Kementerian Pertahanan akan mendukung penuh proyek National Ship
Design and Engineering Center (NasDEC) atau Pusat Desain dan Rekayasa
Kapal Nasional. Proyek tersebut merupakan hasil kerjasama Institut
Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS) dengan Kementerian
Perindustrian.
Selain kapal-kapal sipil, rencananya proyek ini juga mengembangkan
desain kapal perang. Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengungkapkan
sangat mendukung proyek tersebut saat ditemui JMOL di kantornya, Jumat
16/1/15 lalu.
“Pengembangan industri pertahanan dalam negeri merupakan bagian dalam
memperkuat pertahanan kita, kita memang mengharapkan kepada BUMN maupun
BUMS untuk mengembangkan apa yang mereka mampu buat untuk pertahanan
kita,” ujar Ryamizard.
“Kita apresiasi ITS yang sudah mampu membangun proyek tersebut,
tentunya kita akan dukung penuh proyek itu, dan saya sangat bangga jika
ada anak bangsa ini yang mampu mengembangkan teknologi pertahanan,”
ungkap Menhan.
Mantan Kasad di era Presiden Megawati tersebut juga mengharapkan
pembangunan-pembangunan teknologi yang berkaitan dengan pertahanan terus
meningkat guna menciptakan kemandirian bangsa.
Pihak ITS saat dikonfirmasi mengaku akan terus menunggu arahan berikutnya dari Kemhan mengenai pembangunan proyek NasDEC ini.
“Kita akan menunggu arahan dari pihak Kemhan dalam realisasi program
ini, kita berharap semua dapat berjalan lancar untuk kemajuan bangsa dan
negara,” ujar Dekan Fakultas Teknologi Kelautan ITS, Eko Budijatmiko.
“Sejauh ini sudah ada Prancis, Kroasia, dan Swedia yang akan
bekerjasama dengan kita dalam program ini, dari situ akan ada yang
namanya transfer teknologi, ke depan kita berharap akan ada banyak
negara lagi yang akan menawarkan kerjasama kepada kita,” katanya.
Mengenai jenis kapal perang yang akan didesain dalam proyek ini, Eko
menjelaskan semuanya akan bertahap sesuai dengan waktu dan kemampuan.
“Tentunya akan bertahap, mulai dari kapal patroli hingga kapal besar
seperti Frigat dan Korvet bahkan kapal selam, semuanya tergantung pada
transfer teknologi yang terjadi, cuma kita optimis ke depannya, di
tempat ini akan bermunculan SDM yang ahli dalam mendesain kapal perang,”
ucapnya.
Sementara Menko Kemaritiman Indroyono Soesilo mengharapkan “National
Ship Design and Engineering Center” (NasDEC/Pusat Desain dan Rekayasa
Kapal Nasional) di ITS tidak hanya mengurusi program kemaritiman dalam
bidang desain dan rekayasa kapal. ITS juga diharapkan bisa menjadi pusat
integrasi radar, karena pencarian AirAsia dengan cepat berkat peran ITS
dalam mengintegrasikan radar milik TNI AL, Perhubungan Laut, dan
sebagainya.
Ia menegaskan iptek dan inovasi merupakan kunci untuk mandiri, maju,
dan kuat yang berbasis maritim. “Karena itu, Presiden menetapkan tekad
Indonesia untuk menjadi Poros Maritim Dunia agar tingkat pendapatannya
meloncat kepada 10 ribu dolar perkapita, karena itu kita menyusun empat
agenda besar kemaritiman,” katanya.
Menteri Indroyono menjelaskan empat agenda besar yakni kedaulatan
maritim, sumberdaya alam dan jasa, infrastruktur maritim, serta
sumberdaya manusia dan budaya maritim.
“Saya minta para ahli desain dan rekayasa kapal serta ahli integrasi
radar dari ITS untuk memajukan program kemaritiman dengan empat agenda
besar itu”.
Pemerintah juga berencana membangun sembilan bandara baru di
perbatasan, seperti Seibati, Rote, Nunukan, Miangas, Saumlaki, dan
sebagainya. Dalam kaitan bandara, pelabuhan baru juga akan dibangun,
karena itu ITS bisa berperan dalam desain dan rekayasa kapal melalui
NasDEC-ITS.
“Saya sudah melapor Presiden bahwa ITS mampu merancang radar yang
terintegrasi, misalnya radar perhubungan laut, radar TNI AL, radar TNI
AU, radar pelabuhan, radar bea cukai, dan sebagainya akan terkoneksi,”
katanya.
Dengan koneksi lewat radar itulah, katanya, akan memudahkan kinerja
pengawasan “Negara Kepulauan”. “Kalau sekarang masih sifatnya laporan
dari pangkalan di pulau tertentu, ke Armatim, ke Mabes TNI AL, ke Menko,
lalu ke Presiden. Itu terlalu lama, karena itu perlu radar,”.
Keppres tentang Badan Keamanan Laut sudah terbit. “Dengan teknologi
radar yang terintegrasi, maka Bakamla akan bekerja lebih efektif, karena
jika ada gangguan, maka tinggal kirim kapal AL, kirim pesawat AU, atau
lainnya untuk mengusir pengganggu”.
Untuk sumberdaya manusia, sedang siapkan beasiswa untuk riset
kemaritiman, termasuk riset yang bekerja sama dengan negara lain,
seperti ITS yang sudah bekerja sama dengan sejumlah universitas di
Jerman. ( sumber: Jurnal Maritim dan JurnalSumatra).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar