Proses Penyelidikan terkait tewasnya tiga teknisi jet tempur Sukhoi
di Makssar akhirnya dihentikan. Penyidik Polda Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Barat menyimpulkan bahwa saksi sekaligus korban sudah tewas
sehingga tidak ada yang dapat diminta keterangan.
Isu sabotase sempat menyeruak, bahkan menjadi headline media massa di
Rusia. Ketiga teknisi dari perusahaan penerbangan KnAAPO itu diduga
tewas setelah mereguk minuman keras yang dibubuhi racun.
Tak hanya memunculkan tanda Tanya, insiden di komlek Lanud Sultan
Hasanuddin Makassar itu pun disesalkan sejumlah pihak. Mantan Kepala
Staf Angkatan Udara (KSAU) Chappy Hakim menilai, Lanud Sultan Hasanuddin
dari aspek sekuriti tidak memenuhi syarat untuk merakit pesawat tempur.
Menurut Chappy, Lanud Hasanuddin tidak layak sebagai air force base,
tetapi lebih sebagai air base. “Lanud Hasanuddin tidak steril. Apalagi
mess militer yang ada, berdekatan dengan jalan raya yang banyak terdapat
warung minuman keras. Hanya Lanud Iswahyudi dan Atang Sanjaya yang
layak sebagai air foce base. Untuk itu dahulu perakitan pesawat militer
dilakukan di Lanud Iswahyudi,” tegas Chappy.
Kendati mengkritis kelaikan lokasi perakitan Sukhoi di Lanud
Hasanuddin, penerbang yang memiliki jam terbang lebih dari delapan ribu
jam ini mengapresiasi upaya penambahan Sukhoi hingga satu skadron
lengkap dengan persenjataannya. Pada Agustus 2007, Indonesia resmi
membeli enam pesawat Sukhoi, yakni tiga Sukhoi SU-30MK2 dan tiga jenis
SU-27SKM, senilai sekitar US$ 300juta.
Sejak memegang gtampuk tinggi TNI AU, Cahppy Hakim memang telah
menetapkan rencan jangka panjang agar TNI AU memiliki satu atau bahkan
dua skadron pesawat tempur Sukhoi. Ketika itu, kebutuhan pesawat tempur
baru dirasakan mendesak, sakaligus untuk menggantikan Skadron 11 Lanud
Hasanuddin, Makassar, markas A-4 Sky Hawk.
Berbagai allternatifpun diterapkan untuk memenuhi kebutuhan alutsista
udara dengan anggaran terbatas, tanpa embel-embel persyaratan tertentu
dari Negara produsen yang justru selalu mendikte Indonesia. Saat itu,
alutsista pertahanan udara Indonesia sedang diembergo AS.
Dengan pertimbangan ketersediaan anggaran, scenario imbal dagang pun
menjadi pilihan. Indonesia membeli empat pesawat Sukhoi SU 30-MK dan
dua helicopter MI-35 dengan sekema imbal dagang. Yakni dengan beberapa
komoditas, diantaranya karet dan minyak sawit mentah (CPO). Dalam
kerjasama imbal dagang itu, Depperindag, yang ketika itu dipimpin Rini M
Soewandi, bertindak sebagai “perantara”.
Ironisnya, skema imbal beli pesawat tempur itu meletupkan pro dan
kontra. Kalangan DPR bahkan membentuk panitia Kerja (Panja) di Komisi 1
DPR RI untuk menyelidiki prosedur pembelian Sukhoi itu.
Pada saat itulah, Chappy Hakim sebagai KSAU harus meladeni perdebatan
panjang seputar imbal dagang Sukhoi. Panja Sukhoi meminta agar
mekanisme pembelian Pesawat Sukhoi dan Helikopter Mi-35 yang sudah
berlangsung tidak terulang kembali. Pembelian itu tidak sejalan dengan
ketentuan dalam UU 29 Tahun 2002 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) dan UU No 3/2002 tentang Pertahanan Negara.
Bagi Chappy, pembelian Sukhoi merupakan keputusan lanjutan yang
sebelumnya sempat tertunda. Pada 1997, dengan pertimbangan krisis
moneter,Indonesia sempat menunda pembelian Sukhoi.
Dalam pandangan mantan Gubernur AAU ini, membangun angkatan perang
yang kuat tidak mungkin mengandalkan APBN. Tidak ada satupun didunia
ini, suatu Negara mempunyai angkatan perang yang kuat, yang dibangun
dari APBN. APBN hanya terkait program tahunan. Sementara pembangunan
angkatan perang terkait hitech, sehingga ahrus dibuat master plan dengan
jangka waktu kurang lebih 30 tahun.
Marsekal yang piawai bermain saksofon ini memandang bahwa pilihan
membeli Sukhoi adalah ketegasan dan keputusan pimpinan Negara. Ketika
itu Indonesia di embargo AS sehingga pesawat-pesawat TNI AU tidak bisa
terbang. Peasawat produk AS merupakan pesawat standar NATO, sehingga
anggota NATO juga akan ikut mengembargo.
Terkait embargo AS, mantan ketua Timnas Evaluasi Keselamatan dan
Keamanan Transportasi (EKKT) ini sempat menggunakan “diplomasi saksofon”
untuk melobi petinggi AS, agar embargo suku cadang pesawat tempur TNI
AU oleh AS diakhiri.
Embargo alutsista menjadi pelajaran yang berharga. Penyandang APTL
(Airlines Transport Pilot Licence) yang sempat menjabat sebagai
Komisaris Utama PT Dirgantara Indonesia ini dalam berbagai kesempatan
selalu menegaskan, bahwa dalam membangun angkatan perang harus
meminimaze ketergantungan kepada Negara lain. Untuk itu industry
strategis nasional harus dibangun.
Di masa pension Marsekal Chappy Hakim tetap konsisten untuk
menggelorakan semangat nasionalisme da patriotism. Chappy menjadi
penulis produktif sekaligus pengamat yang kritis.
Di kalangan bloger, Chappy dikenal sebagai bloger dengan
tulisan-tulisan yang membumi. Buku bertajuk “Cat Rambut Orang Yahudi”,
tidak lain adalah kumpulan hasil coretan Chappy di blog.
Tak salah jika Museum Rekor Indonesia (MURI) memberikan penghargaan
bernomor 3840 kepada Chappy Hakim sebagai Jendral pertama yang tulisan
di blog diterbitkan menjadi buku. Sejumlah Buku yang di tulis Chappy
Hakim telah diterbitkan. Diantaranya, “Untuk Indonesiaku”,”Saksofon,
Kapal Induk dan Human Error”, “Air Diplomacy”,”Dari Segara
Angkasa”,”Chappy Hakim in Music and Song”,”Awas Ketabrak Pesawat
Terbang”.
Setidaknya, tiga rekor MURI diberikan kepada Chappy Hakim. Satu
diantarany, penghrgaan bagin TNI AU yang telah memperoduksi buku lebih
dari seratus judul dalam satu tahun.
Bagi Chappy, tulisan-tulisannya tidak hanya ditunjukan untuk menyampaikan ide dan pemikiran tetapi juga sebagai wahana diskusi yang berharga bagi perkembangan bangsa.
Bagi Chappy, tulisan-tulisannya tidak hanya ditunjukan untuk menyampaikan ide dan pemikiran tetapi juga sebagai wahana diskusi yang berharga bagi perkembangan bangsa.
Chappy memberikan catatan, Negara yang kuat harus dipimpin pemimpin
yang “extraordinary” dan berani. Chappy Hakim sendiri dikenal berani dan
kritis terhadap setiap persoalan. Dalam “insiden Bawean”, Juli 2002,
Chappy sebagai KASAU memerintahkan pesawat tempur F 16 TNI AU untuk
mengintersep lima pesawat F/A 18 Honet milik AS yang Bermanuver di atas
Pulau Bawean yang merupakan jalur penerbangan komersial.
Sejumlah pihak minilai langkah ini cukup berani mengingatkan pesawat
tempur AS tersebut mengiringi kapal induk tenaga nuklir UUS Carl Vinson
yang mengangkut seratus pesawat tempur. USS Carl Vinson berlayar dibarat
laur Pulau Bawean dikawal dua fregat dan sebuah kapal perusak.
Tak hanya itu, dalam sejumlah kesempatan, KSAU Chappy Hakim
menerbangkan sendiri pesawat Hercules. Misalnya saat kunjungan kerja
KSAU ke Pangkalan TNI AU Hasanuddin, Lanud Adisutjipto dan Lanud
Iswahyudi, Chappy menjadi pilot pesawat Hercules A-1341.
Profil
Nama : Marsekal (Purn) Chappy Hakim
Tempat/Tgl Lahir : Yogyakarta, 17 Desember 1947
Agama : Islam
Tempat/Tgl Lahir : Yogyakarta, 17 Desember 1947
Agama : Islam
Pendidikan :
- Akademi TNI AU (AAU) (1971)
- Sekolah Penerbang (1973)
- Sekolah Instruktur Penerbang (1982)
- Instruktur Hercules C-130 H/HS (1985)
- Sesko TNI AU (1987)
- Sesko ABRI (1997)
- Lemhanas(1998)
- Sarjana Universitas Terbuka (UT)
- Sekolah Penerbang (1973)
- Sekolah Instruktur Penerbang (1982)
- Instruktur Hercules C-130 H/HS (1985)
- Sesko TNI AU (1987)
- Sesko ABRI (1997)
- Lemhanas(1998)
- Sarjana Universitas Terbuka (UT)
Karir :
- Skadron 2 Halim Perdanakusuma (1973)
- Komandan Skadron 31 Lanud Halim Perdanakusuma (1989)
- Komandan Wing Taruna AAU (1992)
- Komandan Lanud Sulaiman Bandung (1995)
- Direktur Oprasi dan Latihan (Diropslat) TNI AU (1996)
- Gubernur AAU (1997)
- Assisten Personel (Aspers) KSAU (1999)
- Danjen Akademi TNI (2000)
- KSAU (2000-2005)
- Ketua Timnas Evaluasi Keamanan dan Keselamatan Transportasi (EKKT) (2007)
- Komandan Skadron 31 Lanud Halim Perdanakusuma (1989)
- Komandan Wing Taruna AAU (1992)
- Komandan Lanud Sulaiman Bandung (1995)
- Direktur Oprasi dan Latihan (Diropslat) TNI AU (1996)
- Gubernur AAU (1997)
- Assisten Personel (Aspers) KSAU (1999)
- Danjen Akademi TNI (2000)
- KSAU (2000-2005)
- Ketua Timnas Evaluasi Keamanan dan Keselamatan Transportasi (EKKT) (2007)
Organisasi/Perusahaan :
- Senior Counselor Kiroyan Partner
- Senior Advisor Ephindo
- Honorary Member of Asosiasi Pilot Garuda
- Chief Operations Officer PC Aero Incorp
- Chairman, Advisory Group Civil Transformation Team
- Chairman, Profesional Aviation Board of Certification
- Senior Advisor Ephindo
- Honorary Member of Asosiasi Pilot Garuda
- Chief Operations Officer PC Aero Incorp
- Chairman, Advisory Group Civil Transformation Team
- Chairman, Profesional Aviation Board of Certification
Penghargaan :
- Bintang Swa Bhuana Paksa Nararya
- Satyalencana Kestiaan VIII, XVI, XXIV
- Satyalencana GOM VIII Kalbar, GOM IX Raksaka Dharma (Papua)
- Satyalencana Dwiwidya Sista
- Satyalencana Seroja
- Satyalencana Kestiaan VIII, XVI, XXIV
- Satyalencana GOM VIII Kalbar, GOM IX Raksaka Dharma (Papua)
- Satyalencana Dwiwidya Sista
- Satyalencana Seroja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar