Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara
berencana mengganti pesawat angkut berat Hercules C-130 yang sudah uzur.
Menurut Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Agus Supriatna, kajian
mengenai calon pengganti Hercules itu sudah dikirim ke Kementerian
Pertahanan.
“Sudah kami kirim jauh-jauh hari sebelum kecelakaan Hercules A-1310
di Medan pekan lalu,” kata Agus kepada Tempo di Markas Besar TNI AU,
akhir pekan lalu.
Dalam kajian yang dikirim ke Kementerian Pertahanan, TNI AU mengincar
dua jenis pesawat angkut kelas berat, yakni Airbus A400M Atlas dan
Antonov An-70. Soal harga masing-masing merupakan ranah Kementerian
Pertahanan.
Asisten Perencanaan KSAU Marsekal Muda M. Syafii mengatakan
penggantian pesawat Hercules masuk program modernisasi alat utama sistem
persenjataan TNI bertajuk “Minimum Essential Force” (MEF). “Seharusnya
masuk dalam rencana strategis pengadaan 2015-2019,” kata Syafii.
Marsekal Agus Supriatna berharap pemerintah memprioritaskan rencana
pembelian pesawat angkut berat tersebut, terlebih setelah jatuhnya
Hercules di Medan. Kecelakaan pesawat buatan 1964 itu merenggut 33 nyawa
personel TNI AU dan enam anggota TNI AD serta 83 warga sipil yang ikut
menumpang.
TNI AU menduga Hercules tipe B buatan pabrik Lockheed Martin, Amerika
Serikat, itu jatuh karena salah satu mesinnya rusak dan tumbukan dengan
menara radio Joy FM yang terpancang dalam radius 15 derajat dari ujung
landasan Pangkalan Udara Suwondo, Medan.
Agus mengatakan pesawat angkut berat merupakan salah satu alat utama
sistem persenjataan (alutsista) penting untuk TNI AU. Pesawat jenis ini
tidak hanya digunakan untuk misi militer, tetapi juga untuk misi
kemanusiaan, seperti mengirim bantuan bila ada bencana alam. Selama ini
TNI AU hanya mengandalkan 24 unit Hercules tipe B dan H, yang tersimpan
di dua lokasi, yakni di Skuadron 31 Halim Perdanakusuma, Jakarta, dan
Skuadron 32 Abdulrachman Saleh, Malang.
“Tipe B dibuat tahun 1964, sementara tipe H tahun 1978-1982,” kata Agus.
Dia pun meminta pemerintah tidak membeli atau menerima hibah pesawat
bekas dari negara asing karena bisa membahayakan pilot dan teknisi. TNI
AU juga tak punya riwayat teknis pesawat bekas tersebut. “Berbahaya
sekali kalau kami tak tahu pesawat itu pernah rusak apa saja. Berbeda
kalau beli baru, kami tahu catatan kerusakan pesawat, jadi kami tahu
cara perawatannya,” ujar Agus.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Letnan Jenderal Ediwan
Prabowo menyatakan kementeriannya setuju dengan rencana TNI AU itu.
Sayangnya, Ediwan enggan menyebut besaran dana yang akan diupayakan
pemerintah. “Yang jelas, pembelian tersebut masuk rencana strategis MEF
2016-2019,” kata Ediwan, kemarin.
Parlemen memberi lampu hijau. Wakil Ketua Komisi I DPR Tantowi Yahya
mengatakan jika pemerintah mengajukan pembelian pesawat pengganti
Hercules dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2016, DPR tidak
akan menolak. “Asalkan dananya tersedia dan pemerintah membeli alutsista
baru,” ujar Tantowi. “Sudah bukan saatnya lagi beli alutsista bekas.”
Tempo.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar