Meski sistem radar Kohanudnas (Komando Pertahanan Udara Nasional)
terus dipermodern dengan beragam tipe radar terbaru, tapi hingga kini
ada jenis radar yang masih beroperasi dan terbilang legendaris, telah
beropersi multi dekade melintasi jaman, inilah sistem radar AWS-2. Jenis
radar sekunder yang menurut informasi masih digunakan Satrad (Satuan
Radar) 214 di Pemalang, Jawa Tengah dan Satrad 215 di Congot,
Yogyakarta, dan Satrad 221 di Ngliyep, Jawa Timur.
Apa yang membuat radar AWS-2 layak disebut legendaris? Ini tak lain
terkait proses kedatangan radar AWS-2 yang berlangsung pada awal tahun
60-an. Saat persiapan operasi Trikora untuk merebut Irian Barat, seperti
dketahui Indonesia melakukan pengadaan alutsista besar-besaran, tak
hanya pada adopsi sistem senjata tercanggih pada masanya seperti jet
tempur MiG-21F, pembom strategis Tu-16 dan kapal penjelajah KRI Irian.
TNI pun juga ikut memboyong sistem perangkat radar sebagai komponen
pertahahan udara (hanud) nasional. Tebaran jaringan radar diperlukan
untuk melindungi obyek vital di Pulau Jawa dan Sumatera, dan sebagai
elemen GCI (Ground Control Intercept) dan EW (Early Warning) pada
pangkalan aju di daerah operasi.
Merujuk ke situs Kohanudna.mil.id, program pengadaan radar pada masa
itu diberi sandi operasi Kresna. Operasi ini secara khusus digelar untuk
mencari radar-radar yang ideal digunakan TNI guna mendukung pelaksanaan
operasi hanud. Melewati beragam proses, kemudian didatangkanlah radar
Decca dari Inggris. Periode instalasi radar Decca Plessy HF – 200, Decca
Plessey Hidra, dan Plessey AWS-2 dari Inggris masuk pada periode tahun
1963 –1964 di Tanjung Kait dan Cisalak. Kegiatan instalasi dilaksanakan
oleh ahli Inggris yang dibantu tenaga-tenaga ahli dari AURI.
Namun sayangnya kegiatan ini terhambat karena konflik Indonesia –
Malaysia, dimana Malaysia disponsori oleh Inggris. Dengan konflik ini,
maka pada awal tahun 1964 para teknisi Inggris ditarik pulang dan
sebagian suku cadang tidak dilanjutkan pengirimannya, dan membuat
penginstalasian radar terbengkalai. Meski begitu beberapa radar yang
sudah diinstalasi tetap dapat dioperasikan.
Setelah kegagalan dari sebagian Operasi Kresna, maka AURI kembali berusaha untuk mendatangkan radar dari Blok Timur. Maka dimulailah suatu periode instalasi Radar P-30 Rusia di Palembang dan Tanjung Pandan, Radar Nysa-C Polandia di Cengkareng, Cibalimbing dan Radar Decca Plessy LC di Palembang.
Setelah kegagalan dari sebagian Operasi Kresna, maka AURI kembali berusaha untuk mendatangkan radar dari Blok Timur. Maka dimulailah suatu periode instalasi Radar P-30 Rusia di Palembang dan Tanjung Pandan, Radar Nysa-C Polandia di Cengkareng, Cibalimbing dan Radar Decca Plessy LC di Palembang.
Sesuai perkembangan teknologi saat itu, radar-radar diatas masih
sangat sederhana dan hanya menyuguhkan bearing dan range pada console,
namun dengan kemampuan deteksi rata-rata 120 NM sampai dengan 180 NM
(nautical mile), keberadaan radar-radar tersebut cukup mampu memberikan
informasi seluruh pesawat yang memasuki wilayah udara Indonesia,
khususnya Pulau Jawa.
AWS-2
Nah, dari nama-nama radar yang pernah eksis di dekade 60-an, kini tinggal jenis radar AWS-2 yang masih beroperasi, sebelum nantinya digantikan oleh jenis radar-radar baru. Kohanudnas kini juga telah menggunakan beberapa radar yang lebih baru dan canggih, seperti AR 325 Commander, Thomson TRS-2215/TRS-2230 dan Master-T.
Nah, dari nama-nama radar yang pernah eksis di dekade 60-an, kini tinggal jenis radar AWS-2 yang masih beroperasi, sebelum nantinya digantikan oleh jenis radar-radar baru. Kohanudnas kini juga telah menggunakan beberapa radar yang lebih baru dan canggih, seperti AR 325 Commander, Thomson TRS-2215/TRS-2230 dan Master-T.
Merujuk dari spesifikasinya, AWS-2 generasi pertama dari Inggris ini,
sistem bekerjanya sama dengan prinsip kerja Radar pada umumnya. Radar
AWS merupakan gabungan antara Decca Radar dan Plessey. Meski awalnya
berasal dari teknologi analog, radar AWS 2 saat ini telah dimodifikasi
sehingga dapat diubah menjadi digital. Kemampuannya pun ditingkatkan,
seperti dapat menampilkan informasi secara real target dan real time
di Posek Hanudnas I, dan dilengkapi pula dengan perangkat tambahan,
yaitu SBM (Satelit Bumi Mini) K3I. Peralatan ini dapat dimanfaatkan
sebagai latihan intersepsi bagi personel GCI Controller. Dari SBM ini
terdapat 3 keluaran yaitu data, voice dan video. Untuk transmisi yang
digunakan masih menggunakan kabel coaxial.
Sebagai radar sekunder yang sudah dimodifikasi, AWS-2 yang dibuat
tahun 1960 punya jarak jangkau deteksi hingga 280 km. Komponen radar ini
terdiri dari antena, sistem pengirim (transmitter), sistem penerima (receiver) dan tampilan (display). Untuk display-nya menggunakan kepunyaan radar Plessey MK-8
Bagaimana sistem koordinasi dengan radar lainnya? Dalam
operasionalnya, seperti Satrad 221 menggunakan satelit bumi mini yang
dapat menghubungkan kosek (komandon sektor) 2 yang terletak di Makassar,
radar 221 berupa radar early warning yang sudah tua namun masih dapat
bekerja dengan baik. Di dalam struktur jaringan radar 221 dibawah kosek
2, Kosek 2 terdiri dari 6 satuan radar. Radar 221 dapat mendeteksi benda
bergerak maupun tidak bergerak dengan jarak sapuan dapat mengcover area
Jawa Timur sampai Bali.
Selain berkomunikasi dengan kosek 2. Satrad 221 dapat dapat juga berkomunikasi dengan menara ATC (Air Trafic Control)
dengan tujuan untuk mencari/pengambilan data yang ingin dibutuhkan oleh
satrad maupun sebaliknya. komunikasi diluar militer ini disebut dengan
MCC (military coordination center). Apabila satuan radar sipil
menangkap adanya obyek udara yang tak dikenal maka, ia dapat
berkoordinasi dengan satuan radar militer terdekat dengan wilayah
udaranya, dengan menukar data informasi dari obyek udara yang ingin
diketahui.
Sebagai radar dengan instalasi permanen, kini Satrad yang
mengoperasikan AWS-2 sudah dilengkapi lift pada unit antena dan
transmitter untuk mempermudah operasional, khususnya dalam perbaikan dan
pemeliharaan radar. (Dirangkum dari beberapa sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar