Kapal riset Baruna Jaya I (BJ1) milik Badan Penerangan dan Penerapan
Teknologi (BPPT) mendapat sorotan saat ikut serta dalam evakuasi
kecelakaan pesawat Airasia. Kapal canggih ini dilengkapi berbagai
peralatan seperti multibeam echo sounder yang dapat mendeteksi benda di
bawah laut. Selain itu, terdapat sonar, dan magnetometer untuk
membedakan antara logam atau gundukan biasa.
Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam,
Ridwan Djamaluddin mengakui; berkat peralatan mutakhir, sebenarnya pada
hari pertama Baruna Jaya I telah menemukan objek dengan tinggi 3 meter
di bawah laut tersebut, hanya karena tim menemukan jasad, maka hal itu
menjadi prioritas mereka. Untuk memperlancar misi pencarian dan
evakuasi, kapal menurunkan Remotely Operated Vehicle (ROV). Dengan ROV tersebut, Baruna Jaya akan mencari dan membantu evakuasi pesawat AirAsia QZ 8501.
Apakah ROV itu? ROV adalah semacam kendaraan bawah air yang
dikendalikan dari jarak jauh dengan remote control, biasanya digunakan
untuk pekerjaan dalam laut. Antara lain untuk tujuan dokumentasi,
eksplorasi dasar laut, penanggulangan, penyelidikan, pencarian dan
pertolongan (SAR), pengeboran tambang, penggalian/penguburan bentangan
kabel dan lain sebagainya. Alat ini juga dilengkapi dengan lampu dan
kamera video, sehingga nantinya mampu untuk melihat dengan jelas dan
merekam video di bawah air.
Sistem ROV terdiri atas vehicle (atau sering disebut ROV itu sendiri), yang terhubung oleh kabel umbilical
ke ruangan kontrol dan operator di atas permukaan air (bisa di kapal,
rig atau barge). ROV dilengkapi dengan peralatan atau sensor tertentu
seperti kamera video, transponder, kompas, odometer, bathy (data kedalaman) dan lain-lain tergantung dari keperluan dan tujuan surveinya.
ROV memiliki satu set pengapung besar di atas sasis baja atau
aluminium. Pengapung itu biasanya terbuat dari busa sintetis. Di bagian
bawah konstruksi terpasang alat-alat sensor yang berat.Kabel
tambat berfungsi mengirimkan energi listrik serta data video dan
sinyal. Saat bertugas memasang kabel-kabel listrik tegangan tinggi, ROV
biasanya ditambahkan tenaga hidrolik. setiap sisinya akan mengeluarkan
sonar untuk mendeteksi keberadaan benda di bawah laut. Ketika sonar
mendeteksi adanya benda padat, maka alat tersebut akan mengeluarkan
bunyi. Jangkauan sonar ROV hingga radius 60 meter.
Berdasarkan ukuran, berat dan kekuatannya ROV dapat dibagi menjadi
lima yaitu Micro-ROV, Mini-ROV, light Workclass, Heavy Workclass, dan
Trenching/burial.
Saat perang, ROV seringkali diturunkan sebagai pemusnah ranjau yang
mampu mendeteksi objek di dasar laut.Angkatan Laut Amerika Serikat
adalah yang pertama mengutilisasi ROV dalam bidang militer. Mereka
mengembangkan ROV khusus untuk mengangkat ranjau-ranjau di dasar laut
dan menggunakannya pada peristiwa hilangnya bom atom di Spanyol pada
kecelakaan pesawat di tahun 1966.
Sebelum tragedi AirAsia QZ 8501, ROV juga digunakan untuk mengangkat
black box Adam Air di perairan Majene Sulbar dari kedalaman laut 2.000
meter. Selain kapal Baruna Jaya milik BPPT, kapal perang TNI AL juga ada
yang dilengkapi ROV, seperti pada duo kapal pemburu ranjau, KRI Pulau Rengat 711 dan KRI Pulau Rupat 712. Bahkan, kabarnya dua kapal hidro oseanografi terbaru TNI AL buatan Perancis, OCEA OSV190 SC WB juga akan dibekali ROV. (Deni Adi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar