Saudara para pembaca, kali ini akan kita bahas
topik yang lagi hangat, yaitu Gripen vs Su-35, melalui beberapa
skenario. Lokasi dipilih area Laut China Selatan (LCS) yang
antisipasinya sebentar lagi juga akan menghangat. Namun SURPRISE kali ini Indonesia yang pegang Gripen NG melawan Su-35 China!
Lihat Gambar 1 – Bagi China, Su-35, bahkan pada bahan bakar internal
saja, menawarkan keuntungan yang signifikan atas J-11 Shenyang (Su-27),
yang terbatas hanya dapat terbang cepat ke tempat masalah seperti Reed
Bank (lile tan) atau Scarborough Shoal (dao Huangyan) tetapi tidak punya
kemampuan tinggal lama disitu. Sedangkan Su-35, mampu mencapai Natuna,
dengan ekstra waktu (loiter time) di pos tersebut sangat
penting bagi keinginan China untuk menghalangi tindakan Filipina atau
aktor regional lainnya (Indonesia). Pesawat jarak jauh tersebut akan
mampu “menunjukkan bendera” lebih lama, atau cepat mencegat pesawat
Filipina (atau Indonesia) di wilayah tersebut.
Su-35 China, dengan combat radius 1700 km, tanpa drop tank
dari lanud Lingshui Hainan dapat mencapai posnya di p. Natuna sembari
membawa rudal BVR & WVR, atau kombinasi dengan rudal anti kapal
permukaan, akan mengancam kedaulatan Indonesia. Dalam skenario ini,
Su-35 juga membawa satu drop tank untuk menambah CAP loiter time menjadi 2 jam, tanpa mengurangi jumlah senjata yang dibawa.
Asumsinya, Indonesia sudah membeli Gripen NG dan menempatkannya di
lanud Natuna untuk menjaga kedaulatan wilayah ZEE. Dapatkah Gripen NG
ini menaklukan Su-35?
Perbandingan
(informasi disini diperoleh dari berbagai sumber: http://defence.pk/threads/comparison-among-f-22a-f-16-j-f-17-su-35-ef-2000-and-rafale-c.182172/, http://www.russiadefence.net/t1621p45-meteor-versus-rvv-bd-long-range-a2a-missile).
Aksi radius sebenarnya
Gripen NG – Menurut data dari brosur Gripen NG for the Netherlands, kapasitas Gripen NG untuk misi penghadangan adalah sejauh 460 km dan 50 menit CAP membawa load out/ external stores 2 rudal Ramjet (Meteor) BVR dan 2 rudal WVR serta satu drop tank 450 gallons. Artinya, bila membawa lebih banyak rudal akan mengurangi aksi radius dan loiter time di posisi CAP.
Su-35 – Tidak mempunyai batasan sepeti itu. Inilah kelebihan Su-35 sebagai heavy fighter dibandingkan dengan pesawat lainnya, disebut sebagai dominasi combat persistence karena punya excellent fuel fraction. Dengan aksi radius 1700 km, tanpa drop tank, Su-35 dapat membawa kombinasi rudal dan atau ECM pod, di 12 hardpoints-nya. Bila dikehendaki lebih besar waktu loiter time di posisi CAP, maka barulah membawa drop tank.
Radar dan Rudal BVR
Radar – Irbis-E punya Su-35 dapat mendeteksi RCS 3 m2
dari jarak 350-400 km. Bila disumsikan bahwa RCS Gripen NG kira-kira
sama dengan Rafale, maka secara teoritis Su-35 dapat mendeteksi Gripen
NG pada jarak 150 s.d. 203 km; sebaliknya Gripen NG dapat mendeteksi
Su-35 pada jarak 87 s.d. 130 km.
Rudal BVR – Dalam sales presentation-nya,
Saab selalu menampilkan rudal Meteor + Gripen NG sebagai kombinasi yang
dijagokan. Dalam sejarahnya rudal Meteor dikembangkan untuk menangkal
rudal Rusia RVV AE PD long range yang menggunakan ramjet.
Ironisnya sebelumnya dalam urusan rudal BVR Rusia selalu mengekor USA,
terlihat dalam seri RVV yang biasa disebut “Amraamski”.
Rudal Meteor berat 185 kg, panjang 3,65 m dan diameter 0,178 m, jarak
jangkau brosur 100+ km. Ada yang menulis bahwa 100+ km itu artinya
180-200 km, akan tetapi mengingat berat dan dimensinya, rasanya paling
hanya 150 km, atau kira-kira sama dengan AMRAAM AIM-120 D. No escape zone
(NEZ) yang selalu ditonjolkan, secara teoritis adalah 40% jangkauan,
jadi sekitar 60 km. Selain itu karena menggunakan ramjet, maka
efisiensinya akan berkurang dengan ketinggian; ramjet menghisap oksigen
yang berkurang dengan ketinggian.
