Nama Giraffe punya arti penting dalam sejarah kesenjataan Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) TNI AD. Pasalnya inilah radar dengan peran pemandu rudal hanud MANPADS (Man Portable Air Defence System) pertama yang dimiliki TNI. Dirunut dari kehadirannya di Indonesia, radar ‘jerapah’ ini hadir bersamaan dengan paket rudal Bofors RBS-70 pada tahun 1985. Pada periode yang sama juga hadir alutsista rudal Rapier buatan British Aerospace, Inggris.
Bila ‘nasib’ Rapier kini telah masuk masa purna tugas, lain halnya dengan rudal RBS-70. Meski konon tinggal tiga pucuk launcher yang masih aktif, sista buatan Saab Bofors Swedia ini hingga kini masih dioperasikan satuan Arhanudri TNI AD. Bahkan PT Pindad bersama Saab tengah melaksanakan program upgrade pada RBS-70 TNI AD. Meski usianya tak bisa dibilang muda, RBS-70 masih mendapat kepercayaan tinggi, dibutkikan dari deploy rudal ini sebagai perangkat pertahanan pada salah satu ajang penting berskala internasional di Bali beberapa tahun lalu.
Gelar RBS-70 tentu tak lepas dari keberadaan radar Giraffe yang telah menjadi paket duetnya. Versi Giraffe yang digunakan TNI AD saat ini adalah Giraffe 40 yang dibuat semasa perusahaan bernama Ericsson Microwave Systems AB. Dengan antena radar setinggi 13 meter, Giraffe 40 dapat menyapu area sejauh 40 Km. Kemampuan dari radar ini dapat diintegrasikan dengan instrumen IFF (Identification Friend or Foe) subsistem MK XII dan dapat mendeteksi target yang bergerak di ketinggian rendah hingga target di ketinggian 10 Km. Radar ini dapat mengunci 9 sasaran sekaligus. Lebih detai tentang radar Giraffe yang telah digunakan Arhanud TNI AD, silahkan klik pada judul dibawah ini.
Radar Giraffe 40 milik Arhanud TNI AD. Foto: Indonesia_military
Perpaduan Giraffe AMB dengan rudal RBS-70 NG
Nah, seiring modernisasi dan usia perangkat yang sudah tua, adalah wajar bila Giraffe diganti dengan radar yang lebih baru, yang punya kemampuan deteksi lebih handal. Arhanud TNI AD yang punya etalase beragam rudal MANPADS, kini juga mempunyai radar sejenis Giraffe, diantaranya ada Mistral Coordination Post untuk rudal Mistral, Mobile Multibeam Search Radar (MMSR) untuk rudal Grom, dan CONTROLMaster200 untuk rudal Starstreak. Secara usia radar-radar diatas lebih anyar dan teknologinya lebih maju dari Giraffe 40.
Ilustrasi coverage Giraffe AMB
Melihat masih dipercayanya RBS-70 oleh TNI AD, membuka peluang pihak pabrikan untuk menawarkan generasi lanjutan RBS-70, yakni RBS-70 NG (Next Generation), plus tentunya menawarkan pula radar Giraffe generasi baru, Giraffe AMB (Agile Multi Beam) Multi Mission Surveillance System. Giraffe AMB oleh pihak Saab dirancang sebagai platform radar yang kompak, Kompartemen kendali dan operasi serta ukuran tiang dan kubah kotak radarnya telah ditentukan setara persis dengan ukuran kontainer delapan kaki. Sebagai platform truk pengusung, bisa dipilih dari merek Volvo atau MAN.
Giraffe AMB yang dapat beroperasi di segala cuaca ini dapat digelar dalam waktu yang relatif cepat. Dari mulai kendaraan tiba di lokasi yang ditentukan, hanya diperlukan waktu 10 menit, maka kalkukasi pertahanan sudah dapat tersaji di layar monitor.
Bila Giraffe 40 hanya mampu mengendus target dari jarak 40 km, maka Giraffe AMB mampu mendeteksi sasaran dari jarak 120 km. Radar berkemampuan 3D phased array, digital beam forming ini beroperasi pada frekuensi C (G/H) band. Sudut elevasi radar mencapai 70 derajat dengan kecepatan putaran antena mencapai 60 RPM. Radar yang dioperasikan dua operator ini secara simultan dapat mendeteksi 9 sasaran sekaligus.
Dilihat dari langkah TNI AD yang lebih memilih upgrade RBS-70 ketimbang membeli RBS-70 NG, maka ada peluang menawarkan Giraffe AMB ke Indonesia, mengingat Giraffe 40 yang digunakan saat ini sudah usang. Selain dioperasikan AD Swedia, Giraffe AMB juga telah digunakan oleh Estonia, AU Perancis, Singapura, Thailand, dan Inggris. (Gilang Perdana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar