AH-64 Apache, helikopter tempur yang tengah ditunggu TNI AD dari Boeing (Shepardmedia.com)
“Secara bertahap helikopter tersebut akan kita
datangkan mulai 2015 hingga 2017. Helikopter canggih buatan Boeing ini
akan dioperasikan oleh para penerbang Angkatan Darat (Penerbad),” kata
Budiman di Samarinda, Kamis (23/1/2014).
Ia mengatakan TNI AD tengah menyiapkan sejumlah titik untuk menjadi pangkalan senjata berawak ini. Salah satunya, menurut KSAD, adalah di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Kabupaten paling utara Provinsi Kaltim itu selain bakal menjadi pangkalan bagi helikopter-helikopter Apache juga akan menjadi pangkalan heli tempur Agusta dan berbagai jenis pesawat lain.
“Indonesia membeli varian terbaru dari helikopter serbu tersebut, yaitu versi AH-64E. Sejak 2013, model ini oleh Amerika Serikat, negara pembuatnya, mulai dipakai untuk menggantikan AH-64D Longbow, yang di ASEAN dimiliki oleh Singapura.
Dia mengatakan, AH-64E memiliki mesin T700-GE-701D yang hemat bahan bakar dan lebih efisien sehingga dapat terbang lebih jauh, lebih lama, dan bisa membawa persenjataan lebih banyak. Rotornya terbuat dari bahan komposit yang lebih ringan namun lebih kuat yang membuat jenis heli ini terbang lebih cepat ketimbang seri D.
Senjata utama Apache AH-64 adalah rudal AGM-114 Hellfire. Rudal ini dijuluki tank-killer atau penghancur tank, julukan yang didapatnya dari berbagai medan perang. Apache membawa 16 rudal Hellfire dibagi ke dalam 4 peluncur di sayapnya dengan jangkauan tembak hingga 12 km. Senjata lapis kedua dari Apache adalah roket Hydra 70 mm yang dibawa dalam sepasang peluncur roket isi 19 roket. Untuk pertahanan udara, helikopter ini dilengkapi rudal AIM-9 Sidewinder dan AIM-92 Stinger. Heli ini juga bisa mengangkut rudal anti radiasi AGM-122 untuk menghancurkan instalasi radar musuh.
Lebih lanjut Budiman mengatakan harga 8 unit helikopter itu lengkap dengan persenjataan dan pelatihan pilot serta kru darat adalah US$600 juta. Selain Indonesia, katanya, Taiwan, India, dan Qatar juga sudah memesan AH-64E bersamaan dengan Korea Selatan dan Jepang. India bahkan bisa memaksa Boeing melakukan alih teknologi dengan membuat sebagian komponen untuk India di India. “Jadi kita tunggu saja,” tandas Budiman.
Solo Pos.
Ia mengatakan TNI AD tengah menyiapkan sejumlah titik untuk menjadi pangkalan senjata berawak ini. Salah satunya, menurut KSAD, adalah di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Kabupaten paling utara Provinsi Kaltim itu selain bakal menjadi pangkalan bagi helikopter-helikopter Apache juga akan menjadi pangkalan heli tempur Agusta dan berbagai jenis pesawat lain.
“Indonesia membeli varian terbaru dari helikopter serbu tersebut, yaitu versi AH-64E. Sejak 2013, model ini oleh Amerika Serikat, negara pembuatnya, mulai dipakai untuk menggantikan AH-64D Longbow, yang di ASEAN dimiliki oleh Singapura.
Dia mengatakan, AH-64E memiliki mesin T700-GE-701D yang hemat bahan bakar dan lebih efisien sehingga dapat terbang lebih jauh, lebih lama, dan bisa membawa persenjataan lebih banyak. Rotornya terbuat dari bahan komposit yang lebih ringan namun lebih kuat yang membuat jenis heli ini terbang lebih cepat ketimbang seri D.
Senjata utama Apache AH-64 adalah rudal AGM-114 Hellfire. Rudal ini dijuluki tank-killer atau penghancur tank, julukan yang didapatnya dari berbagai medan perang. Apache membawa 16 rudal Hellfire dibagi ke dalam 4 peluncur di sayapnya dengan jangkauan tembak hingga 12 km. Senjata lapis kedua dari Apache adalah roket Hydra 70 mm yang dibawa dalam sepasang peluncur roket isi 19 roket. Untuk pertahanan udara, helikopter ini dilengkapi rudal AIM-9 Sidewinder dan AIM-92 Stinger. Heli ini juga bisa mengangkut rudal anti radiasi AGM-122 untuk menghancurkan instalasi radar musuh.
Lebih lanjut Budiman mengatakan harga 8 unit helikopter itu lengkap dengan persenjataan dan pelatihan pilot serta kru darat adalah US$600 juta. Selain Indonesia, katanya, Taiwan, India, dan Qatar juga sudah memesan AH-64E bersamaan dengan Korea Selatan dan Jepang. India bahkan bisa memaksa Boeing melakukan alih teknologi dengan membuat sebagian komponen untuk India di India. “Jadi kita tunggu saja,” tandas Budiman.
Solo Pos.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar