Komisi I DPR mengunjungi Markas Batalyon Kavaleri 8 Kostrad di
Pasuruan, Jawa Timur, yang menjadi operator tank tempur utama Leopard
2A4 buatan Krauss-Maffei dan Rheinmetall, Jerman, beberapa waktu lalu.
Ternyata tank kebanggaan yang dibeli era Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono ini masih kurang kelengkapannya, sehingga belum dapat
dioperasikan secara maksimal.
Tidak hanya kelengkapan tank yang belum dipenuhi TNI, sarana latihan
pun masih terbatas. “Alat pengatur tembakan tank ini tidak ada, sehingga
dilakukan manual, pengindera malam juga tidak ada, perkakas dongkrak
tank seharusnya ukuran 20 ton, namun yang tersedia hanya 10 ton,
sehingga tidak bisa untuk perbaikan kubah. Persenjataan ringan juga
belum ada,” ujar anggota Komisi I DPR TB Hasanudin.
Tank yang memiliki meriam berukuran 120 milimeter ini, merupakan tank
terbesar di jajaran tank TNI. Dengan meriam sebesar 120mm itu, lapangan
tembak TNI AD yang ada, menjadi terlalu kecil. Selama ini, ukuran
meriam tank TNI AD berkisar 75 milimeter dan 90 milimeter.
“Akhirnya, yang bisa digunakan adalah lapangan uji penembakan dan
pengeboman Air Weapon Range (AWR) milik TNI AU di Lumajang,” ujar
Hasanudin.
Kecanggihan Main Battle Tank Leopard 2A4 juga mencakup kemampuan
menyelam dengan perlengkapan snorkel hingga peperangan
Nuklir-Biologi-Kimia. Tank Leopard memiliki panjang 9,97 meter dan berat
63 ton. Untuk ke daerah operasi, tank ini diangkut dengan tank
transporter, yang untuk Leopard menggunakan truk Astra buatan Iveco
dengan panjang keseluruhan 20 meter lebih.
KSAD (kala itu) Jenderal Pramono Edhie Wibowo pada tahun 2012
memaparkan rencana gelar kekuatan MBT Leopard dalam tiga kali rapat
dengar pendapat dengan Komisi I DPR. Pada rapat dengar pendapat pertama,
MBT Leopard disebutkan akan ditempatkan di perbatasan Kalimantan dengan
Sabah-Sarawak untuk efek gentar. Apalagi Malaysia memiliki MBT PT91
yang ditempatkan di sepanjang perbatasan dengan Indonesia di Kalimantan.
Pada rapat dengar pendapat kedua disebutkan, MBT Leopard ditempatkan
di ibu kota provinsi Kalbar, Pontianak dan Samarinda, Kalimantan Timur.
Namun entah kenapa, pada rapat dengar pendapat ketiga disebutkan, MBT
Leopard 2A4 ditempatkan di Jawa Barat dan Jawa Timur, di bawah Divisi I
dan II Kostrad.
Pramono Edhie mengklaim mendapat 100 tank Leopard seharga 287 juta
dollar AS. Sebelumnya dengan anggaran yang sama hanya didapat 44 unit
dari Belanda. Indonesia beralih ke Jerman, setelah Belanda membatalkan
penjualan MBT Leopard mereka ke Indonesia.
Selanjutnya pada arsip Kompas 8 Maret 2012 diklaim Pramono Edhie,
Jerman menawarkan transfer teknologi dalam pembelian MBT Leopard. Ada
kemungkinan mekanisme produksi bersama, kata Pramono Edhie, ketika itu.
Bagaimana mengangkut tank Leopard ke luar Jawa?. Kementerian
Pertahanan telah memesan landing ship tank khusus yang bisa mengangkut
tank seberat Leopard. Salah satunya adalah KRI Teluk Bintuni yang dibuat
di dalam negeri oleh PT Daya Radar Utama.
Menanggapi belum lengkapnya MBT Leopard, Kepala Badan Sarana
Pertahanan (Kabaranahan) Kementerian Pertahanan, Laksamana Muda Leonardi
mengatakan, dari 163 tank Leopard yang dibeli, sudah 103 unit yang
datang, yang terdiri dari 61 unit MBT Revolution dan 42 unit MBT 2A4.
Menurut Laksda Leonardi, semua akan dilengkapi agar kekuatan MBT Leopard
dan sarana pendukungnya sesuai rencana semula.
Sumber : KOMPAS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar