Saya ingin berkomentar tentang MEF (Minimum Essential Force) dan
ALUTSISTA Indonesia. Dari kacamata awam saya, sejak awal tampak tidak
ada logika dalam perencanaannya, ataupun kalau ada master plan, di
tikungan disalip oleh tindakan-tindakan yang dadakan. Kalau pun ada
Master Plan, semacam defence white paper, tidak pernah dipublikasikan,
paling tidak kepada DPR. Kalau dikatakan rahasia, ok lah, tapi apa,
siapa dan bagaimana mengontrolnya ?. Tidak jelas PDCA-nya (Plan, Do,
Check, Act).
Di sini saya komentari tentang tujuan MEF dan implikasinya. Dari
namanya yang minimum, bisa diartikan bukan parity/ paling tidak sama,
tetapi deterrent/ daya tangkal. Selama defence budget kita hanya sekitar
1 % dari GDP, tidak mungkin kita mencapai parity, yang memerlukan 5 –
10%.
Dengan begitu, secara logika urutan prioritas adalah TNI AU, TNI AL
dan TNI AD. Kuncinya adalah jenis alutsista yang dipilih harus mempunyai
daya tangkal besar, secara politik/ diplomasi, maupun militer.
Kacamata awam saya melihat yang paling berhasil menerapkannya adalah TNI AU. Matra yang lain masih gamang.
Apa jenis alutsista kunci untuk maksimum daya tangkal? Pendapat saya adalah sebagai berikut :
TNI AU : tujuannya adalah air superiority di atas wilayah RI. Alatnya
adalah (1) Heavy fighter generasi 4++, semacam SU-35, dan (2)
Integrated air defence system (IADS), semacam S-300/400.
TNI AL : tujuannya adalah sea superiority/ sea denial di ALKI dan
sekitarnya. Alatnya adalah (1) Kapal selam, semacam Kelas Improved Kilo,
dan (2) shore based anti ship missile, semacam Yakhont versi darat.
TNI AD : tujuannya adalah basis kekuatan darat, yaitu:
(1)memperkuat semua batalyon infanteri tempur kita dari segi pelatihan, perlengkapan personil (rompi anti peluru, tidak ada lagi “sumbangan” dari Freeport), standarisasi senjata (semua buatan Pindad, tidak ada lagi M-16), SMR Minimi tingkat regu dan FNMAG tingkat kompi, senjata anti tank, anti serangan udara, alat komunikasi, NVG, transportasi ringan dan lain-lain sehingga dapat bertempur siang dan malam di segala medan,
(1)memperkuat semua batalyon infanteri tempur kita dari segi pelatihan, perlengkapan personil (rompi anti peluru, tidak ada lagi “sumbangan” dari Freeport), standarisasi senjata (semua buatan Pindad, tidak ada lagi M-16), SMR Minimi tingkat regu dan FNMAG tingkat kompi, senjata anti tank, anti serangan udara, alat komunikasi, NVG, transportasi ringan dan lain-lain sehingga dapat bertempur siang dan malam di segala medan,
(2) memperkuat semua batalyon senjata bantuan mekanis dan artileri medan dan penangkis serangan udara.
Pasti ada yang ingin menambah, tapi ya constraint –nya adalah defence
budget kita hanya sekitar 1 % dari GDP, dan ini akan berkelanjutan
karena situasi dan ekonomi dunia, yang menurut pakar ekonomi berlanjut
jangka pendek ke depan.
Catatan :
-Leo bisa disebut mempunyai daya tangkal, tetapi daya tangkalnya kecil, hanya ditujukan ke Malaysia, bukan regional.
-Leo bisa disebut mempunyai daya tangkal, tetapi daya tangkalnya kecil, hanya ditujukan ke Malaysia, bukan regional.
- Jumlah alutsista kunci, tentu disesuaikan dengan anggaran, namun
determinasi kita untuk punya saja sudah menjadi deteren yang ampuh. (by
Antonov).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar