Kementerian Pertahanan Indonesia telah menandatangani kontrak dengan
Thales Inggris untuk pengiriman sistem pertahanan udara terintegrasi,
ForceSHIELD buatan Thales. Kontrak senilai lebih dari £ 100 juta (US $
164 juta) meliputi penyediaan lima baterai pertahanan udara ringan
terdiri dari: rudal pertahanan udara jarak pendek STARStreak, serta radar CONTROLMaster 200 & sistem koordinasi senjata.
Beberapa unit dari STARStreak akan bersifat portable, sementara yang
lain akan menggunakan sistem senjata bergerak (mobile) RAPIDRanger serta
modul Lightweight Multiple Launchers (LML).
“Persenjataan ini sebagai solusi bagi Angkatan Darat Indonesia yang
menandai hadirnya pendekatan baru dalam pertahanan udara canggih dari
generasi terbaru ‘teknologi sensor efek’,” ujar Victor Chavez , CEO dari
Thales Inggris.
Sistem pertahanan udara terintegrasi ForceSHIELD, mengubah
(customising) dan menggabungkan berbagai alutsista yang ada seperti:
radar, komunikasi, penyergapan, sistem pengendalian tembakan, peluncur
dan serta rudal (VSHORAD) Very Short Range Air Defense. Dengan
pendekatan baru yang fleksibel ini Thales dapat memberikan solusi untuk
menghadapi meningkatnya cakupan ancaman udara yang bersifat asimetris,
maupun ancaman udara yang bersifat konvensional.
ControlMaster200 merupakan sensor utama untuk sistem pertahanan udara
‘ForceShield’. ControlMaster200 adalah radar multi misi taktis 3D jarak
menengah yang berbentuk compact/mobile. Radar ini membutuhkan waktu 10
menit untuk aktif dan dapat diangkut melalui jalan darat, kereta api,
pesawat taktis atau helikopter.
Control Master 200 terdiri dari radar solid-state generasi terbaru,
yang mampu mendeteksi dan melacak 200 target secara simultan, hingga
ketinggian 25000 meter (82,000 ft), untuk rentang jarak 250 km.
Engagement Control System dari alat ini, mampu mengevaluasi ancaman,
menyiapkan senjata dan mengkoordinasikan aktivitas tempur -memungkinkan
keputusan yang kompleks dan kritis dibuat dalam waktu yang lebih cepat
dengan keamanan dan tingkat presisi yang tinggi.
The RAPIDRanger adalah kendaraan ringan peluncur rudal yang unik,
sekaligus pengendalian sistem penembakan yang dapat diintegrasikan ke
dalam struktur jaringan, sehingga memungkinkan dikoordinasikan dengan
berbagai sistem komando dan control sistem lainnya.
Dilengkapi dengan rudal STARStreak kecepatan tinggi, RAPIDRanger
memiliki kemampuan untuk menetralisir berbagai ancaman udara, termasuk
serangan pesawat ground attack, Serangan Helicopters, Unmanned Aerial
Vehicles (UAV) serta rudal jelajah.
Rudal STARStreak
beroperasi pada kecepatan lebih dari 3 mach untuk mengalahkan ancaman
yang bergerak cepat dan dalam waktu singkat. Tiga rudal STARStreak yang
terpasang dalam satu modul, memaksimalkan konfigurasi penyergapan
sasaran yang datang. Dengan adanya sorotan laser akurasi tingkat tinggi,
memungkinkan Rudal STARStreak mencegat target yang memiliki
radiasi/emisi rendah dan kebal terhadap semua tindakan pencegahan/
countermeasures.
Untuk melaksanakan program tersebut, Thales berencana meningkatkan
kerjasama industri dengan Indonesia dan telah menandatangani perjanjian
dengan perusahaan Indonesia PT LEN. Thales juga mengatakan pihaknya
berencana menambah kemitraan dengan industri Indonesia lainnya, pada
program masa depan baik di militer maupun sektor sipil.
Tentara Indonesia sudah mengoperasikan sistem pertahanan udara jarak
pendek: RBS – 70 Swedia, Grom Polandia dan TD – 2000B Cina -semua sistem
rudal VSHORAD, yang diperoleh pada 1990-an, pertengahan dan akhir tahun
2000. Masing-masing sistem ini dilengkapi dengan radar dan sistem
kontrol terkait. (thales.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar