Dari segi daya guna, LST (Landing Ship Tank) bisa disejajarkan pentingnya dengan pesawat angkut berat C-130 Hercules TNI AU. Mengemban fungsi utama sebagai penghantar tank amfibi dari tengah lautan, kapal perang dengan kualifikasi LST jelas punya karakteristik, selain adanya tank deck dan pintu rampa, LST juga dicirikan dengan adanya fasilitas meja putar (turntable).
Uji turntable dengan tank PT-76 di KRI Teluk Bintuni 520.
Turntable yang dimaksud tentu bukan alat pemutar piringan hitam, turntable di kapal LST adalah meja/plat yang digunakan untuk memutar arah kendaraan lapis baja di dalam tank deck. Seperti diketahui, umumnya LST dirancang dengan satu pintu ramp (ramp door) pada bagian haluan, dimana ramp door digunakan untuk masuk dan keluar kendaraan ke dalam tank deck.
Turntable di LPD KRI Teluk Makassar 590.
Nah, karena hanya ada satu ramp door, maka kendaraan yang masuk ke dalam LST perlu memutar arah di dalam tank deck, tujuannya agar didapat posisi yang ideal untuk proses debarkasi basah, yakni proses pendaratan ranpur amfibi dari tengah laut. Debarkasi basah sendiri menjadi menu wajib dalam tiap latihan pendaratan amfibi berskala besar. Salah satu debarkasi basah yang paling monumental yakni saat operasi pendaratan amfibi Marinir TNI AL di lepas pantai kota Dili, Timor Timur saat mengawali operasi Seroja tahun 1975.
Pansam BTR-50 melaksanakan embarkasi ke tank deck LST.
Armada tank PT-76 setelah melaksanakan debarkasi basah dari LST.
Prinsip turntable di LST serupa dengan turbtable untuk kereta api.
Prinsip turntable di LST sejatinya sama dengan pemutar arah lokomotif atau gerbong kereta api. Karena fungsinya cukup menting untuk memudahkan manuver kendaraan di ruang deck yang relatif terbatas, turntable kini juga digunakan pada LPD (Landing Platform Dock). Spesifikasi seperti dimensi dan bobot (payload) turntable tentu berlainan di setiap LST, pastinya disesuaikan dengan karakteristik dan jenis ranpur yang dibawanya. Untuk LST TNI AL yang kerap membawa ranpur tank PT-76 dan pansam BTR-50, diperkirakan bobot putarnya mencapai 20 ton.
KRI Teluk Bintuni 520.
Beda lagi dengan KRI Teluk Bintuni 520, sebagai LST terbesar yang dimiliki TNI AL, kapal perang produksi dalam negeri ini justru punya turntable dengan kapasitas hingga 90 ton. Besarnya kapasitas turntable di KRI Teluk Bintuni 520 lantaran kapal ini digadang untuk membawa MBT (Main Battle Tank) Leopard 2A4 TNI AD yang bobot per tank mencapai 60-tonan. Dan hebatnya, turntable yang terpasang di KRI Teluk Bintuni 520 adalah buatan BUMN PT Pindad. (Haryo Adjie)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar