Filipina memesan dua unit Perusak Kawal Rudal (PKR) 105 Meter-FRIGATE buatan PT PAL. (Foto: PT PAL)
Minimum Essential Force (MEF) atau kekuatan pokok minimum TNI menjadi salah satu poin penting dalam hal pertahanan negara menuju era
global. Persoalan yang tidak kalah penting adalah peningkatan kemampuan
industri militer dalam negeri, seperti LAPAN, Pindad, PT PAL, PT DI,
BPPT, PT Dahana, dan sebagainya.
“Kapasitas alutsista yang modern dan
memadai tentu akan meningkatkan pamor dan menambah rasa percaya diri
bangsa kita di tengah-tengah dinamika hubungan antarnegara yang
terjadi,” ujar Direktur Utama PT PAL, Muhammad Firmansyah Arifin, kepada
JMOL di Surabaya, Rabu (18/6).
Menurut Firmansyah, peningkatan kualitas dan kuantitas alutsista yang dimiliki Indonesia menjadi sangat penting, mengingat Indonesia memiliki lautan yang sangat potensial dan strategis.
Alutsista memadai akan sangat berguna apabila suatu ketika terjadi
ancaman di wilayah perairan Indonesia, seperti yang terjadi di wilayah
Ambalat.
Seperti diketahui, TNI AL terus berupaya
meningkatkan teknologi dan kuantitas alutsista yang dimiliki. Keinginan
kuat TNI AL meningkatkan alutsistanya diwujudkan dengan menjalin kerja
sama yang erat dengan industri militer dalam negeri. Salah satunya, PT Penataran Angkatan Laut (PT PAL) di Surabaya.
PT PAL memahami tantangan yang dihadapi
TNI AL dan berkomitmen kuat senantiasa mendukung sarana dan prasarana
yang dibutuhkan dalam rangka pertahanan negara.
“PT PAL senantiasa mendukung kebutuhan
TNI AL, dengan berusaha memenuhi setiap pesanan yang diberikan kepada
kami,” kata Firmansyah.
Ia menjelaskan, beberapa alutsisita yang
dipesan TNI AL kepada PT PAL antara lain LPD 125-KRI Banjarmasin, Kapal
Perusak Kawal Rudal (PKR), Fast Patrol Boat 28 M, Fast Patrol Boat 57
M, serta KCR 60 M KRI Sampari. PT PAL saat ini sedang dalam proses
perencanaan pembuatan kapal selam pesanan TNI AL.
Alih Teknologi
Di sisi lain, harus diakui bahwa tidak
semua komponen kapal dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri. Untuk
kapal perang, sekitar 60 persen komponennya dibuat di dalam negeri.
Sedang sisanya diimpor dari berbagai negara. Untuk kapal niaga, komponen
yang mampu diproduksi dalam negeri sebesar 70 persen.
Untuk meningkatkan kapasitas dan
kualitas produksi, PT PAL sering kali melakukan proses alih teknologi.
Upaya yang dilakukan PT PAL dalam rangka alih teknologi tersebut
utamanya dalam menyiapkan kualitas SDM yang andal. SDM yang disiapkan
melalui proses seleksi yang ketat, kemudian training peningkatan kemampuan teknis maupun mentalitas.
Alutsista yang dibutuhkan di masa depan tentu harus dikembangkan melalui perencanaan yang matang dan strategis.
“Kemenhan saat ini sedang membuat
pemetaan untuk kebutuhan alutsista, baik dari jumlah maupun teknologi
yang dibutuhkan, serta kapasitas galangan kapal. Dari pemetaan ini akan
dapat dilihat perbandingan antara perencanaan dan pemenuhannya. Untuk
itulah pemetaan dibutuhkan,” pungkasnya. (jurnalmaritim.com) JKGR.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar