Bila kavaleri udara Puspenerbad TNI AD hingga kini masih melestarikan Bell 205 A-1. Maka TNI AU juga mengoperasikan saudara kembarnya yang lebih dulu berlaga di angkasa Indonesia, yakni Bell 204B yang hadir sejak awal tahun 60-an. Beda dengan Bell 205 A-1 TNI AD yang sudah di-‘militerisasi’ dengan kemampuan menggotong senjata, sejatinya Bell 204B TNI AU masih berstatus sebagai helikopter ‘sipil’ tanpa modifikasi usungan senjata.
Sebagai informasi awal, Bell 204B adalah helikopter yang terpajang di halaman depan Museum Satria Mandala, Jakarta. Dalam versi militernya yang disebut UH-1B Iroquois (Huey), helikopter ini terbilang laris manis digunakan dalam Perang Vietnam. Antara Bell 204 dan Bell 205 pun bentuknya bisa dibilang mirip, sama-sama menggunakan mesin tunggal dengan dua bilah baling-baling pada rotor utama. Letak perbedaanya, Bell 205 dimensinya lebih panjang dengan sliding door lebih lebar. Jika Bell 205 bisa mengangkut 14 penumpang, maka Bell 204 maksimum hanya bisa dimuati 10 penumpang.
Bell 204B di Museum Satria Mandala, Jakarta.
Dirunut dari sejarahnya, Bell 204B hadir sebagai upaya perkuatan militer Indonesia jelang Operasi Trikora. Awalnya Bell 204B ditempatkan Skadron Udara 6 Lanud Atang Senjaya, Bogor. Di awal tahun 60-an, Bell 204B yang didatangkan sebanyak 20 unit tergabung dalam skadron yang sama dengan helikopter angkut sedang Mi-4 dan helikopter angkut berat Mi-6 dari Rusia (Uni Soviet). Baru setelah 1965, Bell 204B dipindahkan ke Skadron Udara 7 Lanud Atang Senjaya, Bogor. Namun, secara bertahap pada 17 April 1989 Skadron Udara 7 dipindahkan dari Lanud Atang Sendjaya, Bogor ke Lanud Suryadarma, Kalijati. Secara resmi menjadi kekuatan Lanud Suryadarma sejak 1 januari 1991, dengan kekuatan Bell 204B, Bell 47G Sioux, Bell 47G Soloy (modifikasi Bell 47G Sioux) dan EC 120B Colibri.
Meski sudah tak tampil lagi di muka publik, sejatinya belum ada pengumuman resmi pensiunnya Bell 204B TNI AU. Malahan Bell 204B TNI AU sempat ikut ambil bagian dalam film Djakarta 1966. Kabarnya di masa Presiden Soekarno, satu unit Bell 204B ikut disiagakan untuk kepentingan operasional Istana. Di masa Orde Baru, pemerintah propinsi NAD (d/h Daerah Istimewa Aceh) dan propinsi Irian Jaya pernah mendapat hibah masing-masing satu unit Bell 204B dari TNI AU.
Sejak periode 1965 hingga awal tahun 80-an, Bell 204B Skadron Udara 7 terbillang kenyang pengalaman operasi. Tercatat Bell 204B dan Mi-4 terjun dalam Operasi Penegak di daerah Jawa Barat dan Operasi Mental di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Operasi ini dimaksudkan sebagai tindak lanjut untuk menghancurkan sisa-sisa kekuatan G-30s/PKI.
Bell 204B juga pernah digunakan oleh maskapai Airfast di Papua.
Periode 1971 sampai 1975 Skadron Udara 7 turut berpartisipasi pada operasi Wisnu, yang merupakan tindak lanjut Operasi Samber Kilat untuk menumpas gerombolan bersenjata PGRS/Paraku, di daerah Kalimantan Barat. Operasi ini dimulai pada bulan September 1972, yang pada awalnya menggunakan pesawat Bell 204B Iroquois, baru pada bulan Mei 1973 diperkuat dengan tiga buah pesawat tambahan UH 34D Sikorsky milik Skadron Udara 6. Tahun 1975 pesawat Iroquois ditarik total dari operasi tersebut untuk kemudian digantikan Sikorsky.
Varian militer UH-1B milik El Salvador tampil ekstrim dengan membawa bom MK82.
UH-1B Huey Gunship yang digunakan dalam Perang Vietnam.
Hasil operasi helikopter -helikopter ini berhasil menembak mati tokoh G30S/PKI daerah Kalimantan Barat, yaitu Sofyan. Sebelum ditembak, dilakukan pengejaran dari Pontianak sampai Tarenteng. Jenazahnya kemudian diangkut ke Pontianak menggunakan Bell 204B Iroquois. Jejak pengabdian Bell 204B pun tak lepas dari Operasi Seroja di Timor Timur.
Prototipe Bell 204 (XH-40) terbang perdana pada 20 Oktober 1956. Bell kemudian membangun enam (disusul sembilan) XH-40 yang diberi desainasi YH-40 untuk uji coba. Semua pra produksi ini menggunakan mesin T53-L-1A dengan kemampuan 700 tenaga kuda. Walau sebagai uji coba, heli ini langsung diterjunkan di Perang Vietnam. (Bayu Pamungkas)
Bell 204B (UH-1B)
– Crew: one-two
– Capacity (Payload): 1.360 kg including up to eight-nine passengers, or equivalent cargo-
– Panjang: 12,69 meter
– Rotor diameter: 14,63 meter
– Tinggi: 4,5 meter
– Empty weight: 2.085 kg
– Max. takeoff weight: 4.310 kg
– Powerplant: 1 × Lycoming T53-L-11A turboshaft, 1,100 shp (820 kW)
– Maximum speed: 220 km/h
– Cruise speed: 205 km/h
– Range: 533 km
– Service ceiling: 5.910 meter
– Rate of climb: 8,9 m/s
Tidak ada komentar:
Posting Komentar