Di pihak Rusia, tampaknya telah menghentikan program rudal ramjet
(karena kelemahan di atas) dan menggantinya dengan program rudal baru
RVV BD dan Kh-58UShE (diperkenalkan pada MAKS 2011), yang nampaknya
khusus untuk PAK FA dan tapi juga dapat diusung oleh pesawat tempur lain
seperti seri Flanker atau MiG :
- Rudal udara-udara RVV BD mempunyai jangkauan 200 km. Propulsi, berat dan dimensinya yang tepat belum ada informasinya. Karena merupakan pengembangan dari R-37 maka diperkirakan berat 510 kg, panjang 4,20 m dan diameter 0,38 m. Jarak jangkaunya adalah 200 km, kecepatan Mach 4-5. Ini versi ekspor, kalau aslinya akan lebih jauh lagi jangkauannya.
- Rudal udara-udara RVV SD, mungkin sebagai pengganti RVV AE, mempunyai jangkauan sampai dengan 110 km.
- Sedangkan Kh-58UshE adalah rudal anti radiasi / anti AWACS, kecepatan Mach 4 dengan jangkauan sampai dengan 240 km.
Skenario 1
Baik China maupun Indonesia mempunyai kelemahan di pangkalan aju.
Bagi China jaraknya terlalu jauh, sedangkan bagi Indonesia, lanud Ranai
di p. Natuna mempunyai keterbatasan pra-sarana dan sarana. Oleh karena
itu, skenario yang realistik adalah 4 lawan 4.
Su-35 China mendekati daerah ZEE Natuna dan dideteksi oleh Satrad 212 Ranai pada jarak 440 km. Gripen NG di-scramble dengan konfigurasi dilengkapi 2 rudal Ramjet (Meteor) BVR dan 2 rudal WVR serta satu drop tank 450 gallons, terbang 26 menit supercruise ke posisi dan 50 menit CAP. Apakah akan terjadi saling menembak dengan rudal BVR? Dalam skenario ini, ada 2 alternatif :
- China masih kuatir dengan kinerja Meteor, maka dengan cerdik 1 elemen (2 Su-35) China memanfaatkan radar Irbis E dan excellent fuel fraction-nya untuk menjaga pada jarak 200 km, sedangkan 1 elemen lainnya diperintahkan melambung pada radius 200 km. Semacam kucing-kucingan. Kalau ini dilakukan pada jarak >440 km maka Satrad 212 Ranai tidak bisa membantu situational awareness Gripen NG. Dengan taktik ini Su-35 memaksa Gripen NG menunggu lebih kurang 50 menit sudah “bingo” dan harus kembali ke Natuna. Pada saat yang tidak menguntungkan bagi Gripen Indonesia ini, semua Su-35 China maju dengan supercruise dan menembakkan rudal BVR RVV SD.
- Kalau Su-35 China misalnya sudah membawa RVV BD, maka tunggu sampai jarak 200 km luncurkan RVV BD. Gripen NG Indonesia tidak bisa membalas dengan Meteor karena jaraknya masih terlalu jauh, dan karena repot menghindari RVV BD, Su-35 China dengan leluasa dapat meneruskan dengan merge WVR, first look first kill.
Mau bagaimana lagi, skor 0 – 1 untuk China.
Skenario 2
Indonesia berpikir keras bagaimana mengalahkan Su-35 China. Mau beli
F-22 tidak mungkin, beli PAK FA masih 4 – 5 tahun lagi. Ada yang
mengusulkan coba lihat di blog JKGR, oh iya kenapa tidak beli Su-35
saja. Meskipun menggunakan pesawat yang sama, tapi Indonesia punya
keuntungan yaitu teater operasinya masih di atas wilayah kita Natuna,
sedangkan bagi Cina sangat jauh pada batas luar combat radius Su-35. Faktor ini ditambah penggunaan taktik yang tepat dapat mengungguli China.
Namun pada akhirnya setelah tahu kita beli Su-35, politik China di LCS berubah haluan. Dia setuju Code of conduct yang diusulkan oleh Indonesia/ ASEAN. Damai di dunia!
Kesimpulan
Dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
- Keduanya Su-35 dan Gripen NG adalah pesawat yang bagus sesuai tupoksinya masing-masing.
- Keunggulan Su-35 terhadap pesawat lain terutama adalah pada (a) combat persistense (fuel fraction, combat radius dan loiter time), (b) radar Irbis E dengan power aperture kira-kira sama dengan F-22, dan (c) kinematika (TVC 3D). Kalau ECM-nya kira-kira sama.
- Dengan munculnya RVV BD, RVV SD dan rudal lain yang khusus dikembangkan untuk PAK FA/ FGFA (yang juga dapat dibawa oleh seri Flanker dan MiG), maka nampaknya telah muncul kembali krisis missile gap di pihak Barat.
- Pembelian alutsista yang tepat dapat berpotensi meredam krisis regional, bukan sebaliknya.
Penutup
Semua di atas dapat dianggap sebagai khayalan imho penulis, meskipun
juga sebagian berdasarkan pada fakta geografis, spesifikasi
masing-masing pesawat dan rudal.
Terima kasih telah membaca. (by Antonov).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar