Beberapa tahun silam BRI dikenal sebagai salah bank ‘ndeso’.
Imej itu sudah berubah dalam beberapa tahun terakhir, bahkan kini BRI
menjadi bank pertama di dunia yang mengoperasikan satelit.
Terobosan inovatif Bank Rakyat Indonesia mengoperasikan satelit telekomunikasi sendiri yang dinamakan BRISat, menjadi topik cocktail reception
Arianespace di Raffles Hotel berkaitan digelarnya pameran CommunicAsia
2014, Enterprise IT 2014 dan BroadcastAsia 2014 di Marina Bay Sands
Singapore, (17-20/6). Satelit BRISat yang akan diluncurkan Arianespace
ke Geostationary Transfer Orbit (GTO) pada 2016, akan menjadi satelit
pertama dunia yang dioperasikan oleh bank.
“Beberapa minggu lalu kami menandatangani kontrak dengan
Bank Rakyat Indonesia untuk meluncurkan BRISat. Dalam kesempatan ini
saya ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada BRI, operator ke-40
yang telah memberi kepercayaan kepada Arianespace untuk meluncurkan
satelit pertama mereka,” kata Stephane Israel, Chairman/CEO Arianespace
dalam sambutannya.
Stephane menyebutkan bahwa BRISat merupakan satelit
pertama di dunia yang dioperasikan oleh bank, menambah andil pada 64
persen pasar peluncuran satelit komersial kawasan Asia-Pasifik yang
dikuasai Arianespace. Meski belum terlihat, namun ke depan inovatif BRI
diharapkan memicu bank-bank lain di dunia mengikuti langkahnya.
Menurut catatan Angkasa, selama ini PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menggunakan 23 transponder dari sembilan provider dalam memenuhi kebutuhan teknologi informasi dan komunikasi bagi lebih 9.000 jaringan kantor perseroan dan e-channel.
Dalam antisipasi menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, untuk
menjangkau lapisan masyarakat serta diharapkan menguntungkan bisnis
perseroan, BRI alokasikan dana 250 juta dolar (sekitar Rp 2,5 triliun)
untuk pembuatan satelit 45 transponder kelas 3 metrik ton kepada
perusahaan AS, Space Systems/ Loral, LLC dan Arianespace untuk
mengorbitkannya.
BRISat saat diluncurkan berbobot 3.500 kg dengan
transponder C dan Ku-band, dirancang untuk masa aktif 15 tahun. Satelit
ini akan melayani sekitar 11.000 cabang BRI yang tersebar dari Sabang
sampai Merauke. Sedang kelebihan kapasitasnya, besar kemungkinan akan
dikelola sebagai usaha baru, ditawarkan ke pihak ketiga dalam era MEA.
Kemampuan BRISat yang telah meraih izin pengelolaan slot
orbit 150.5 Bujur Timur dari Kementerian Komunikasi dan Informatika,
menjangkau cakupan seluruh wilayah Indonesia, ASEAN, Asia Timur Laut,
sebagian Pasifik dan Australia Barat.
“Indonesia memiliki 17.000 pulau, lebih dari 7.000
kecamatan, dan 80.000 desa dan kelurahan yang sangat membutuhkan
teknologi komunikasi satelit,” jelas Direktur Utama BRI Sofyan Basir
dikutip Antara (28/5), pada penandatangan kerja sama dengan
Vice President Space Systems/Loral David Bernstein dan Vice President
Arianespace Jacques Breton di Jakarta. Acara ini disaksikan Presiden
Soesilo Bambang Yudhoyono, Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul
Sembiring dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan serta Duta
Besar Perancis Corinne Breuze.
Cetak rekor dunia
Stephane Israel dan Managing Director Arianespace
Singapore, Richard Bowles menjelaskan bahwa BRISat merupakan satelit
kelima yang akan diorbitkan Arianespace untuk operator Indonesia.
Satelitnya akan diluncurkan dari stasiun Guiana Space Center Spaceport
Eropa di Korou, Guyana Perancis di benua Amerika Selatan. Wahana
peluncurnya menggunakan Ariane 5, roket terbesar miliknya setinggi 51
meter dengan launch thrust 2.860.000 pon.
“Tahun 2013, Ariane 5 telah mencetak rekor dunia
meluncurkan 57 satelit berturut-turut tanpa kegagalan,” kata mereka
mengenai launch vehicle Ariane 5. Selain mengorbitkan satelit
telekomunikasi, juga dipergunakan untuk misi memasok kebutuhan
International Space Station. Ditambah dua peluncuran sukses tahun ini,
menjadikan 59 satelit diorbitkan Ariane 5 pada posisinya oleh
Arianespace yang berkantor pusat di Evry, Perancis.
Richard Bowles menambahkan sebelum BRISat, Arianespace
telah mengorbitkan satelit komunikasi Palapa C2 pada 1996, satelit
Cakrawala 1 tahun 1997, satelit Telkom 1 pada 1999 dan 2005 satelit
Telkom 2. “Kami punya jejak rekam 15 tahun di Indonesia,” tegasnya.
Sejak berdiri, Arianespace telah meraih 77 kontrak peluncuran dari
wilayah Asia-Pasifik. Sedang selama kurun waktu 27 tahun, perusahaannya
telah meluncurkan 68 satelit para operator di wilayah yang sedang booming ekonominya ini.
Baik Stephane Israel dan Richard Bowles menekankan bahwa
pasar kini begeser ke kawasan Asia-Pasifik. Selain Indonesia, di kawasan
ini customer Arianespace adalah Malaysia, Filipina, Australia, India, dan Jepang.
Angkasa mencatat bahwa Indonesia merupakan
negara ketiga pertama di dunia pada awal dekade 1970 setelah Kanada dan
Amerika Serikat menggunakan jasa satelit komunikasi untuk menyatukan
negara. Satelit komunikasi sekarang tidak saja untuk jasa komunikasi
telepon, broadcast (siaran televisi), tapi sudah berkembang
digunakan untuk berbagai bidang jasa yang lebih luas, termasuk kini di
sektor keuangan dan perbankan.
“Tidak saja sektor ekonomi, bagi Indonesia juga dalam membantu
operasi kemanusiaan di masa depan,” tambah Bowles memberi gambaran lain
mengenai pemakaian jaringan satelit. Salah satunya adalah bencana alam
tsunami seperti yang pernah dialami Aceh. Dijelaskan, penanganan korban
tsunami maupun wilayah yang terkena bencana akan lebih cepat terdeteksi
menggunakan satelit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar