Amerika menjual rudal canggih AIM120C7 AMRAAMs pada Indonesia. U.S. Air Force
Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan (DCSA) AS dalam keterangan
tertulisnya melaporkan penjualan rudal canggih pada Indonesia itu.
DSCA adalah badan utama di Departemen Pertahanan AS yang bertanggung
jawab untuk penjualan senjata, pelatihan dan mempertahankan kontak
militer AS dengan negara-negara sekutu.
Penjualan senjata itu yang meliputi peralatan, pelatihan, dan
dukungan logistik, masih harus disetujui oleh Kongres AS bulan ini. Satu
pemandu rudal juga ikut dalam bagian penjualan tersebut.
“Juga termasuk dalam penjualan ini adalah; kontrol dukungan
peralatan, suku cadang, jasa, logistik, teknis rekayasa kontraktor dan
dukungan teknis, pemuatan adapter, publikasi teknis, pelatihan dan
sosialisasi, alat uji, dan unsur terkait lainnya,”demikian penjelasan
DSCA, seperti dikutip The Diplomat, Jumat (18/3/2016).
Pada bulan Mei 2015, Departemen Luar Negeri AS juga menyetujui
penjualan rudal AIM-9X-2 Sidewinder ke Indonesia dengan nilai penjualan
diperkirakan mencapai USD 47 juta. Kemudian, pada bulan Desember 2015,
parlemen Indonesia meneken pengajuan anggaran USD38 juta untuk pembelian
awal dari sejumlah rudal udara untuk Angkatan Udara Tentara Nasional
Indonesia (TNI).
Rudal canggih AS biasanya diproduksi oleh kontraktor pertahanan Raytheon. “Penjualan diusulkan guna meningkatkan kemampuan Indonesia untuk mencegah ancaman regional dan memperkuat pertahanan Tanah Air-nya. Indonesia mampu menyerap peralatan tambahan ini dan dukungan di angkatan bersenjatanya,” lanjut keterangan DCSA.
Rudal canggih AS biasanya diproduksi oleh kontraktor pertahanan Raytheon. “Penjualan diusulkan guna meningkatkan kemampuan Indonesia untuk mencegah ancaman regional dan memperkuat pertahanan Tanah Air-nya. Indonesia mampu menyerap peralatan tambahan ini dan dukungan di angkatan bersenjatanya,” lanjut keterangan DCSA.
Militer Indonesia saat ini juga menanti pasokan 10 pesawat jet tempur
Su-35 Rusia yang kesepakatan akhir pembeliannya dijadwalkan diteken
bulan April 2016 mendatang.
Namun, surat kabar Rusia, Izvestia, melaporkan, pasokan pesawat jet
tempur Su-35 Rusia untuk Indonesia baru bisa dikirim mendekati tahun
2018. Penyebabnya, produsen pesawat tempur itu kebanjiran pesanana dari
banyak negara dan Indonesia harus antre.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar