Kapal Selam Kilo
Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan Universitas Padjajaran Muradi mengatakan rencana pengadaan kapal selam kilo class dapat menjadi salah satu jawaban dari rencana penguatan jajaran kapal selam di TNI AL. Idealnya dengan wilayah perairan yang sangat luas, Indonesia membutuhkan setidaknya 60 hingga 100 kapal selam.
“Kapal selam kilo class masih bisa beroperasi di sekitar perairan Indonesia. Itu kan kapal selam kelas middle. Kalau di atas itu, mungkin sudah cukup sulit,” ujar Muradi kepada Republika, (28/9/2015).
Muradi menilai, berbicara jumlah ideal, jika disesuaikan dengan luas wilayah perairan, dibutuhkan setidaknya 60 hingga 100 kapal selam. “Kalau perlu, Indonesia membutuhkan 60 hingga 100 kapal selam. Atau, idealnya ya sekitar 60 kapal,” kata Muradi.
Jumlah armada yang besar ini seharusnya bisa didukung dengan peningkatan jumlah pangkalan kapal selam, yaitu sekitar lima pangkalan. Lokasinya pun tersebar di seluruh wilayah, seperti di Kupang, Sorong, Sunda Kecil, Surabaya, dan Kalimantan. Pada masing-masing pangkalan bisa diisi 15 hingga 20 kapal selam.
Saat ini, TNI AL memang tengah membangun pangkalan kapal selam di Palu, Sulawesi. Tidak hanya itu, kapal-kapal selam itu juga bisa dioperasikan di wilayah Indonesia Timur yang memang dikenal memiliki perairan laut dalam.
Terkait adanya potensi embargo dari produsen kapal selam kelas kilo, Muradi menilai, hal itu tidak perlu dikhawatirkan. Kapal selam kelas kilo diproduksi oleh Rusia dan Indonesia belum pernah diembargo oleh Rusia.
Selain itu, kebijakan Rusia untuk selalu berseberangan dengan Amerika Serikat dan sekutunya bisa dianggap keuntungan tersendiri. “Berbeda jika Indonesia membeli kapal selam dari Inggris atau sekutu Amerika Serikat, malah bisa kena kemungkinan embargo,” ujarnya.
Tidak hanya itu, sebagai penjual, Rusia bisa menjajaki pembukaan pasar yang lebih luas di Asia Tenggara. Selama ini, Rusia baru bekerja sama dengan Vietnam dalam pengadaan armada tempurnya, termasuk pengadaan kapal selam kelas kilo. “Kalau nantinya Rusia menawarkan kerja sama, ya diambil saja, mengapa tidak?” tuturnyai.
Jika melihat kecanggihan teknologi, daya jelajah dan manuver, maka kapal selam buatan Rusia dinilai lebih canggih dibanding buatan Korea Selatan. Namun, salah satu kendala dari kapal selam adalah biaya pemeliharaan yang cukup tinggi. Selain itu, skema perawatan dengan mengandalkan kanibalisme spare part antara alutsista yang dimiliki sebaiknya dihindarkan, terutama dalam pemeliharaan dan perawatan kapal selam.
“Mengingat operasi kapal selam yang berada di dalam laut dan membawa awak serta personel, maka pemeliharaannya tidak bisa main-main,” ujar Muradi.
Republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar