Wamil (wajib militer) nyatanya tak melulu ditujukan ke warga sipil,
untuk memperkuat kebutuhan operasional, baik TNI AL dan TNI AU jamak
menerima ‘wamil’ berupa limpahan wahana yang awalnya sebagai
transportasi sipil. Di lingkup armada TNI AL, adalah Satban (Satuan
Kapal Bantu) yang dipercaya mengkaryakan kapal-kapal eks sipil yang
dikonversi sebagai kapal pengangkut pasukan. Nah, untuk urusan yang satu
ini, TNI AL rupanya punya bebarapa varian.
Untuk kapal-kapal eks PT Pelni, diberi kode awalan Tanjung. Dan
jadilah seperti yang kita kenal KRI Tanjung Kambani 971, KRI Tanjung
Oisina 972, KRI Tanjung Nusanive 973, dan KRI Tanjung Fatagar 974.
Sebagai eks kapal Pelni yang lumrah mengemban misi transportasi antar
pulau jarak menengah – jauh, maka kapal-kapal dengan awalan ‘Tanjung’
punya tonase yang besar. Perannnya cukup strategis, seperti dalam
pergeseran pasukan dalam jumlah besar. Di masa damai pun, kapal-kapal
ini banyak dimanfaatkan untuk misi sosial.
Selain itu Satban juga punya kapal angkut cepat. Kapal-kapal ini
merupakan limpahan dari PT ASDP (Angkutan Sungai Danau dan Penyeberan).
Dari kualifikasinya masuk sebagai KFC (Kapal Ferry Cepat). Agar mudah
mengkategorikannya, TNI AL memberi identitas awalan nama ‘Karang’ di
setiap kapal. Yakni KRI Karang Pilang 981, KRI Karang Tekok 982, KRI
Karang Banteng 983, KRI Karang Galang 984, dan KRI Karang Unarang 985.
Proses hibah lima kapal ini dilaksanakan antara Departemen Perhubungan
ke Departemen Pertahanan pada September 2005 dengan nilai Rp491 miliar.
Alasan hibah kapal-kapal ini lantaran KFC mulai sepi peminat, kalah
bersaing dengan tiket murah pesawat, dan biaya operasional KFC yang
cukup tinggi.
Sebagai kapal cepat, armada KFC memang mampu ngebut layaknya MTB (Motor Torpedo Boat) Jaguar.
KFC dibuat oleh galangan kapal Lurrsen (Fr. Lurssen Werft) di Bremen,
Jerman pada tahun 1998. Mengandalkan empat Mesin Pendorong Pokok (MPK)
bertenaga Water Jet, dapat dicapai kecepatan maksimal hingga 38 knot,
serta kecepatan jelajah 30 knot. Namun, kemampuan dalam kecepatan yang
menjadi ciri khas kapal buatan Jerman ini, rupanya menjadi batu
sandungan dalam hal operasional. Kecepatan kapal identik dengan borosnya konsumsi bahan bakar. Sementara jika kapal boros bahan bakar, maka gelar operasionalnya akan menjadi sulit, mengingat keterbatasan anggaran.
Untuk itu, dua KFC (KRI Karang Pilang 981 dan KRI Karang Unarang 985) diputuskan guna dilakukan downgrade
pada sistem propulsi. Penggantian sistem propulsi dari empat MPK
menjadi dua MPK Shaft Propeler adalah usaha untuk menghemat bahan bakar.
Kecepatan kapal turun drastis dari 38 knot menjadi 18 knot, namun dari
segi konsumsi bahan bakar solar dapat menghemat pemakaian dari 2 ton per
jam menjadi 2 ton per hari. Kapasitas maksimal BBM adalah 54 ton dengan
kemampuan jelajah kapal mencapai 926 km.
Karena fungsinya juga sebagai kapal angkut militer, maka kapasitas
penumpang kapal ini dikurangi untuk memberi tempat bagi peralatan
militer yang akan diangkut, dari kapasitas awal 925 orang menjadi 600
orang. Meski mesinnya di downgrade, namun TNI AL melengkapi kapal ini
dengan senjata anti serangan udara, khususnya pada KRI Karang Pilang
dipasang dua pucuk kanon kaliber 20 mm. Proses modifikasi KRI Karang
Pilang 981 dilaksanakan oleh Dock Ship Lift Divisi Kapal Perang PT. PAL.
Meski tak punya kemampuan stealth, tapi dengan bodi yang streamline
plus badan kapal terbuat dari alumunium, maka secara teknis jika
terdeteksi radar kapal perang musuh, kapal ini akan tampak samar.
Dirunut dari sejarahnya, KM Ambulu (sekarang KRI Karang Pilang 981),
KM Mahakam (KRI Karang Tekok 982), KM Serayu (KRI Karang Banteng 983),
KM Cisadane (KRI Karang Galang 984), dan KM Barito (KRI Unarang 985).
Pengoperasian dua kapal terakhir diserahkan ke Armada RI Kawasan Barat.
Jadi Tumbal
Saat menjadi wahana transportasi sipil diberi label KFC (Kapal Ferry Cepat), maka kini sudah berubah identitas dalam pengebutan, yakni sebagai KCAP (Kapal Cepat Angkut Personel) yang diawaki oleh 30 anak buah kapal dengan komandan dengan berpangkat mayor.
Saat menjadi wahana transportasi sipil diberi label KFC (Kapal Ferry Cepat), maka kini sudah berubah identitas dalam pengebutan, yakni sebagai KCAP (Kapal Cepat Angkut Personel) yang diawaki oleh 30 anak buah kapal dengan komandan dengan berpangkat mayor.
Sayangnya, kapal angkut cepat ini tinggal satu unit yang dioperasikan
TNI AL, yakni KRI Karang Pilang 981. Dengan alasan kurang efisien dalam
biaya operasional, satu per satu kapal asli Jerman ini mulai di purna
tugaskan. Seperti KRI Karang Banteng 983 yang nasibnya dijadikan tumbal
dalam latihan gabungan TNI pada Juni 2014. KRI Karang Banteng 983
dijadikan sasaran tembak rudal Exocet yang dilkepaskan dari korvet KRI Sultan Iskandar Muda 367. Sebelumnya KRI Karang Galang 984 sudah dikaramkan pada tahun 2008, saat itu kapal ini ditembakkan dengan rudal C-802 yang dilepaskan dari KRI Layang FPB-57 Nav V dalam Latihan Gabungan.
Lalu bagaimana dengan kisah Karang Unarang 985? KRI ini nasibnya
masih mujur, karena pada tahun 2012 telah dihibahkan TNI AL kepada
Pemerintah Kabupaten Sangihe, Sulawesi Utara, yang akan digunakan untuk
mobilitas penumpang dan barang. Sebagai kapal angkut, sejatinya
kelengkapan kapal ini terbilang modern, diantaranya adopsi sistem
pemadaman sentral otomatis dengan menggunakan smoke detector.
Tidak perlu pemadaman manual dengan menggunakan CO2 portabel seperti
yang diterapkan di kapal-kapal lama. Begitu pula sistem kemudi sudah
memakai joystick. (Bayu Pamungkas)
Spesifikasi KRI Karang Pilang 981
- Panjang keseluruhan: 69,80 m
- Panjang antara garis tegak (LBP): 62,00 m
- Lebar: 10,40 m
- Berat bersih : 493 metrik ton
- Tangki BBM (FOT total): 54 ton
- Kecepatan maksimum : 38 knot
- Kecepatan jelajah : 30 knot
- Jarak jelajah maksimum : 926 km
- Daya mesin penggerak (MPK) 3.805 AW/2 unit.
- Daya angkut sebanyak 600 pasukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar