Dalam pemenuhan kebutuhan Alutsista TNI
Angkatan Laut, PT PAL Indonesia memiliki rencana Program menengah 5
tahun dan Jangka Panjang 25 tahun. Hal tersebut disebutkan dalam
lokakarya rencana induk pemenuhan ALPAHANKAM pertengahan April lalu di
Kementerian Pertahanan.
Dalam program jangka menengah 5 tahun, PT PAL ditargetkan dapat
menciptakan sendiri desain frigate nasional pada 2017, sementara program
jangka panjang 25 tahun, persero ini akan menciptakan desain kapal
selam di tahun 2022.
Proses pengadaan kapal perang untuk TNI-AL disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi geografi indonesia. Untuk mendapatkan kemampuan
itu, PT PAL Indonesia melaksankan kerja sama dengan galangan kapal
asing, seperti DSNS Belanda dalam produksi bersama kapal PKR 105m
frigate class. Kerja sama itu dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan
teknologi / transfer of technology.
PT PAL Indonesia sebagai Industri pertahanan dan Lead Integrator
mempunyai tuntutan untuk dapat menguasai teknologi platform dan combat
management system, terutama penguasaan konfigurasi sistem persenjataan
dan integrasinya.
Dalam pembangunannya, kapal perang tidak dapat disamakan dengan
pembangunan kapal komersial. Perbedaannya terletak pada desain platform
kapal yang harus dapat memenuhi requirement meletakan persenjataan dalam
hull desainnya.
Selain itu, dalam membuat desain platform kapal perang harus melihat
pula beberapa pertimbangan kemampuan kapal untuk tetap dapat bertahan
dalam kondisi di luar normal, seperti efek persenjataan musuh, serangan
atas air, pengaruh internal dan eksternal blast, underwater explotions,
shock, serta sisa tegangan saat penembakan rudal dari kapal.
Dewasa ini, dalam pembangunan kapal perang yang disesuaikan dengan
kebutuhan, banyak kapal perang yang dapat dikembangkan persenjataannya
dalam artian plug and play. Bukan hanya itu, kapal-kapal perang tersebut
meningkatkan kemampuan stealth guna mengurangi deteksi radar.
Tidak hanya pada sisitem persenjataan dan sistem stealth, melainkan
juga meningkatkan kecepatan kapal dengan kemampuan mencapai 40 knots.
Hal tersebut mendukung tactical advantages, namun maintenance lebih
terhadap kapal yang memiliki kecepatan tinggi ini sering dilakukan pada
hull akibat flamming response dan fatigue strength atau kelelahan
material karena guncangan pada struktur kapal yang dilaju pada kecepatan
maksimal.
Dengan kata lain, galangan kapal industri pertahanan harus mampu
membuat konfigurasi sistem persenjataan yang dimaknai dengan seluruh
sistem persenjataan yang terpasang di kapal sangat terkait hull
perfomance kapal. (jurnalmaritim.com).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar