Prajurit Tentara Nasional
Indonesia (TNI) yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Gabungan Penanggulangan Teror
(Gultor) TNI berhasil membebaskan sandera dari kelompok Islamic State of Iraq and
Suriah (ISIS) di Indonesia pimpinan Sierra Militan yang memiliki kemampuan menembak, merakit
bom, menguasai medan dan pelolosan serta mengintimidasi
masyarakat kampung.
Anggota ISIS yang telah dilatih di Poso tersebut, bergeser ke wilayah Bima
untuk mencari simpatisan baru guna mendukung aksi teror di Jakarta dengan sasaran bandara Soekarno-Hatta
(Soetta). Setelah
merencanakan secara matang, maka kelompok radikal pendukung ISIS melaksanakan pembajakan
pesawat yang di dalamnya terdapat pejabat VIP. Selain itu, kelompok
radikal juga memutus jalur suplai bahan bakar avtur pesawat, menguasai depo
pertamina, gedung otoritas
bandara dan menyandera kepala bandara serta seluruh staf yang bertugas mengatur
regulasi di bandara.
Mengetahui kelompok
ISIS menguasai Bandara Soetta, selanjutnya melalui Direktif Panglima TNI,
Satgas Gultor
TNI melaksanakan aksi penindakan teror dengan berbagai manuver mulai
dari infiltrasi hingga pasukan terakhir melaksanakan eksfiltrasi.
Sasaran pembebasan
sandera terbagi dalam tiga lokasi yaitu: sasaran pembebasan
sandera (Basra) di pesawat dilakukan oleh Tim Aksi Khusus (Aksus) Alpha melaksanakan
infiltrasi udara dengan
Free Fall Grasstrip
Runway Utara, sasaran berikutnya gedung Angkasa Pura II oleh Tim Aksus Delta
diawali dengan fastrope dan sasaran
terakhir Tim Aksus Charlie melaksanakan infiltrasi udara dengan free fall di gedung Shafti Pertamina. Dengan gerakan taktis yang cepat dan
tepat, prajurit TNI akhirnya berhasil menewaskan 16 teroris serta berhasil
menyelamatkan seluruh sandera sejumlah 79 orang.
Uraian di atas adalah skenario latihan pembebasan
sandera yang dilaksanakan oleh Satuan Khusus TNI yang tergabung dalam Latihan
Gultor Tri Matra IX TA. 2014 sesaat sebelum ditutup secara resmi oleh
Inspektur Jenderal (Irjen) TNI Letjen TNI
Syafril Mahyudin mewakili
Panglima TNI, di lapangan Pertolongan
Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK) Bandara Soekarno Hatta, Tangerang-Banten, Jumat (5/12/2014).
Dalam amanat Panglima
TNI yang dibacakan Irjen TNI antara lain mengatakan bahwa, satu Dasawarsa ke
depan, konflik angkatan bersenjata antar negara sangat kecil kemungkinan
terjadi.
"Instrumen
internasional telah menjadi pagar terjadinya konflik, namun demikian TNI harus
tetap siaga, manakala instrumen internasional tersebut tidak mampu melindungi
kedaulatan dan kepentingan nasional", kata Panglima TNI.
"Hal ini harus
menjadi kewaspadaan karena, bentuk perang telah berubah dalam bentuk
perang terorisme hybrida dan proxy war yang
memiliki dimensi fisik dan psikologis yang dilakukan oleh negara atau non negara,"
tutup Panglima TNI.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar