Karena terbilang kompleks, penguasaan teknologi rudal yang mencakup elemen hulu ledak, aerodinamika, sistem pemandu, dan propulsi menjadi lambang kemajuan industri alutsista suatu negara. Dengan tekad kuat menuju kemandirian alutsista, setelah dirintis LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) lewat proyek RKX (Roket Kendali Experiment), kini giliran BUMS (Badan Usaha milik Swasta) nasional PT Sari Bahari menggebrak perhatian publik dengan diluncurkannya prototipe rudal permukaan ke permukaan berkecepatan subsonic yang diberi label Petir V-101.
Meski sejarah awal berdirinya PT Sari Bahari bukan produsen senjata, namun debut perusahaan yang berbasis di Malang, Jawa Timur ini mulai membetot khalayak publik saat dipercaya sebagai pemasok bom (dumb bomb) P-100 untuk jet tempur Sukhoi Su-27/Su-30 Flanker Skadron 11 TNI AU. Berangkat dari order dan pengakuan dari otoritas pertahanan RI, menjadi motivasi yang kuat PT Sari Bahari untuk melanjutkan inovasi baru. Selain di segmen bom, sejak tahun 2014 PT Sari Bahari mulai merintis prototipe desain rudal Petir.
Petir dirancang dengan sirip tegak ala F-18 Hornet.
Dan setelah melewat beberapa pengujian statis dan real flight, pada bulan Agustus 2014 Viper resmi diperkenalkan ke publik lewat media. Sejak 2014, tiga prototipe Petir menjalani serangkaian uji coba. Yang terakhir, pengujian terbang dilakukan di Pameungpeuk, Jawa Barat. Selama percobaan, Petir belum diisi hulu ledak karena hanya menguji aspek aerodinamika. ”Selanjutnya kami menguji sistem otopilotnya. Kalau berhasil, kami akan mengisi hulu ledaknya,” ujar seorang teknisi.
Seperti dikutip dari news.detik.com, Direktur PT Sari Bahari, Ricky Hendrik Egam menargetkan, setelah uji coba terakhir, Petir tahun depan diharapkan dapat mengikuti uji kelayakan sebelum digunakan untuk memperkuat alutsista TNI. Dia berharap uji coba yang menyedot biaya Rp5 miliar dapat segera menghasilkan rudal andalan.
Ricky mengklaim, Petir sangat cocok dengan kebutuhan militer Indonesia. Selama ini rudal dengan jarak jelajah 45–60 km belum terisi. Rudal C-701 dan C-705 buatan Cina –kini dikembangkan dengan PT Dirgantara Indonesia (PT DI)– memiliki jelajah 60–80 km dan 135 km. Sedangkan Exocet MM40 Block 2 yang dimiliki TNI-AL berjarak 120 km. Dengan jarak jangkau yang lebih pendek, tentunya diharapkan rudal yang sepenuhnya dirancang Putra Indonesia dapat ditawarkan dengan harga lebih murah ketimbang rudal-rudal besutan Luar Negeri.
Poin keunggulan Petir diantaranya mengadopsi sejumlah teknologi mutakhir untuk pengindraan sasaran. Diantaranya sudah mengadopsi multiple 3D point, ini lebih maju daripada rudal yang menggunakan seeker, konsekuensinya Petir nanti dibenamkan prosesor tingkat tinggi untuk memproses data sasaran tembak. Sayangnya Petir belum dirancang untuk menghajar sasaran bergerak, jadi masih di setting untuk menghancurkan target statis.
Sebagai rudal permukaan ke permukaan berkemampuan balistik, Petir dirancang untuk bisa diluncurkan dari peluncur di darat dan kapal perang. Dengan program yang ditanam rudal petir dapat di seting untuk menuju ke target sasaran vital tertentu yang tidak bergerak. Meski belum disebut punya Petir V-101kemampuan sea skimmer, dengan titik kerendahan terbang berada pada ketinggian 20 meter, rudal ini juga mampu melintasi kontur sehingga meminimalkan untuk terbaca oleh radar dan menghindari frekuensi yang berubah-ubah, serta mereduksi resiko di jamming.
Mengenai spesifikasi dan kemampuannya, Petir menggunakan engine standar dengan kecepatan 260 kilometer per jam. Teknisi sedang merancang engine sendiri yang diharapkan mampu mendongkrak kecepatan Petir menjadi 500 km per jam. Rudal Petir disebut-sebut sudah diuji terbang, tinggal diuji ledak. Rencananya rudal tersebut akan diuji oleh Kemenhan dengan daya jangkau 40 km. Untuk hulu ledaknya dibekali bahan peledak 10 kg yang akan disuplai PT Dahana.
Dari segi rancangan, seperti nampak di foto, Petir bagaikan rudal jelajah Tomahawk dengan dukungan sirip tegak dan sayap utama. Ternyata teknisi memang sengaja memasang sirip menyerupai pesawat tempur untuk memudahkan pengendalian kecepatan. Jika engine- nya sudah siap, sirip nantinya akan dilepas. Dengan basis rudal permukaan ke permukaan, maka rudal ini ideal digunakan TNI AD dan TNI AL. (Gilang Perdana)
Spesifikasi Petir V-101
– Panjang: 1.850 mm
– Bentang sayap: 1.550 mm
– Berat tanpa hulu ledak: 20 kg
– Air frame set: carbon reinforced composite
– Propulsion system set: turbine engine thrust
– Berat hulu ledak: 10 kg
– Jarak jangkau pada uji perdana: 45 km
– Kecepatan uji tahap kedua: 260 km per jam
– Sistem elektronik: PID controller, 3D waypoint autopilot, GPS navigation, complete with 6 DoF sensors, dan 3 axis magnetometers
Tidak ada komentar:
Posting Komentar