TNI segera merealisasikan pangkalan militer baru di kawasan Tanjung
Datu, Kalimantan Barat (Kalbar). Pangkalan tersebut ditargetkan bisa
beroperasi pada 2015.
Keberadaan pangkalan itu dinilai strategis karena berkaitan dengan posisi Indonesia di Laut China Selatan.
Saat ini perencanaan pangkalan tersebut sudah siap dan pengerjaannya
mulai dilakukan. Pangkalan itu sebenarnya adalah pengembangan dari
pangkalan udara sederhana yang dimiliki TNI di kawasan tersebut. TNI
hanya perlu memperluas dan penambahan lahan sudah disetujui Pemprov
Kalbar.
Kapuspen TNI Mayjen Mochamad Fuad Basya menjelaskan, landasan udara
di pangkalan itu saat ini hanya sepanjang 1.600 meter. “Nantinya akan
kami tambah jadi 2.500 meter. Sehingga pesawat-pesawat besar bisa
mendarat,” ujarnya kemarin (21/10).
Kemudian, barak tentara yang disiapkan untuk pasukan infanteri TNI-AD
akan ditambah. Rencana awalnya, setidaknya satu divisi akan ditempatkan
di Tanjung Datu.
Pangkalan tersebut merupakan pangkalan terintegrasi antara TNI-AD,
AL, dan AU. Karena itu, di sana juga disiapkan sekaligus pangkalan AL,
bukan lagi pos AL seperti yang ada saat ini.
“Kami harap awal 2015 anggaran untuk itu sudah bisa turun sehingga bisa segera beroperasi,” ucapnya.
Sebab, pemindahan pasukan membutuhkan perencanaan dan biaya yang
tidak sedikit. Selain itu, Mabes TNI akan menambah jumlah kapal perang
dan pesawat di landasan tersebut. Untuk kapal maupun pesawat, jumlahnya
masih dibahas karena kebutuhan di kawasan lainnya juga cukup besar.
Pembangunan pangkalan militer itu awalnya merupakan respons atas
tindakan Malaysia yang memasang tiang pancang mercusuar di grey area
Tanjung Datu. Hal tersebut memantik reaksi pemerintah Indonesia maupun
TNI. Akhirnya, dalam sebuah kesepakatan, Malaysia bersedia tidak
melanjutkan pembangunan mercusuar itu.
Belakangan, rupanya Malaysia sudah membongkar tiang-tiang pancang
tersebut. Pembongkaran dilakukan pada Jumat sore (17/10). Fuad
menjelaskan, Malaysia meminta syarat tidak ada kapal TNI yang lewat saat
pembongkaran berlangsung. Permintaan itu dipenuhi TNI-AL.
“Dengan pembongkaran itu, artinya Malaysia kembali menghormati
kawasan tersebut sebagai grey area alias kawasan sengketa,” tambah Fuad.
Meski begitu, pembangunan pangkalan militer tetap dilanjutkan.
Tujuannya pun menjadi lebih luas, yakni memastikan kekuatan Indonesia di
kawasan Laut China Selatan, terutama perairan Natuna yang menjadi
teritorial NKRI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar