Mengapa Indonesia ingin membeli
kapal selam pada saat ini?. Presiden baru Indonesia Joko Widodo sedang
mempertimbangkan melanjutkan pembelian kapal selam kelas Kilo Rusia yang
dibatalkan awal 2014. Informasi ini dari Voice of Rusia tanggal
21/10/2014 yang mengutip pernyataan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan Rusia, Denis Manturov yang mengumumkannya setelah bertemu
dengan Presiden baru Indonesia Joko Widodo.
Mereka juga mempertimbangkan kerjasama di bidang energi di mana
perusahaan Rusia akan membangun pabrik di kilang minyak Indonesia,
membahas perluasan penyediaan peralatan militer ke Indonesia, yaitu
kapal selam proyek 636, seperti yang disampaikan Menteri Denis Manturov.
Namun sumber tidak mengatakan berapa banyak pengadaan kapal selam
yang dibahas kedua negara dalam diskusi ini. Tapi, pengadaan kapal selam
yang direncanakan Indonesia pada akhir 2013 menunjukkan, kemungkinan
besar akan membeli tidak kurang dari 10 unit Kilo 636 Rusia.
Namun sumber tidak mengungkapkan apakah pembelian ini terkait
kelanjutan pembicaraan Jakarta dan Moskow yang sempat hendak membeli
kapal selam yang telah digunakan oleh Rusia, namun dibatalkan karena
tidak ada jaminan kualitas.
Indonesia merupakan negara pertama di Asia Tenggara yang memiliki
armada kapal selam sejak 1967. Indonesia telah menerima banyak kapal
selam kelas Whiskey dari Uni Soviet. Pada tahun 1981, Indonesia membeli 2
kapal selam Cakra Type 209 dari Jerman, untuk menggantikan kapal selam
Whiskey.
Karena situasi yang tidak stabil di wilayah regional, pada tahun 2012
Indonesia memutuskan untuk membeli lagi 3 tiga kapal selam Chang Bogo
dari Korea Selatan senilai 1,07 miliar dolar, dan diharapkan semua
dipindahkan secara bertahap ke Indonesia tahun 2015 2016.
Sejauh ini, Indonesia selalu berdiri di luar sengketa teritorial di
Laut China Selatan. Namun sekarang, sengketa kedaulatan antara China,
Vietnam dan Filipina meningkat di Laut China selatan, sehingga Jakarta
terpaksa mengubah strategi militer mereka.
Saat menghadiri konferensi tentang sistem peringatan dini di bidang
keamanan maritim di Batam, Kepulauan Riau, awal bulan ini, Kepala
Koordinasi Keamanan Laut, Laksamana Madya Albert Mamahit Desi
memperingatkan, sengketa teritorial di Laut China Selatan merupakan
ancaman nyata, yang cepat atau lambat akan mempengaruhi negara
Indonesia. Dia mengatakan bahwa perairan di sekitar Kepulauan Natuna
Indonesia tidak secara langsung terkait dengan sengketa Laut Cina
Selatan, tapi, tampaknya sengketa itu mendekati daerah Indonesia dan
China belum mengklarifikasi pernyataan mengenai zona ekonomi eksklusif
Indonesia. Ini jelas merupakan ancaman nyata bagi Indonesia. Masalah
menjadi lebih kompleks ketika perselisihan muncul antara negara-negara
anggota ASEAN dan China, akan sulit untuk menemukan kesamaan, meskipun
solidaritas ASEAN selalu dipertahankan, ujar Desi Albert Mamahit.
Indonesia harus siap menghadapi setiap gerakan dari setiap pihak yang berkepentingan dalam sengketa di Laut China Selatan. (baodatviet.vn).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar