Dalam polling yang dilakukan pada Oktober 2013, terungkap informasi bahwa lawan tanding terberat jet Sukhoi Su-27/Su-30 Flanker TNI AU ialah F-15SG Strike Eagle RSAF (Republic of Singapore Air Force). Ada dua hal yang menjadi dasar kuat bahwa F-15SG menjadi lawan tanding terberat Sukhoi TNI AU. Pertama, memang diatas kertas Sukhoi Su-27/Su-30 dirancang untuk menandingi air superiority F-15. Lalu alasan kedua, kerapnya gesekan dalam hal isu politik dan pertahanan, khususnya pada urusan batas wilayah laut dan pengendalian ruang udara di Kepulauan Riau (Kepri), ikut menyulut sentimen, termasuk dari para pembaca cintabelanegara.blogspot.com.
Tapi mari kita kesampingkan dahulu alasan kedua, untuk alasan pertama yang disebutkan diatas. Pada hakekatnya bukan semata-mata soal komparasi fitur dan kemampuan kedua pesawat yang relatif setanding. Lain dari itu juga terkait dengan urusan sista yang melekat pada F-15SG Singapura. Sebagai sekutu nomer satu AS di Asia Tenggara, Singapura menjelma bak militer Israel. Negeri dengan penduduk hanya 5 juta jiwa dengan luas wilayah sebesar DKI Jakarta ini secara fakta menjelma sebagai kekuatan militer dengan alustsista termodern di Asia Tenggara.
Fokus lagi ke F-15SG, jet ini dipercaya banyak pengamat militer sebagai jagoan duel udara nomer satu di seantero Asia Tenggara, karena memang tak ada negara di Asia Tenggara, bahkan di Asia Selatan yang punya F-15SG. Sebab AS pun hanya menjual jet ini kepada sekutu dekatnya yang bisa dipercaya. Daya deteren F-15SG pun semakin gahar dengan adopsi rudal terdepan dikelasnya, seperti AIM-9X/M Sidewinder sebagai rudal udara ke udara jarak dekat, AIM-7 Sparrow sebagai rudal udara ke udara jarak menengah, dan yang paling sakti yaitu AIM-120 AMRAAM.
AIM-120 AMRAAM (Advanced Medium Range Air to Air Missile) adalah rudal andalan utama AS dan NATO dalam serangkaian operasi militer. Jelas tak sembarang negara bisa dikabulkan senat AS untuk bisa membeli AMRAAM. Di sekitaran Indonesia, populasi AMRAAM sudah bisa ditebak, yakni ada di AU Singapura dan AU Australia (RAAF/Royal Australian Air Force). AMRAAM digadang sebagai pengganti AIM-7 Sparrow pada tahun ahun 1990. Di kalangan para penerbang, rudal yang mampu melesat hingga 4 Mach dengan jangkauan 70 – 125 km ini akrab disebut sebagai Slammer. AMRAAM sendiri dibuat dalam beberapa varian, mulai dari A hingga C yang mulai digunakan sejak 1996. Kini AMRAAM juga menjadi rudal pamungkas bagi jet stealth Lockhed Martin F-22 Raptor.
Battle proven menjadi nilai jual tersendiri bagi rudal buatan Raytheon ini, kiprah AMRAM mulai terdengar sejak F-14 Tomcat berhasil merontokan MiG-23 Libya pada Januari 1993. Sebelumnya di Desember 1992, MiG-25 Irak juga dihancurkan oleh AMRAAM yang dilepaskan F-16. Di setiap kehadiran AS, terutama yang berkaitan dengan kampanye kekuatan udara, hampir tak lepas dari hadirnya AMRAAM.
R-77 – Sang Penantang AMRAAM
Debut AIM-120 AMRAAM populer sejak era Perang Dingin berlangsung. Melihat rivalnya punya rudal udara yang super canggih, menjadikan kubu Uni Soviet (Rusia) tidak tinggal diam, harus dilakukan upaya untuk menandingi AMRAAM. Dan lewat kerja keras, dalam waktu singkat Uni Soviet akhinya berhasil menciptakan rudal yang punya spesifikasi sepadan dengan AMRAAM, yaitu R-77 (AA-12 Adder – dalam kode NATO).
Debut AIM-120 AMRAAM populer sejak era Perang Dingin berlangsung. Melihat rivalnya punya rudal udara yang super canggih, menjadikan kubu Uni Soviet (Rusia) tidak tinggal diam, harus dilakukan upaya untuk menandingi AMRAAM. Dan lewat kerja keras, dalam waktu singkat Uni Soviet akhinya berhasil menciptakan rudal yang punya spesifikasi sepadan dengan AMRAAM, yaitu R-77 (AA-12 Adder – dalam kode NATO).
Dirunut dari sejarahnya, prototipe R-77 mulai dikembangkan sejak 1982 oleh Vympel Design Bureau. Dalam hal segmentasi, R-77 adalah rudal udara ke udara (AAM/air to air missile) jarak menengah dan jauh. Karena merupakan proyek rahasia, Soviet baru memperlihatkan sosok rudal ini pada Moskow AeroShow di tahun 1992. Karena punya desain dan spesifikasi mirip AMRAAM, para jurnalis Eropa memberi nickname R-77 sebagai AMRAAMski. Untuk produksi guna kebutuhan AU Rusia baru dimulai pada 1994.
Baik R-77 dan AMRAAM sama-sama mengusung sistem pemandu active radar homing. Dimana pada moncong rudal terdapat perangkat radar pemancar dan sensor elektronik lainnya yang berfungsi untuk menemukan dan melacak target secara mandiri. Atau dengan kata lain, berlaku pola fire and forget. Dalam hal jangkauan, AMRAAM dan R-77 masuk kategori beyond visual range air to air missile dengan radius tembak diatas 70 km. Keberadaan target jelas diluar jangkauan pandangan mata pilot. Disinilah pentingnya kehandalan radar penjejak sasaran pada pesawat.
Seperti apa kehebatan R-77? Kecepatan luncur R-77 adalah 4,5 Mach. Untuk jarak jangkau ada dua macam, untuk tipe R-77 (90 km) dan R-77M1 (175 km). Dengan hulu ledak HE (high explosive) fragmenting seberat 22 kg, target dapat dihancurkan dengan mekanisme laser proximity fuze, ini artinya proses peledakan dapat dilakukan tanpa bodi rudal harus mengenai sasaran secara langsung. Anda penasaran dengan cara kerja R-77? Mari simak video dibawah ini.
Rudal AAM Andalan Rusia
Meski belum ada rekor “kill,” tapi hingga kini R-77 masih jadi andalan bagi jet-jet tempur buatan Rusia, dalam hal ini termasuk Sukhoi Su-27SK dan Su-30Mk yang juga menjadi arsenal Skadron Udara 11 TNI AU. Dalam skenario, Sukhoi Su-27SK yang dilengkapi radar tipe Fazotron N011 Zhuck-27 (kode NATO: Beetle). Radar pada hidung Sukhoi ini punya kemampuan track while scan alias identifikasi selagi mendeteksi. Kemampuan ini juga diikuti dengan kehebatan lain, seperti look down/ shoot down. Artinya radar bisa mengenali beragam target yang bertebaran di udara maupun permukaan.
Untuk jarak jangkau radar ini, Beetle dapat mengenali sasaran sebesar tiga meter pada jarak lebih dari 100 kilometer. Pada jarak tersebut radar sudah bisa menganalisa sekaligus 10 sasaran yang dianggap mengancam. Nah, dengan kehandalan radar inilah, pliot Sukhoi dapat mengambil keputusan untuk menghajar sasaran yang ada di balik cakrawala dengan R-77.
R-77 sendiri telah diperlihatkan oleh TNI AU kepada publik, dari laporan SIPRI (Stockholm International Peace Research Institute), lembaga independen internasional yang didedikasikan untuk penelitian konflik, persenjataan, pengawasan senjata dan pelucutan senjata yang bermarkas di Swedia. Disebutkan bila Indonesia membeli 50 unit R-77 untuk melengkapi sista di 16 unit Sukhoi.
Patut disyukuri, bahwa kini TNI AU dapat mengimbangi AMRAAM Singapura dan Australia dengan R-77-nya, tapi harus diingat, bahwa Rusia juga menjual rudal ini pada pengguna Sukhoi Su-27/Su-30 lainnya di Asia Tenggara, yaitu Malaysia dan Vietnam. Bahkan, kedua negara tersebut sudah lebih dulu dalam memperoleh R-77. Lepas dari itu semua, Sukhoi Indonesia kini ibarat Sky Demon, siap memberi efek maut di udara dengan kombinasi rudal R-77 dan R-73. (Bayu Pamungkas)
Spesifikasi R-77
Manufaktur : Vympel (Tactical Missile Corp)
Panjang : 3,6 meter
Diameter : 20 centimeter
Wingspan : 35 centimeter
Bobot : 175 kg (R-77) 226 (R-77M1)
Berat hulu ledak : 22 kg
Mekanisme penghancuran : laser proximity fuze
Mesin : Solid fuel rocket motor (R-77)/ Air breathing ramjet (R-77M1)
Kecepatan : 4,5 Mach
Ketinggian luncur : 5 – 25.000 meter
Pemandu : Active radar homing
Jangkauan : R-77 (90 km), R-77M1 (175 km)
Spesifikasi AIM-120 AMRAAM
Manufaktur : Raytheon
Panjang : 3,65 meter
Diameter : 17,8 centimeter
Wingspan : 44,5 centimeter
Bobot : 161,5 kg
Berat hulu ledak : 20,5 kg
Mekanisme penghancuran : proximity and contact
Mesin : Solid fuel rocket motor (R-77)/ Air breathing ramjet (R-77M1)
Kecepatan : 4 Mach
Ketinggian luncur : -
Pemandu : Active radar homing
Jangkauan : 75 – 110 km
Indomil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar