Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro akhirnya mengumumkan rencana
pembelian kapal selam dari Rusia, untuk memperkuat armada TNI AL.
Rencana ini ditindaklanjuti dengan mengirim Tim TNI AL ke Rusia pada
pertengahan Januari 2014, untuk melihat tawaran apakah mengambil kapal
selam bekas/refurbish atau yang baru.
Pernyataan ini disampaikan Menteri Pertahanan usai bertemu dengan
Perwakilan RosoboronExport yang ditemani Duta Besar Rusia untuk
Indonesia, Mikhail Yurievich Galuzin di Kantor Kemenhan, 6/12/2013.
Dengan dibelinya kapal selam Kilo Class dan Amur dari Rusia,
menunjukkan rencena-rencana pembelian seperti yang tercatat di SIPRI
maupun yang ditawarkan Rusia, terpenuhi sudah.
Dari pola ini terlihat, walau TNI mengejar transfer teknologi dalam
pengadaan alutsista, namun tidak melupakan kualitas. Alutsista yang
berkualitas tetap dibeli sambil memburu ToT dari berbagai negara,
termasuk Rusia.
Berbicara alutsista yang berkualitas jika dikaitkan sistem pertahanan
udara, negara Rusia bisa dikatakan yang terdepan untuk urusan teknologi
ini. Sistem pertahanan Rusia berkembang pesat dan semakin matang.
Mereka pun terus meningkatkannya dengan membangun S-500 yang memiliki
jarak tembak 600 km dan bisa membidik setiap benda yang terbang di
udara.
Indonesia memang sedang mencari sistem pertahanan udara,
antara lain untuk menjaga Ibukota Negara. Hal ini disampaikan Wakil
Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin saat bertemu Gubernur DKI Jakarta
Joko Widodo. Pertemuan tanggal 21/8/2013 itu membahas sinergi antara
Kementerian Pertahanan dan Pemerintah DKI Jakarta dalam pembangunan
ruang bawah tanah di Monas yang akan diintegrasikan dengan sistem
pengamanan Ibukota, termasuk pertahanan udara.
Ide pembangunan sistem pertahanan udara yang modern ini, bisa jadi sudah didengar RosoboronExport, beberapa waktu sebelumnya.
Pada Indo Defence 2012, RosoboronExport menawarkan sistem pertahanan udara modern bagi Indonesia.
Sitem pertahanan rudal yang ditawarkan adalah integrasi air defence
system yang menggabungkan sistem pertahanan rudal jarak menengah BUK-M2E
dengan sistem pertahanan rudal/senjata jarak pendek Pantsir-S1.
Pakar RosoboronExport meyakini konfigurasi sistem itu akan secara
efektif melindungi obyek-obyek vital militer maupun instalasi lainnya
dari potensi serangan udara musuh, termasuk serangan udara yang masif.
Buk-M2E (nama di NATO: SA-17 Grizzly) merupakan sistem medium-range
surface-to-air missile (SAM) bergerak, yang didisain untuk melindungi
pasukan maupun instalasi/bangunan dari ancaman serangan udara. SA=17
Grizzly merupakan upgrade dari sistem pertahanan udara bergerak versi
Buk-M1 yang sudah combat proven.
Buk-M2E dibuat untuk menetralisir serangan masif dari pesawat tempur
taktis maupun strategis, rudal balistik taktis, rudal jelajah, rudal
pesawat tempur, bom pintar, helikopter, termasuk hovering rotorcraft,
UAV, meski Buk-M2E mendapatkan serangan electronic countermeasures yang
gencar.
Adapun Pantsir-S1 (NATO: SA-8 Greyhound) merupakan sistem pertahanan
udara berbasis rudal/senjata yang didisain untuk melindungi areal-areal
yang vital, big military areas, target industri dan unit pasukan darat.
Pantsir-S1 memperkuat unit pertahanan udara dalam melindungi pasukan
maupun instalasi militer dari serangan udara presisi, baik di ketinggian
rendah maupun extreme low altitudes.
Sepertinya, Kementerian Pertahanan dan TNI sedang menjajaki sistem
rudal pertahanan modern dari Rusia itu. Sekali lagi, menjajaki.
Penjajakan ini dimulai dengan datangnya perwakilan RosoboronExport
ditemani Duta Besar Rusia untuk Indonesia, menghadap Menteri Pertahanan,
Purnomo Yusgiantoro di Jakarta.
JKGR.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar