Wakil Ketua ID-SIRTII Muhammad Salahudin mengatakan hacker muda Indonesia itu mengatasnamakan nasionalisme sempit tetapi menyengsarakan banyak pihak demi kejayaan diri sendiri atau kelompok, supaya tenar minta diakui padahal tidak peduli aksinya justru semakin mengundang masalah bagi jaringan Indonesia dan kemarahan pihak lain.
"Apa mereka tidak mikir orang seperti aku terpaksa harus meyakinkan counter part agar tidak ada balasan serangan yang sangat bisa jadi merontokkan jaringan kita, tetapi para ababil ini bersorak kemenangan menganggap pihak Australia misalnya sudah kibar bendera putih, di satu sisi jaringan kita drop turun kualitasnya karena ulah mereka berapa banyak pengguna dirugikan, kesal pria yang akrab dipanggil Didin itu kepada merdeka.com, Rabu (13/11).
Menurut Didin, kalau memang nasionalis, mereka seharusnya bergabung memperkuat ketahanan cyber Indonesia dan bekerja keras di belakang layar.
"Pekerjaan besar menunggu. Maukah menempuh jalan sepi tanpa tepukan penonton dan sorotan media? Serta imbalan cuma cukup buat jajan bakso? Sanggupkah komitmen dedikasi tak terbatas waktu dan tuntutan update, fast self learning serta kontribusi tanpa bertanya kontrak dan bayaran?" tantangnya.
Biasanya, lanjutnya, begitu tahu konsekuensinya, mereka ramai-ramai melipir kabur tiarap atau basa basi sebentar habis itu minggat tanpa kesan.
Untungnya, tambah mantan hacker itu, aset informasi Indonesia yang strategis tidak seberapa. Pihak counterpart, kata Didin, juga menjaga kondisi biar tidak makin keruh.
"Bahasa politiknya cooling down. Asal diketahui saja itu situs intelijen dan militer Australia bukan down karena serangan tetapi emang sengaja dimatikan agar tidak menjadi pemicu. Ini juga bukti bahwa aksi yang semacam itu tak ada gunanya," tuturnya.
Menurut Didin yang punya nama online Pataka itu, kalau secara ekspresi tentang martabat itu bagi Australia sudah cukup memalukan ketika dubesnya dipanggil dimintai penjelasan oleh pemerintah dan sampai Menhannya langsung datang itu secara politis adalah cara Australia meminta maaf.
"Memangnya yakin kita tidak melakukan hal yang sama, yaitu melakukan penyadapan ke mereka?" ujarnya sambil berlalu pergi. (Merdeka)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar