turret stabilized system dengan gyro stabilizer dan firing control system yang mengadopsi komputer balistik. Untuk mengnci sasaran, gunner dibantu dengan auto target locking system. Memudahkan dalam olah pertempuran, juga ada pemilihan sasaran secara otomatis lewat hunter killer system. Bahkan ada bekal IFF (identification friend or foe).
Nah, disamping laras terdapat senapan mesin sedang coaxial kaliber 7,62 mm. Sapuan senjata ini efektif untuk membungkam lawan hingga jarak 800 meter. Di bagian atas tengah kubah, ada lagi senapan mesin sedang kaliber 7,62 mm. Tapi senjata ini dioperasikan secara RCWS (remote control weapon system). Untuk proteksi, kubah dilengkapi pelontar granat asap kaliber 40 mm (4 buah di kanan dan 4 buah di kiri).
Melihat dari kebutuhan yang ada, besar kemungkinan medium tank Pindad nantinya akan mencomot jenis Cockerill CT-CV 105HP. Kubah meriam anyar nan canggih ini juga dapat melontarkan Gun-Launched Anti-Tank Guided Missile (GLATGM), Falarick 105. Bila proyeksi ini benar adanya, maka daya gebuk medium tank Pindad ini bakal sangat tinggi. (Gilang Perdana)

TOPX4-B132: Prototipe Quadcopter UAV dari Dislitbang TNI AD

IMG_20141215_133534
Setelah berhasil meluncurkan Wulung UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau drone dalam wujud pesawat udara, kini TNI kembali bergerak dengan menggarap prototipe drone dalam wujud quadcopter (quadrotor helicopter). Quadcopter dengan penggerak empat rotor baling-baling, mampu bermanuver layaknya helikopter, termasuk melakukan hovering. Debut drone quadcopter ini ditampilkan secara khusus di stand Dinas Penelitian dan Pengembangan (Dislitbang) TNI AD pada Pameran Alutsista TNI AD 2014 di Lapangan Monas (12 – 15 Desember 2014).
Ada beberapa drone quadcopter yang ditampilkan, umumnya dirancang untuk tugas intai dengan kelengkapan kamera digital. Namun, ada prototipe yang paling diunggulkan, yakni TOPX4-B132. Selain dimensinya paling besar, TOPX4-B132 mampu membetot perhatian pengunjung, pasalnya drone ini mampu dipasangi senjata pada bagian bawahnya. Senjata yang dibopong memang masih sebatas pistol sekelas FN kaliber 9 mm dengan jarak tembak efektif 50 meter. Bila kendali drone dilakukan lewat konsol remote control, maka untuk kendali pistol dilakukan lewat kacamata khusus. Lewat kacamata khusus ini, arah bidikan pistol dapat disesuaikan dengan arah gerakan kepala operator. Teknologi ini mengingatkan pada adopsi teknologi IHADSS (Integrated Helmet and Display Sight System) pada helikopter tempur AH-64 Apache.
Untuk keperluan membidik sasaran, pada bagian atas pistol terdapat sinar infra red untuk menjejak posisi sasaran. Kemudian di bagian bawah pistol terdapat lensa kamera untuk menghasilkan visual imaging target ke kacamata si operator.
Pistol dibekali sinar infra red dan lensa kamera.
Pistol dibekali sinar infra red dan lensa kamera.
IMG_20141215_133517
Kacamata bidik.
IMG_20141215_133349
Secara umum, quadcopter ini punya bobot 8,4 kg dengan bobot muatan maksimal 3 kg. Tenaganya disokong dari baterai lithium polymer 6s 2 x 12.000 mAh. Dari kekuatan baterai tersebut, TOPX4-B132 dapat terbang dengan kecepatan maksimal 90 km per jam. Sementara tinggi terbang maksimal sebatas 1.000 meter. Untuk lama terbang, sangat bergantung pada berat beban yang dibawa. Secara teori bisa mengudara 45 menit, namun dengan membawa pistol lama terbang sekitar 20 menitan.
Quadcopter ini dapat dikendalikan lewat konsol remote control, atau bisa juga terbang otomatis dengan automatic waypoint berdasarkan koordinat GPS (Global Positioning System). Sensor yang digunakan selama mengudara adalah akselerometer, gyroscope, kompas, barometer, dan GPS. Dari spesifikasinya, quadcopter ini dapat merekam hingga radius 5 km. Juga dapat membawa dan menjatuhkan benda di koordinat yang dikehendaki.
IMG_20141215_133444
Antena GPS.
Antena GPS.
Beginilah kira-kira operasional operator drone quadcopter.
Beginilah kira-kira aksi operator drone quadcopter.

Untuk bisa operasional, jelas TOPX4-B132 masih butuh banyak penyempurnaan. Kemampuan lama terbang, ketahanan terhadap angin, dan kemampuan angkat beban, menjadi poin penting yang harus ditingkatkan. Secara teori, quadcopter ini hanya mampu menahan terpaan angin 25 km per jam. Kemampuan menahan terpaan angin menjadi isu penting terkait dengan akurasi bidikan pada senjata yang dipasang. Quadcopter TOPX4-B132 merupakan hasil rancangan bersama antara Dislitbang TNI AD dan Universitas Surya. (HANS)

Spesifikasi Quadcopter TOPX4-B132:
  • Panjang : 132 cm
  • Tinggi : 55 cm
  • Bahan frame : Fiber carbon 2 mm
  • Jenis motor : Alumunium Rectangular Hallow
  • Baling-baling : T motor U8 135 KV
  • Berat dengan baterai : 8,4 kg
  • Beban maksimal : 3 kg
  • Lama terbang : 45 menit
  • Pengendali : Remote control dan automatic waypoint
  • Tenaga : lithium polymer 6s 2 x 12.000 mAh
  • Media Data : Kamera foto/video

Senin, 15 Desember 2014

Sadikin, Proklamator Tentara Nasional Indonesia

 
Kolonel Sadikin. Foto: repro buku "Album Kenangan Perjuangan Siliwangi"

SEJARAH resmi mencatat bahwa Tentara Nasional Indonesia terbentuk pada 5 Oktober 1945 –diperingati sebagai hari ulangtahun TNI. Namun, ternyata proklamasi tentara Indonesia telah dilakukan sebelum proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Sehari sebelumnya, 16 Agustus 1945, Sadikin, seorang bintara Heiho (pembantu prajurit Jepang) bagian artileri udara, mendapat kabar bahwa Jepang telah melakukan kapitulasi atau penyerahan terhadap Sekutu. Dia bersama teman-temannya meminta tentara Jepang untuk tetap di kantor. Dia mengambil-alih pimpinan upacara pengibaran bendera merah putih.
“Pada upacara apel Sadikin berpidato bahwa Indonesia sudah merdeka dan Peta/Heiho jadi Tentara Nasional,” kata Jenderal Besar Abdul Haris Nasution dalam Bisikan Nurani Seorang Jenderal.
Di buku lain, Jenderal Tanpa Pasukan, Politisi Tanpa Partai, Nasution bahkan menyatakan “Sadikin memproklamirkan Indonesia jauh lebih pagi daripada Bung Karno yang saat itu masih ragu-ragu.”
Sadikin lahir di Purwokerto, Jawa Tengah, 11 April 1916. Dia menjadi sersan Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) dari 1939 sampai Jepang menduduki Indonesia. Dia kemudian bergabung dengan bagian artileri udara Heiho serta bertugas di Jakarta, Surabaya, dan Semarang.
Menurut Purbo S. Suwondo dalam PETA: Tentara Sukarela Pembela Tanah Air, dalam pidato proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sukarno menghindari pembentukan tentara nasional. Salah satu alasannya karena Jepang dan Inggris (Sekutu) masih memiliki persenjataan lengkap.
Baru pada 23 Agustus 1945, Sukarno mengumumkan pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Dia mengundang bekas anggota Peta, Heiho, dan para pemuda untuk memasuki BKR sambil menunggu terbentuknya tentara nasional, Tentara Keamanan Rakyat (TKR), pada 5 Oktober 1945. TKR berubah menjadi Tentara Republik Indonesia pada Januari 1946 dan Tentara Nasional Indonesia pada 3 Juni 1947.
Proklamasi tentara oleh Sadikin dijejaki oleh Inspektur I Moehammad Jasin, komandan Polisi Istimewa, yang memproklamasikan Polisi Republik Indonesia di halaman markas Polisi Istimewa, Jalan Coen Boelevard, Surabaya –kini Jalan Polisi Istimewa– pada 21 Agustus 1945. (Baca: Komandan dan Polisi Istimewa)
Karier Sadikin terbilang cemerlang. Di masa revolusi, dia berturut-turut menjadi komandan Resimen 6 Cikampek, Brigade 4 Divisi Siliwangi di Tasikmalaya, Brigade 2 Divisi Siliwangi yang hijrah dan berkedudukan di Surakarta, dan kemudian komandan daerah militer Madiun setelah memadamkan peristiwa PKI Madiun. Puncaknya, dia menjabat panglima Divisi Siliwangi (1949-1951) dan panglima Tanjungpura (1951-1956). Setelah itu, dia menjadi inspektur jenderal teritorial dan perlawanan rakyat di markas besar AD.
Di masa pensiun, Sadikin menjadi presiden direktur PT Bank Internasional Indonesia di Jakarta dan ketua BPC (Badan Pembina Citra) Siliwangi, Jakarta. Dia tutup usia di Jakarta pada 1 Maret 1986.
 
 

Minggu, 14 Desember 2014

Jaguar Class: Generasi Awal Kapal Cepat Torpedo TNI AL

schnellboot-typ-140-jaguar-klasse-3
Komposisi Satuan Kapal Cepat (Satkat) TNI AL terbagi dalam Kapal Cepat Rudal (KCR) dan Kapal Cepat Torpedo (KCT). Meski kiprah seputar KCT belakangan kurang terdengar, namun TNI AL hingga kini masih mengoperasikan KCT yang diwakili jenis FPB-57 Nav II. FPB-57 penyandang gelar KCT terdiri dari 4 unit, yakni KRI Andau 650, KRI Singa 651, KRI Tongkak 652, dan KRI Ajak 653. Sebagai KCT, senjata unggulannya adalah 2 torpedo 533 mm SUT (surface and underwater target). Flash back ke masa lalu, TNI AL pernah mencapai masa keemasan dengan mengoperasikan MTB Jaguar Class yang di setiap kapal dapat membawa 4 buah torpedo.
Ada delapan MTB Type 140 Jaguar Class yang dimiliki TNI AL. Jenis kapal ini sejak pertengahan tahun 1960 mulai memperkuat armada TNI AL. Delapan MTB buatan galangan kapal Lursen & Kroger di Bremen, Jerman (Barat) tersebut dibeli dalam dua varian, terbuat dari kayu mahogani dan dari besi baja ringan. Empat MTB Jaguar Class yang terbuat dari kayu adalah KRI Serigala, KRI Beruang, KRI Matjan Tutul, dan KRI Matjan Kumbang. Sedangkan empat kapal sisanya terbuat seluruhnya dari besi. Varian ini tampil dengan identitas KRI Anoa, KRI Adjak, KRI Singa, dan KRI Harimau.
Meski MTB milik TNI AL pada masa itu tampil dalam dua varian, kesemuanya dideskripsikan sebagai “senjata sangat ampuh jika digunakan secara mendadak karena dengan tiba-tiba sanggup melancarkan serangan. Untuk itu hanya diperlukan bantuan berupa kegelapan malam, cuaca berkabut, serta kesempatan bersembunyi di balik pulau kecil atau berlindung dalam sebuah teluk.” Kapal inilah yang disebut sebagai MTB (Motor Torpedo Boat). Di lingkungan US Navy, kapal jenis ini populer dengan sebutan PT (Patrol Boat).
Aksi MTB saat melepaskan torpedo.
Aksi MTB saat melepaskan torpedo.
Jaguar Class milik AL Turki.
Jaguar Class milik AL Turki.
Jaguar Class AL Jerman Barat.
Jaguar Class AL Jerman Barat.

Dari delapan MTB Jaguar Class eks Jerman Barat, hanya tinggal KRI Harimau yang sampai sekarang masih bisa disaksikan di Museum Purna Bhakti Pertiwi – Taman Mini Indonesia Indah. Nasib KRI Harimau cukup beruntung karena tidak dijadikan besi tua, lantaran KRI Harimau pernah dianaiki Mayor Jenderal Soeharto sewaktu memimpin persiapan operasi Trikora.
Dari spesifikasinya, Jaguar Class punya ukuran panjang 42,6 meter, tetapi lebarnya tidak lebih dari 7,1 meter. Sementara bobotnya 183,4 ton dengan postur bodi kapal terlihat langsing. Meski tampilannya sederhana, Jaguar Class bisa berlaku garang dan lincah. Kapal ini di dukung empat mesin diesel Mercedes-Benz MB51B yang menghasilkan kekuatan 3.000 tenaga kuda. Dengan demikian, sesuai sebutannya sebagai kapal cepat, gerakannya memang bisa sangat cepat. Dengan di dorong empat baling-baling berdiameter 1,15 meter, Jaguar sanggup meluncur di atas permukaan air dalam kecepatan maksimum 42 knot (sekitar 77 km per jam).
fgs-typ-140-jaguar-class-fast-attack-boat
KRI Harimau di Museum Purna Bhakti Pertiwi.
Perhatikan, kapal ini dilengkapi empat baling-baling.
Dommel alt mit Hirschgeweih
Keunggulan lainnya, Jaguar Class punya lunas hanya sedalam 2,5 meter. MTB ini mampu melaju di laut dangkal tanpa hambatan. Kondisi tersebut menjadikan kapal cepat pembawa torpedo ini sanggup berkelok-kelok di antara beragam selat sempit sekaligus dangkal. Rancangan MTB Jaguar Class sejatinya merupakan pengembang dari kapal cepat andalan Jerman era Perang Dunia II, yakni E Boat. Dalam sekali jalan, kapal ini dapat membawa 25 ton bahan bakar, 1,12 ton pelumas, dan 2 ton air tawar.
Unjuk kerja Jaguar Class memang mengagumkan. Sekali meninggalkan pangkalan, kapal dengan 39 anak buah kapal (ABK) – terdiri dari 4 perwira, 2 juru masak, 17 petugas kamar mesin, 18 pelaut – mampu beroperasi dalam radius sejauh 700 nautical mile (setara 1.300 km) pada kecepatan 35 knot. Apalagi jika membawa senjata andalannya, empat torpedo MK-3. Kapal perang tipe ini bakal berubah menjadi seekor jaguar galak sekaligus haus darah. Jaguar Class setiap saat siap bertarung serta menenggelamkan segala macam tipe kapal atau sasaran di atas air meski ukuran sasaran jauh lebih besar beberapa kali lipat.
SAMSUNG CSC
Torpedo pada bagian depan.
Bofors 40mm pada buritan, tampak posisinya diapit oleh dua tabung peluncur torpedo.
Bofors 40mm pada buritan, tampak posisinya diapit oleh dua tabung peluncur torpedo.
Posisi Bofors 40mm di MTB Jaguar pada haluan.
Posisi Bofors 40mm di MTB Jaguar pada haluan.

Menurut catatan, MTB Jaguar Class oleh pabrikanya hanya diproduksi sebanyak 20 unit, periode produksinya dimulai sejak tahun 1957 hingga 1960. Indonesia membeli 8 unit diantaranya. Sejak Jaguar Class resmi memperkuat Satuan Kapal Cepat TNI AL, baru dua MTB yang pernah mengikuti latihan perang di laut, yakni KRI Matjan Tutul dan KRI Adjak. Kedua kapal tersebut diikutkan dalam Operasi Lumba-Lumba pada pertengahan 1961, melakukan latihan dengan AL India di perairan Laut Jawa. Dua MTB tergabung dalam Satgas 203 bersama destroyer KRI Singamangaraja, KRI Siliwangi, KRI Sarjawala, KRI Surapati, KRI Patimura, dan KRI Hasanuddin. Juga disertakan empat unit pesawat pemburu kapal selam, Gannet.

MTB Tanpa Torpedo
Meski namanya Motor Torpedo Boat, Jaguar Class TNI AL di masa operasinya justru tidak dibekali torpedo. Pasalnya, sejak awal sudah direncanakan MTB dari Jerman Barat ini akan dibekali torpedo buatan Inggris. Sebagai negara yang baru saja dikalahkan dalam Perang Dunia II, industri strategis di Jerman waktu itu terkena beragam pembatasan. Jerman boleh memprodiksi MTB, tetapi tidak boleh memproduksi torpedo.
tigerspr
Karena torpedo yang diproduksi Inggris-lah yang kemudian berimbas negatif. Inggris dan Belanda, sama-sama anggota NATO yang terikat kerja sama saling membantu. Akibat dari dari kisruh konflik Irian Barat dengan Belanda, terutama saat Presiden Soekarno memilih opsi militer terhadap Belanda, maka pihak Inggris memberlakukan embargo senjata kepada Indonesia.
Praktis Jaguar Class TNI AL hanya mengandalkan dua pucuk meriam Bofors 40 mm L/70, masing-masing di haluan dan buritan. Ada tambahan dua pucuk SMB (senapan mesin berat) M2HB Browning kaliber 12,7 mm untuk pertahanan jarak dekat. Karena tak membawa bekal torpedo, beban 4 unit MTB untuk misi penyusupan ke Irian Barat digantikan dengan membawa empat perahu karet untuk misi pendaratan. Dalam kondisi ideal, Jaguar Class dapat membawa empat torpedo MK-3 533 mm, ranjau laut, dan 4 depth charges (bom laut) untuk menghancurkan kapal selam. (Bayu Pamungkas)

Spesifikasi MTB Type 140 Jaguar Class:
  • Produksi : Lursen & Kroger
  • Dimensi : 42,6 x 7,1
  • Berat : standar 183,4 ton – full 210 ton
  • Mesin : 4 mesin diesel Mercedes-Benz MB51B
  • Kecepatan max : 42 knot
  • Jangkauan : 700 nautical mile
Indomil.

Kasal lakukan pengukuhan KRI John Lie

Kasal lakukan pengukuhan KRI John Lie
KSAL Laksmana TNI Marsetyo (tengah) disaksikan Gubernur Sulut SH. Sarundajang (kiri), menyerahkan Lonceng KRI John Lie-358 kepada komandan kapal Kol. (P) Antonius Widyoutomo (kanan) saat peresmian KRI John Lie-358 di Bitung, Sulawesi Utara, Sabtu (13/12). (ANTARA FOTO/Jupiter Weku)
Kehadiran KRI John Lie akan memberikan manfaat, memberikan nilai tambah bagi kesejahteraan, bagi pengamanan laut yang ada di Sulawesi
Manado (ANTARA News) - Kepala Staf Angkatan laut (Kasal) Laksamana TNI Marsetio melakukan pengukuhan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) John Lie-358, di pelabuhan samudera Bitung, Sulawesi Utara, Sabtu.

Pengukuhan tersebut dilakukan dalam suatu upacara militer, dihadiri antara lain Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Sarundajang, sejumlah pejabat perwira tinggi TNI AL, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Sulut, serta keluarga dari pahlawan nasional Laksamana Muda TNI (Purn) John Lie.

Kasal Laksamana Marsetio mengatakan, pemerintah telah melengkapi kekuatan laut TNI AL dengan tiga buah kapal fregate salah satunya KRI Jhon Lie yang dibuat di BAE Inggris.

Pemberian nama KRI John Lie merupakan bentuk penghargaan kepada pahlawan nasional Laksamana Muda Jhon Lie.

"Tentunya apa yang selama ini telah diberikan dan dicontohkan pahlawan Laksamana Muda John Lie telah menginspirasi bagi pembangunan di Indonesia," katanya.

Dia mengatakan, sangat berharap dengan pemberian nama pahlawan nasional pada kapal perang ini, menjadikan detak jantung pengawal yaitu prajurit yang mengawaki KRI John Lie, akan mengalir semangat patriotisme dan nasionalisme para pahlawan.

"Sehingga memberikan motivasi dan suri teladan dalam melaksanakan tugas dalam menegakkan kedaulatan dan hukum di laut," katanya.

Dia mengatakan kehadiran kapal perang KRI John Lie akan memperkuat jajaran armada kawasan timur dalam menegakkan kedaulatan dan hukum dil aut.

"Kehadiran KRI John Lie akan memberikan manfaat, memberikan nilai tambah bagi kesejahteraan, bagi pengamanan laut yang ada di Sulawesi," katanya.

Usai pengukuhan dalam upacara militer, dilanjutkan dengan pengukuhan secara adat, yang antara lain menampilkan tarian Kabasaran dan Maengket.