Ilustrasi penyadapan (Ist)
Badan intelijen
militer Indonesia dituduh menggunakan peralatan penyadapan canggih milik
China dengan target para pejabat, perusahaan dan tokoh Australia.
Bahkan, Indonesia dan China dituduh berkomplot melakukan operasi
spionase gabungan melawan Australia.
Tuduhan yang berasal dari sumber di Pemerintah Australia itu, dilansir media Australia, news.com. au, semalam (25/11/2013). Sumber itu membocorkan data, bahwa bahwa ponsel para tokoh Australia sedang disadap untuk kepentingan yang terkait dengan militer Indonesia.
Informasi itu, lanjut bocoran tersebut, disadap dan didistribusikan kepada otoritas militer di China melalui badan intelijen militer Indonesia yang bernama Badan Inteligen Strategis (BAIS). Penyadapan itu, masih menurut lansiran media Australia menyasar diplomat, perusahaan dan warga Australia.
Menurut jurnal spionase online "Intelijen online", kesepakatan antara instansi Indonesia dan China itu dimulai setelah kepala angkatan udara China , Jenderal Ma Xiaotian , mengunjungi Jakarta pada bulan Maret 2011. Jenderal Ma adalah mantan wakil kepala staf umum dengan tanggung jawab untuk Departemen 3 yang menjalin hubungan dengan BAIS.
Sebuah sumber intelijen mengatakan kepada News Corp, bahwa hubungan Indonesia dan China sangat dekat. China, menurut sumber itu, sangat tertarik menggunakan hubungan itu untuk memata-matai Australia dan negara-negara Barat lainnya yang memiliki kepentingan di Indonesia. ”Ada upaya terkoordinasi dengan jelas oleh China dan Indonesia untuk menekan apa yang mereka bisa dapatkan dari kami,” ucap sumber itu.
”Orang-orang China tertarik pada olok-olok birokrasi, gosip bisnis tentang kontrak sumber daya dan kegiatan militer. Ada daftar panjang masalah yang memikat mereka.”
Tuduhan yang berasal dari sumber di Pemerintah Australia itu, dilansir media Australia, news.com. au, semalam (25/11/2013). Sumber itu membocorkan data, bahwa bahwa ponsel para tokoh Australia sedang disadap untuk kepentingan yang terkait dengan militer Indonesia.
Informasi itu, lanjut bocoran tersebut, disadap dan didistribusikan kepada otoritas militer di China melalui badan intelijen militer Indonesia yang bernama Badan Inteligen Strategis (BAIS). Penyadapan itu, masih menurut lansiran media Australia menyasar diplomat, perusahaan dan warga Australia.
Menurut jurnal spionase online "Intelijen online", kesepakatan antara instansi Indonesia dan China itu dimulai setelah kepala angkatan udara China , Jenderal Ma Xiaotian , mengunjungi Jakarta pada bulan Maret 2011. Jenderal Ma adalah mantan wakil kepala staf umum dengan tanggung jawab untuk Departemen 3 yang menjalin hubungan dengan BAIS.
Sebuah sumber intelijen mengatakan kepada News Corp, bahwa hubungan Indonesia dan China sangat dekat. China, menurut sumber itu, sangat tertarik menggunakan hubungan itu untuk memata-matai Australia dan negara-negara Barat lainnya yang memiliki kepentingan di Indonesia. ”Ada upaya terkoordinasi dengan jelas oleh China dan Indonesia untuk menekan apa yang mereka bisa dapatkan dari kami,” ucap sumber itu.
”Orang-orang China tertarik pada olok-olok birokrasi, gosip bisnis tentang kontrak sumber daya dan kegiatan militer. Ada daftar panjang masalah yang memikat mereka.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar