Cinta Bela Negara Untuk Indonesia
Semangat Sampai Mati, NKRI Harga Mati...
Minggu, 11 September 2016
Hughes 500C TNI AU: Sempat Jadi Helikopter Latih Lanjut, Cikal Bakal Heli Serbu Ringan MD530G
Dalam ajang Defence Services Asia (DSA) 2016 yang berlangsung bulan
April lalu di Kuala Lumpur, Pemerintah Malaysia telah mengumumkan
pembelian enam unit helikopter serbu ringan MD530G – (aka AH-6
Little Bird) dari MD Helicopters Inc. Debut helikopter yang kondang
sebagai elemen CAP (Close Air Support) di film Black Hawk Down ini
memang masif dimanfaatkan satuan Ranger dan Delta Force untuk melakukan raid.
Dari aspek dukungan senjata serta kelincahan dalam bermanuver, bisa
dibilang tidak ada yang terlalu istimewa dari MD530G. Poin keunggulan
yang kentara lebih karena battle proven, tentu akibat sering diajak
beraksi oleh pasukan AS di banyak palagan, seperti salah satunya dalam
operasi Gothic Serphent (1993) di Mogadishu – Somalia, suatu
operasi militer yang menjadi latar penggarapan film Black Hawk Down
karya sutradara Ridley Scott.
Bila dikomparasi dengan Indonesia, TNI AD juga sudah melakukan
pengadaan helikopter serbu ringan keluaran baru, yakni AS 550 Fennec
buatan Airbus Helicopters. Fennec didapuk sebagai generasi penerus
NBO-105 yang kini memang sudah tak diproduksi lagi. Baik MD530G dan AS
550 Fennec, keduanya berasal dari platform helikopter sipil. Ini artinya
untuk urusan dukungan sensor dan adopsi persenjataan, semuanya bersifat
optional. Rasanya di heli ini Anda tak akan menemukan senapan mesin
internal, seperti halnya pada helikopter serbu AH-64 Apache atau Mi-35P
Hind. Hughes 500C TNI AU di Lanud Halim Perdanakusuma.Pernah terlibat dalam operasi SAR.Meski berasal dari platform helikopter sipil, umumya saat beranjak ke
versi militer, terdapat penguatan airframe, baling-baling, sampai pada
jenis mesin yang lebih powerfull. Bagi penulis, yang menarik adalah
melihat sosok MD530G atau Littile Bird, pasalnya di pertengahan tahun
70-an, buyut dari dari MD530G justru sudah mengangkasa di langit
Indonesia. Lewat operator Pelita Air Service, setidaknya ada 12 unit
Hughes 500C yang pernah dioperasikan maskapai charter milik BUMN
Pertamina ini. Pada tahun 70-an, sesuai namanya Hughes 500C masih
diproduksi oleh Hughes Helicopters.
Berdasarkan lintasan sejarah Hughes 500C, pada tahun 1982 Pelita Air
Service mengihibahkan 12 unit helikopter ini untuk TNI AU, yang kemudian
12 unit Hughes 500 diserahkan sebagai kekuatan di Skadron Udara 7 Lanud
Suryadarma. Seperti dikutip dari situs tni-au.mil.id, sebelum resmi
diserahkan ke TNI AU, sebetulnya heli-heli ini sudah dioperasionalkan
oleh personil TNI AU, sehingga ketika pesawat diserahterimakan, kondisi
dan kemampuan terbangnya telah dipahami.
Hughes 500C Pelita Air Service PK-PEW di salah satu pantai Papua tahun 1976. (Foto: Bill Perkins).
Hughes
500C Pelita Air Service yang dipiloti Bill Perkins saat mendarat di
kawasan Sumatera Utara tahun 1976. (Foto: Bill Perkins)
Untuk selanjutnya, Hughes 500C digunakan bagi keperluan pendidikan
siswa Sekbang jurusan Helikopter Latih Lanjut. Bila mengacu pada kondisi
saat ini, peran Hughes 500C bisa diibaratkan sebagai pendahulu dari
helikopter EC-120B Colibiri. Hughes 500C bisa dikata jarang
diterbangkan, dengan alasan menurunnya kesiapan operasional helikopter
ini, diantaranya terkait suku cadang. Di dekade 90-an, tinggal lima unit
Hughes 500C yang siap operasional, yakni H-500C, H-5010, H-5002, H-5003
dan H-5005. Di tahun 1995, penulis kebetulan masih sempat melihat
helikopter ini terparkir depan hangar Skadron Udara 31 Lanud Halim
Perdanakusuma, Jakarta.
Hughes 500C meraih sertifikat kelaikan terbang pada 1966, dalam versi
militer kala itu Hughes menghadirkan kembarannya, yaitu OH-6A Cayuse.
Hughes 500 ditenagai mesin tunggal Allison 250-C18B. Helikopter ini
punya kecepatan maksimum 282 Km per jam, dan kecepatan jelajah 232 Km
per jam. Sementara jarak tempuhnya bisa mencapai 605 Km. Berbeda dengan
NBO-105 dan EC-120B Colibri, Hiughes 500 tidak dilengkapi ramp door di
bagian belakang, pasalnya exhaust engine berada di posisi bawah bagian
belakang.
OH-6A Cayuse.Kembali ke MD530G yang dibeli Malaysia, oleh pabrikannya heli ini
disebut sebagai generasi terbaru dari line heli serbu dari keluarga
turunan Hughes. Airframenya dibangun dari platform MD530F yang selama
ini telah battle proven. Sebagai versi terbaru, landing gear telah
diperkuat sehingga dapat memuat kapasitas payload sampai 816 Kg. Dengan
payload yang semakin besar, maka racikan senjata yang akan dibawa bisa
lebih fleksibel. Sebagai heli serbu ringan bersemin tunggal, bobot
kosong MD530G hanya 885 Kg, dan maximum take off gross weight mencapai
1.701 Kg.
MD530G
memeng helikopter yang tak hanya ringan, tapi juga mini, sebagai
perbandingan adalah postur orang yang berdiri disampingnya.
HMP Pod 12,7 mm dan Gatling gun M134D, plus rudal stinger memang jadi racikan andalan MD530G.
Bekal senjata favorit yang diusung sudah barang tentu M134D Minigun pod 7,62 mm, FM HMP250 Pod 12,7 mm, roket Hydra 70 2,75 inchi,
rudal anti tank TOW, dan rudal stinger. MD530G disokong mesin turbin
Roll Royce 250-C30. Kecepatan jelajah heli serbu ini 204 Km per jam, dan
kecepatan maksimum 282 Km per jam. Sementara jarak jangkaunya mencapai
426 Km dengan endurance terbang 2,5 jam. Bicara tentang dukungan
perangkat sensor navigasi, selain FLIR (Forward Looking Infrared),
teknologi helikopter juga telah terintegrasi dengan stores management
system dan advanced communication suite. (Haryo Adjie)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar