Dari kokpit C-47 Dakota, Letnan Udara Satu Sukardi melihat di kejauhan pemburu P-51 Mustang dan pembom B-25 Mitchell masih melepaskan tembakan ke bawah dengan manuver menakutkan. Sesaat lagi ke-24 Dakota akan menerjunkan ratusan pasukan payung APRI di Tabing, Padang.
Dibanding merebut Pekanbaru dan Medan, Operasi 17 Agustus
untuk menduduki Kota Padang pada 17 Maret 1958, relatif lebih mudah
dari sisi penerbangan. Karena pada saat akan menyerang Padang, AURI
sudah mempunyai modal tiga lapangan terbang di Pulau Bintan (Kijang),
Pekanbaru (Simpang Tiga), dan Medan (Polonia).
Operasi perebutan Padang bisa disebut sebagai klimaks dari tiga
operasi yang disiapkan oleh GKS (Gabungan Kepala Staf) dalam menyudahi
petualangan PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) di
Sumatera.
Seperti ditulis dengan sangat baik oleh Marsekal (Pur) Sukardi di
bukunya, “Saatnya Berbagi Pengalaman dan Rasa Sukardi Marsekal TNI
(Purn)” dan dikutip di tulisan ini, untuk merebut kembali secara militer
seluruh wilayah di Sumatera Utara dan Tengah, telah disiapkan tiga
operasi. Yaitu Operasi Tegas untuk menguasai kembali wilayah Riau,
dipimpin oleh Letkol Inf Kaharuddin Nasution. Operasi Saptamarga untuk
merebut Sumatera Timur dan Tapanuli, dipercayakan kepada Brigjen TNI
Djatikusumo. Serta merebut Sumatera Barat, disiapkan Operasi 17 Agustus
dengan komandan Kolonel Inf Achmad Yani. Sikap mendua Kolonel Barlian di
Sumatera Selatan pun tidak dibiarkan berkembang lebih jauh, sehingga
GKS mengirim Letkol dr Ibnu Sutowo dan pasukannya lewat Operasi Sadar.
Sikap simpati Barlian kepada PRRI pula yang menjadikan GKS membatalkan
penggunaan lapangan terbang Palembang sebagai pangkalan aju.
Soal Kolonel Barlian, Sukardi tiba-tiba ingat kejadian beberapa tahun
silam saat dia menjadi staf ahli Menkopolhukam Soesilo Soedarman.
Ketika itu muncul aspirasi dari rakyat Palembang untuk mengubah nama
bandara menjadi Bandara Barlian. Oleh menteri, hal ini didiskusikan
dengan Sukardi, yang kemudian menjelaskan bahwa sikap simpati Barlian
kepada PRRI meninggalkan catatan buruk dalam karier militernya. Sang
menteri pun mengabaikan permintaan kelompok yang mengatasnamakan rakyat
itu.
GKS memang memprioritaskan untuk merebut wilayah Riau secepatnya
karena alasan strategis. Di antaranya karena di wilayah tersebut
terdapat kilang minyak Caltex yang banyak mempekerjakan warga asing
terutama dari Amerika Serikat. Walau di sisi lain, anehnya, para
petualang PRRI dan juga Permesta, mendapat dukungan secara diam-diam
dari AS lewat badan intelijen CIA.
Operasi Tegas adalah operasi gabungan laut dan udara. Pasukan KKO
(Korps Komando) AL dan Batalion 528 Brawijaya didaratkan dari Sungai
Siak Indragiri, sementara PGT (Pasukan Gerak Tjepat) dan RPKAD (Resimen
Para Komando Angkatan Darat) diterjunkan dari udara. Namun karena ALRI
butuh waktu untuk mencapai Pekanbaru karena harus menelusuri sungai,
maka tak ada pilihan operasi udara harus dilaksanakan segera. Karena
operasi gabungan, Letkol Kaharuddin dibantu oleh Letkol Udara
Wiriadinata sebagai Wakil Komandan I dan Mayor KKO Indra Subagio sebagai
Wakil Komandan II.
Diharapkan menjadi yang terdepan, tidak mudah bagi AURI untuk
mewujudkannya. Pasalnya tak satupun lapangan terbang di Sumatera yang
bisa dipergunakan karena sudah dikuasai oleh pihak PRRI. Hanya satu yang
tersisa, yaitu lapangan terbang Kijang di Bintan yang biasa disebut
Tanjung Pinang (sebenarnya ini nama kota di Pulau Bintan), sekitar 350
kilometer dari Pekanbaru. Sejatinya lapangan terbang ini memiliki
sejumlah kelemahan seperti tidak tersedianya fasilitas pengisian bahan
bakar. Panjang landasan hanya 1.000 meter dan terbuat dari campuran batu
dan tanah yang dipadatkan. Taxiway juga tidak tersedia, tempat
parkir pesawat sangat terbatas. Penerangan landasan hanya mengandalkan
obor-obor minyak tanah yang diistilahkan gooseneck.
Hanya itulah pilihan yang tersedia, padahal Dakota yang akan membawa pasukan payung tidak mampu terbang nonstop dari Jakarta ke Pekanbaru dan kembali lagi ke Jakarta. Legenda Perang Dunia II ini butuh stop over untuk refueling.
Alhasil ketika sekitar 50 pesawat AURI dari berbagai jenis yang
dilibatkan dalam Operasi mendarat di Kijang, suasananya tak ubahnya
terminal bus bayangan. Pesawat di parkir di kiri dan kanan landasan
pacu, sangat berdesak-desakan, wing to wing, pun tidak aman.
Peralatan komunikasi dan navigasi pangkalan hanya mengandalkan radio
VHF/UHF berkekuatan sedang. Itupun masih mengkhawatirkan karena pasokan
listrik yang terbatas. Karena pancaran sinyal alat pemandu navigasi
tidak terlalu besar, pesawat yang akan mendarat baru bisa menangkap
sinyalnya sekitar 30 mil dari pangkalan.
Menurut catatan Sukardi, sistem pertahanan pangkalan juga setali tiga
uang, sesuai kemampuan APRI kala itu. Begitu pula sistem radar, tidak
ada sama sekali. Bagaimana mungkin sebuah pangkalan induk tidak
dilindungi oleh radar atau sistem pertahanan udara.
Karena itu pertahanan pangkalan terhadap kemungkinan serangan udara lawan, jika ada, dilaksanakan oleh pesawat Mustang.
Secara rutin pesawat pemburu ini melakukan patroli udara di sekitar
lapangan terbang. “Kalaulah ada sabotase saat itu, habislah sudah AURI,”
kenang Sukardi kepada Angkasa di kediamannya di kawasan Jakarta Selatan.
Persiapan matang
Setelah Pekanbaru berhasil direbut pasukan APRI pada 12 Maret 1958,
keberhasilan juga diperoleh lebih mudah ketika menduduki Medan. Pasukan
yang semula diterjunkan di Pekanbaru, setelah alih kodal dengan pasukan
darat, kemudian diterjunkan kembali di Medan. Perebutan Medan dilakukan
dalam sebuah airborne operation skala kecil di Belawan pada 17
Maret yang melibatkan PGT dan RPKAD. Penerjunan dibarengi dengan
pendaratan amfibi oleh KKO di pelabuhan Belawan disusul pendaratan
pasukan AD dari Batalion 322. Operasi ini dirancang secara mendadak
setelah laporan intelijen menyampaikan bahwa Medan diduduki oleh pasukan
yang loyal kepada Mayor Boyke Nainggolan. Karena operasi dadakan ini,
rencana Operasi 17 Agustus di Padang mengalami penundaan sesaat. Selesai
menerjunkan pasukan, Sukardi dan 11 pesawat Dakota lainnya bermalam di Medan, bersiap untuk menyerang Padang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar