Tugas Pokok TNI menurut Undang-Undang No. 34 tahun 2004 pada
prinsipnya ada tiga, yaitu : Menegakkan kedaulatan negara;
Mempertahankan keutuhan wilayah, dan Melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan. Tugas pokok
tersebut dilaksanakan melalui Operasi Militer untuk Perang (OMP), dan
Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
Di dalam OMSP, yang dirinci 14 butir tugas diantaranya, untuk
membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (Search And Rescue).
Kegiatan SAR di Indonesia saat ini di bawah komando BASARNAS (Badan SAR
Nasional). Dalam wawancara yang disiarkan langsung oleh TVONE terkait
pemberitaan evakuasi main body pesawat Air Asia QZ8501
dikatakan oleh Jenderal Moeldoko bahwa kemungkinan bangkai body pesawat
tidak dapat diambil mengingat sangat rapuh karena terbuat dari
aluminium. Pengangkatan body pesawat yang menggunakan sling baja gagal
karena tali putus dan dimungkinkan dapat terlaksana dengan baik bilamana
terdapat kapal yang memiliki Crane.
Melihat peralatan SAR yang dimiliki baik oleh TNI maupun BASARNAS
memang tampaknya perlu ditambah dengan peralatan yang lebih canggih.
Untuk penyelamatan korban Air Asia QZ8501 yang terbenam dengan kedalam
30-40m saja begitu susah dan lamanya penyelamatan evakuasi dilaksanakan.
Bagaimana jadinya bilamana terdapat kecelakaan baik pesawat ataupun
kapal yang terjadi di laut dalam.
Pada 12 Agustus 2000, terjadi Sebuah bencana paling buruk dalam
sejarah angkatan laut Federasi Rusia, drama kecelakaan tenggelamnya
kapal selam raksasa bertenaga nuklir, KURSK di tengah Laut Barents yang
sangat dingin. KURSK mengangkut 118 awak dengan bobot 14.000 ton ini
secara tiba tiba meluncur bebas ke dasar laut dan tergeletak tak
berdaya. Evakuasi korban dapat dilaksanakan setelah didatangkan bantuan
kapal Seaway Eagle dari Norwegia dan LR 5 dari Inggris.
Upaya terakhir ini membuahkan hasil, 12 penyelam Norwegia yang
diantar dengan Seaway Eagle berhasil mencapai KURSK dan membuka pintu
Palka kapal selam. Sebagian penyelam Norwegia kemudian diijinkan
menggeledah masuk badan KURSK dengan harapan dapat menemukan awak yang
masih selamat, namun terlambat dan kesemuanya meninggal karena kehabisan
oksigen.
Pemerintah Rusia tidak belajar dari tragedi kapal selam ”KURSK” yang
terjadi pada tahun 2000. Pada tanggal 05 Agustus 2005 kembali terjadi
musibah kecelakaan kapal selam mini “PRIZ” milik Rusia tidak dapat
muncul ke permukaan karena terjerat jaring baja di kedalaman 200 meter.
Selama tiga hari, kapal selam mini itu terjerat jaring di perairan
Semenanjung Kamshatka. Untungnya seluruh 7 crew kapal selam ini dapat
diselamatkan oleh Tim dari Inggris yang menurunkan ROV Scorpio 5, ROV
(Remotely Operated Vehicle) ini memotong kabel yang melilit kapal selam
mini itu.
Duka yang mendalam menyelimuti juga pernah menyelimuti Tentara
Nasional Indonesia, dengan gugurnya Komandan Satuan Kapal Selam
Koarmatim Kolonel Laut Jeffry Stanley Sanggel dan Mayor Laut Eko Indang
Prabowo, saat mengikuti latihan militer di perairan Pasir Putih,
Situbondo, Jawa Timur, Sabtu 07/07/2012, pukul 10.00 Wib.
Dalam kejadian tersebut sebenarnya di-skenario-kan karamnya KRI Cakra
401 bersama 6 awaknya, namun karena alat oksigen yang digunakan tidak
berfungsi sehingga mengakibatkan kedua personil dimaksud meninggal. Nah,
bilamana dalam kejadian sebenarnya kapal selam milik TNI mengalami
kecelakaan seperti kasus kapal selam Rusia, bisa dipastikan seluruh Crew
akan tewas karena ketiadaan alat SAR yang mumpuni baik yang dimiliki
oleh TNI maupun BASARNAS.
Tragedi tenggelamnya kapal Ferry MV Sewol di perairan laut Korea
Selatan pada Rabu 16 April 2014 merupakan kecelakaan laut terburuk
selama 21 tahun terakhir. Kecelakaan ini sangat tragis karena sebagian
besar penumpangnya pelajar yang sedang dalam perjalanan wisata namun
malah menemui petaka. Dari 476 penumpang pada tanggal 22 Juli 2014
dilaporkan korban tewas sebanyak 294 jiwa dan 10 orang dikabarkan masih
hilang. Korban yang selamat adalah korban yang sempat bergerak keluar
dan diselamatkan oleh Tim SAR dan kapal yang mendekat ke Ferry Sewol.
Dengan hanya dalam jangka waktu 1 ½ jam kapal Ferry MV Sewol terbalik
karena kelebihan dan pengaturan cargo yang tidak tepat.
Kunci keberhasilan dalam upaya penyelamatan SAR tidak terlepas dari
Faktor Kecepatan dan Kualitas dari ALUTSISTA SAR yang dikerahkan.
Dari paparan di atas maka ada baiknya Kualitas Peralatan SAR yang
dimiliki dan dioperasionalkan oleh TNI ataupun BASARNAS ditambah dengan
alat-alat yang canggih dan memiliki kemampuan mobilitas yang cepat.
Apalagi Indonesia adalah negara kepulauan yang sedang memproyeksikan
poros maritimnya. (oleh : Wahju Indrawan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar