Pada 9 Juli nanti Indonesia akan
menentukan presiden baru periode 2014-2019. Bagaimana nasib program
strategis nasional yang bersifat jangka panjang, seperti pengembangan
jet tempur canggih bernama Indonesian Fighter Xperiment (IFX)?
Program pesawat ini dimulai dan dirancang sejak tahun 2010, dan direncanakan memasuki fase produksi massal mulai tahun 2022.
Staf Ahli Komite Kebijakan Industri
Pertahanan (KKIP) Bidang Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga Silmy
Karim menyebut, program pengembangan jet tempur canggih IFX sangat
bergantung terhadap Presiden baru. Namun meski tergantung, Silmy
menyebut Indonesia harus memiliki kemandirian di dalam penguasaan dan
produksi pesawat tempur canggih.
“Kalau kemandiriannya berapa lamanya, itu tergantung keputusan kepala pemerintahan,” kata Silmy saat berbincang dengan detikFinance, Jumat (27/6/2014).
Silmy menjelaskan, program jet tempur IFX generasi 4.5 tersebut
sangat menguntungkan Indonesia. Bila pesawat ini tercipta, maka bisa
menghemat devisa karena pemenuhan peralatan tempur canggih dipenuhi dari
industri pertahanan dalam negeri.
“Ini penghematan, kalau beli di luar negeri ya yang menikmati luar negeri,” sebutnya.
Sebelumnya Direktur Niaga dan Restrukturisasi PT Dirgantara Indonesia
(persero) Budiman Saleh menjelaskan, pengembangan proyek pesawat tempur
KFX/IFX akan terus berlanjut, meski presiden di Indonesia maupun di
Korea Selatan telah berganti.
“Itu masuk blue print pemerintah, akan diteruskan oleh siapapun presidennya,” kata Budiman.
Untuk versi Indonesia, jet tempur jenis pesawat IFX akan diproduksi di markas PTDI di Bandung, Jawa Barat. Sedangkan Korea Selatan akan memproduksi KFX. Produksi massal dimulai pada tahun 2022.
Saat diproduksi bersama, KFX/IFX akan diproduksi sebanyak 150 unit.
Dengan rincian Angkatan Udara Korea Selatan memperoleh 100 unit (KFX)
dan Angkatan Udara Indonesia mendapatkan 50 unit (IFX). Sementara untuk
pembiayaan, sebanyak 80% ditanggung oleh pemerintah Korea Selatan dan
20% oleh pemerintah Indonesia. (finance.detik.com)
Diproduksi 50 Unit, Jet Tempur Made In RI Saingi Jet Rafale dan F-18
Indonesia
dan Korea Selatan sedang mengembangkan jet tempur canggih. Kedua negara
sepakat merancang burung besi canggih untuk keperluan perang. Pesawat
tersebut masuk generasi 4.5.
Program tersebut bernama Korean Fighter Xperiment/Indonesian Fighter
Xperiment (KFX/IFX). Seri KFX/IFX sendiri setara dengan jet tempur tipe
F-18 Super Hornet,
Eurofighter Typhoon, hingga Dessault Rafale. Pesawat generasi 4.5 mulai
dikembangkan pada dekade 1990-an. Pesawat generasi 4.5 ini masih
diproduksi hingga kini, meskipun pengembangan jet tempur telah memasuki
generasi 5 dan 6.
Untuk versi Indonesia atau IFX, prototype akan diluncurkan pada tahun
2020. Selanjutnya 2 tahun berikutnya atau tahun 2022, IFX akan
diproduksi secara massal di Indonesia. Produksi pesawat disesuaikan
dengan kebutuhan TNI dan kondisi geografis TNI.
“Untuk buat pesawat terbang militer itu normal 8 tahun. Apalagi skala
fighter kalau pesawat kecil biasa cuma 4 tahun. Produksinya 2022.
Prototype harus terbang pada tahun 2020. Itu sudah terbang. Itu untuk 2
negara,” kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Budi Santoso
kepada detikFinance beberapa waktu lalu.
Saat diproduksi bersama, KFX/IFX akan diproduksi sebanyak 150 unit. Dengan rincian Angkatan Udara Korea
Selatan memperoleh 100 unit (KFX) dan Angkatan Udara Indonesia
mendapatkan 50 unit (IFX). Sementara untuk pembiayaan, sebanyak 80%
ditanggung oleh pemerintah Korea Selatan dan 20% oleh pemerintah
Indonesia.(finance.detik.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar