Pesawat P-51 Mustang |
Proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 merupakan titik
kulminasi dari perjuangan bangsa Indonesia, yang berarti bahwa sejak
saat itu bangsa Indonesia telah menjadi negara yang berdaulat dan bebas
menentukan nasibnya sendiri dalam suatu kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Namun pernyataan kemerdekaan yang diproklamirkan
tersebut, bukanlah akhir dari perjuangan bangsa Indonesia, karena
Kolonial Belanda baru mengakui kedaulatan Negara Indonesia pada 27
Desember 1949 sebagai tindak lanjut dari keputusan Konferensi Meja
Bundar (KMB) di Den Haaq, Belanda tanggal 23 Agustus - 2 November 1949
yang memaksa Pemerintah Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia
Serikat (RIS). Pengakuan kedaulatan ini kemudian ditandai dengan
penyerahan kekuasaan, baik sipil maupun militer kepada bangsa
Indonesia. Salah satu fasilitas militer yang diserahkan adalah
penyerahan pangkalan-pangkalan udara beserta fasilitasnya, yang
dilaksanakan secara bertahap dan sebagai puncaknya adalah penyerahan
Markas Besar Penerbangan Militer Belanda atau Hoofd Kwartier Militaire
Luchtvaart (HKML) di Jalan Merdeka Barat Nomor 8 Jakarta Pusat kepada
Angkatan Udara Republik Indonesia Serikat (AURIS) tanggal 27 Juni 1950.
Formasi Pesawat P-51 Mustang |
Dengan telah diserahkannya seluruh fasilitas Militaire Luchtvaart
(ML) kepada Pemerintah Indonesia, maka sejak saat itu AURI sudah
memiliki kekuatan udara dengan berbagai macam jenis pesawat, diantaranya
adalah pesawat tempur P-51D Mustang buatan Amerika Serikat, yang
kemudian melalui Surat Keputusan KSAU Nomor 28/II/KS/51 tanggal 21 Maret
1951, P-51 Mustang ditempatkan di Skadron 3 Pemburu Pangkalan Udara
Cililitan, Jakarta dan selanjutnya dipindahkan ke Lanud Abdulrachman
Saleh, Malang pada 17 Juli 1962 dibawah Wing Operasional 002 Taktis.
Atraksi Pesawat P-51 Mustang pada HUT TNI Angkatan Udara 9 April 1951 |
P-51 Mustang adalah pesawat buru sergap jarak jauh yang sangat handal
pada era perang dunia ke dua. Mustang menjadi satu-satunya pesawat
tempur yang mampu melangsungkan serangan secara mandiri maupun
melaksanakan tugas pengawalan terhadap pesawat pengebom. Karena
kehandalannya, Mustang diproduksi ribuan dan digunakan oleh banyak
angkatan udara, termasuk Indonesia. Meskipun saat itu Indonesia
menerima Mustang sebagai hibah dari Belanda, namun Mustang telah menjadi
tulang punggung AURI dalam menjalankan berbagai operasi militer
diwilayah NKRI, bahkan mustang digunakan Indonesia untuk melawan Belanda
dan sekutunya dikemudian hari.
Duduk : Dono Indarto, Ramli, Ig. Dewanto Berdiri : Hamawi, Hapid, Roesmin, Leo Wattimena |
Untuk mengawaki pesawat P-51D Mustang yang diserahkan tersebut, AURI
mendatangkan para instruktur dari negara asal pesawat maupun
instruktur-instruktur yang sebelumnya merupakan personel
Militaire Luchtvaart.
Latihan yang dilaksanakan berupa penembakan udara ke darat dan dari
udara ke udara, dengan menggunakan peralatan seadanya. Melalui latihan
yang terus dilakukan, maka kemampuan dan keterampilan para penerbang
tempur AURI semakin meningkat, sehingga mampu membentuk satu tim
aerobatik dengan menggunakan pesawat tempur P-51D Mustang.
Pembentukan tim aerobatik TNI Angkatan Udara yang pertama ini berawal
dari latihan formasi pesawat yang dibimbing oleh salah satu instruktur
penerbang dari Amerika Serikat bernama Leo Nooms. Latihan yang
diberikan adalah Red Race, kemudian formasi String, yaitu terbang
berurutan lurus ke belakang, dengan instruktur di depan dan diikuti oleh
penerbang di belakangnya. Latihan ini dilakukan secara berulang-ulang
sampai tingkat mahir. Kemudian dilanjutkan latihan terbang formasi
dengan dua pesawat, tiga sampai empat pesawat, dengan masing-masing
pesawat saling berdekatan untuk melakukan gerakan bersama. Semua
latihan yang dilaksanakan dapat berjalan dengan sempurna, sehingga
mendorong Leo Wattimena, Roesmin Noerjadin, Ignatius Dewanto, Mulyono,
Hadi Sapandi dan Pracoyo, untuk membentuk tim aerobatik kebanggaan AURI
pada waktu itu.
Moeljono, gugur ketika aerobatik di Surabaya pada 12 April 1951 |
Tim aerobatik P-51D Mustang berlatih disela-sela kegiatan operasi,
sehingga tim ini tidak pernah muncul di depan publik, bahkan salah satu
penerbangnya yaitu Mulyono, gugur dalam kecelakaan aerobatik di Surabaya
dalam rangka atraksi di Kota Surabaya pada 12 April 1951. Meskipun
tim aerobatik P-51D Mustang tidak pernah tampil di depan umum dan tidak
memiliki nama khusus seperti tim-tim aerobatik TNI Angkatan Udara
lainnya, namun tim ini telah menjadi inspirasi bagi penerbang-penerbang
AURI berikutnya untuk membentuk tim aerobatik sejenis, sehingga tim
aerobatik P-51D Mustang dapat dikatakan sebagai perintis atau the
pioneer dari tim-tim aerobatik kebanggaan bangsa Indonesia, khususnya
TNI Angkatan Udara.
Sejak diterima AURI, berbagai operasi telah dijalankan P-51 Mustang,
seperti Operasi Tegas di Sumatera pada 1955, Operasi Sapta Marga di
Medan pada 1958, Operasi 17 Agustus di Padang dan Pekanbaru pada 1958,
Operasi Merdeka di Manado pada 1958, Operasi Trikora pada 1960-an,
Operasi Dwikora pada 1964 dan Operasi Sambar Kilat di Kalimantan Barat
pada 1966. Pada awal tahun 1970-an pesawat P-51 Mustang atau lebih
dikenal dengan julukan “Si Cocor Merah” ini dinyatakan grounded,
dikarenakan usianya yang sudah tua, dan sukucadangnya yang langka.
TNI AU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar