Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro meresmikan kapal
jenis “landing ship tank” (LST), yakni Kapal Republik Indonesia (KRI)
Teluk Bintuni 520 yang merupakan hasil produksi industri galangan kapal
dalam negeri.
“Pengadaan satu unit kapal angkut ini bertujuan untuk mewujudkan
kekuatan pokok keamanan dan pertahanan. Kapal angkut tank ini
diproyeksikan untuk digunakan oleh jajaran lintas laut militer TNI AL,”
kata Purnomo dalam peresmian KRI Teluk Bintuni dan pelantikan Komandan
KRI Teluk Bentuni-520 di Srengsem, Panjang, Bandar Lampung, Sabtu
(27/9).
Selain Purnomo, hadir juga Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI
Marsetio dan Gubernur Lampung M Ridho Ficardo dan pejabat terkait dalam
peresmian tersebut.
“Pembangunan kapal angkut tank ini merupakan bentuk pembinaan
pemerintah untuk industri dalam negeri agar mengurangi ketergantungan
dengan negara lain di masa mendatang. Pemerintah juga sudah membentuk
Komite Kebijakan Industri Pertahanan untuk membina industri pertahanan,”
ujar Purnomo.
KRI Teluk Bintuni 520 memiliki panjang 120 meter, dapat mencapai
kecepatan 16.000 knot, didukung dua unit mesin yang masing-masing
berkapasitas 3.285 KW.
Kapal yang dibangun dengan biaya sekitar Rp 160 miliar dan dikerjakan
selama 16 bulan ini mampu mengangkut hingga 10 unit tank Leopard buatan
Jerman seberat 62,5 ton ditambah 120 orang awak kapal dan 300 orang
pasukan.
Gubernur Lampung M Ridho Ficardo mengatakan keberadaan industeri
galangan kapal di provinsinya juga dapat mendorong perekonomian Lampung.
“Kami memimpikan dengan keberadaan industri galangan kapal dan
industri maritim di pelosok tanah air bisa membangun kekurangan Angkatan
Laut sehingga di laut kita jaya, bukan hanya di laut kita tapi juga di
seluruh dunia,” kata Ridho.
Ia mengaku berniat membangun industri maritim di Lampung karena
ditunjang dengan kondisi Teluk Lampung yang cocok untuk membangun
industri maritim.
Direktur Utama PT Daya Radar Utama (DRU) Amir Gunawan mengaku
membutuhkan tenaga kerja yang berkualitas agar dapat membangun industri
maritim.
“Saya berterima kasih karena sudah memercayakan kepada kami untuk
menyediakan alutsista (alat utama sistem senjata) nasional sehingga ikut
andil dalam perekonomian nasional dan khususnya perekonomian Lampung
agar bisa juga dibanggakan sebagai penghasil kapal industri maritim
Indonesia, kami harapkan pemerintah dapat juga menyediakan tenaga kerja
maritim di Lampung,” kata Amir.
Kapal tersebut tercatat sebagai kapal pertama yang diproduksi di Indonesia yang dapat mengangkut Leopard.
“Kapal ini adalah kapal paling besar untuk militer ‘non-combat’. KRI
Teluk Bintuni 520 adalah kapal angkut yang dipersenjatai,” ujar Amir
setelah menjelaskan bahwa perusahaannya biasa membuat kapal tanker atau
kapal pesanan Kementerian Perhubungan.
PT DRU sendiri mampu membangun kapal hingga kapasitas 17.500 dead
weight tonnage (DWT) atau ton bobot mati yang dipesan oleh Pertamina,
Kementerian Perhubungan dan Kementerian Pertahanan.
Sedangkan untuk divisi reparasi kapal juga sudah memperbaiki berbagai
kapal tanker, feri, tug boat, bulk carrier, kapal konversi dan kapal
lain hingga ukuran 8.000 DWT.
“Untuk reparasi itu kita harus membangun fasilitas docking dan
biayanya tidak murah, untuk kapal berkapasitas 30 ribu ton bobot itu
butuh biaya kira-kira Rp 300 miliar,” ungkap Amir.
PT DRU sendiri sudah membangun docking di Lampung.
“Lampung itu kondisi teluknya bagus dan dekat dengan Jawa, saya ingin
membuat Lampung menjadi provinsi yang bisa dianggap sebagai salah satu
provinsi industri maritim di luar industri lain, jadi tidak perlu ke
Singapura misalnya,” jelas Amir.
Saat ini DRU sedang mengerjakan pesanan PT Pertamina dengan nilai
kapal mencapai 23 juta dolar AS. Tidak kurang dari 268 kapal sudah
dikerjakan PT DRU yang telah berdiri sejak 1972 itu. (BeritaSatu.com).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar