Kepala
Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr. Marsetio di perairan Selat
Madura, Jumat (5/12) menyematkan brevet Hiu Kencana kepada Menko Maritim
Dwisuryo Indroyono Soesilo, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, dan
Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto. Penyematan ini merupakan simbol
diangkatnya para abdi negara tersebut sebagai Warga Kehormatan Kapal
Selam TNI Angkatan Laut.
Sebelum
dinyatakan sebagai warga kehormatan Hiu Kencana, ketiga abdi negara
tersebut mendapat kesempatan berlayar dengan KRI Nanggala-402 yang
dikomandani Letkol Laut (P) Hari Setyawan, S.E., (lulusan AAL angkatan
43).
Kapal
selam buatan Jerman tersebut berlayar pada kedalaman 11 meter di bawah
permukaan laut APBS (Alur Pelayaran Barat Surabaya). Para pejabat
tersebut melaksanakan peran berlayar dan bertempur di kapal selam, serta
menyaksikan langsung bagaimana sebuah kapal selam beroperasi, salah
satu diantaranya mendeteksi posisi kawan dan lawan melalui periskop,
serta mencoba mengoperasikan alat-alat yang ada di kapal selam seperti
alat deteksi dan navigasi lainnya.
Kasal
menyampaikan bahwa upacara penyematan brevet kehormatan Hiu Kencana
merupakan salah satu bentuk penghormatan dan penghargaan dari jajaran
TNI Angkatan Laut kepada ketiga pejabat tersebut atas jasa, perhatian,
perjuangan, maupun pengorbanan bagi kejayaan TNI Angkatan Laut.
Utamanya, telah berpartisipasi demi kemajuan pengembangan kapal selam,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dengan
diangkatnya Menko Maritim, Menteri Perhubungan, dan Sekretaris Kabinet
sebagai warga kehormatan kapal selam, maka hingga saat ini sudah
sebanyak 138 orang pejabat yang diangkat menjadi warga kehormatan kapal
selam dan berhak menerima brevet kehormatan Hiu Kencana.
Kapal
selam merupakan alutsista andalan bagi sebagian besar angkatan laut
negara di seluruh dunia, khususnya yang mempunyai perairan laut dan
kepentingan terhadap akses dan pengendalian maritim. Kepemilikan kapal
selam oleh satu negara sangat bernilai strategis. Nilai strategis
tersebut berlaku baik pada masa perang maupun masa damai.
Kapal
selam mampu menghindari deteksi serta menyerang secara senyap untuk
menghancurkan armada musuh. Alutsista ini pun dapat menyusup ke garis
pertahanan dan memutuskan garis perhubungan laut lawan. Pada masa damai,
kehadiran kapal selam akan memberikan dampak penangkalan (deterrence
effect). Hal ini menjadi elemen penting dalam memperkuat posisi tawar
(bargaining position) negara di mata dunia.
Saat ini
TNI AL telah memesan kapal selam sebanyak dua unit di Korea Selatan.
Dalam rencana pemenuhan kebijakan dasar pembangunan TNI Angkatan Laut
menuju Minimum Essestial Force (MEF), akan dibangun kapal selam diesel
electric sebanyak tiga unit. Pembangunan kapal selam ketiga rencananya
akan dibangun di galangan kapal dalam negeri yaitu PT PAL Indonesia
(Persero) dengan memaksimalkan transfer of technology. Hal ini merupakan
implementasi kebijakan pemerintah dalam pemberdayaan industri
pertahanan nasional yang pada akhirnya akan tercapai kemandirian
alutsista TNI/TNI AL.
KRI
Nanggala-402 dibuat oleh galangan Howaldtswerke, Kiel, Jerman Barat pada
tahun 1981. Kapal selam kebanggan bangsa Indonesia ini merupakan tipe
209/1300 yang banyak digunakan oleh angkatan laut negara-negara di
dunia.
KRI
Nanggala-402 merupakan kapal TNI AL kedua yang menyandang nama Nanggala.
Kapal pertama merupakan salah satu dari 12 kapal selam kelas Tjakra
buatan Rusia (kelas Whiskey) yang di-scrap/dihapus tahun 1970-an. Kapal
selam tersebut pernah terlibat dalam penugasan negara dalam operasi
perebutan Irian Barat, untuk kembali ke pangkuan NKRI.
KRI
Nanggala-402 memiliki berat selam 1,395 ton, dengan dimensi panjang 59,5
meter x lebar 6,3 meter x tinggi 5,5 meter. kapal selam ini
menggunakan mesin diesel elektrik, 4 diesel, 1 shaft menghasilkan 4.600
SHP, sehingga sanggup mendorong kapal hingga kecepatan 21,5 knot.
Berbagai penugasan KRI Nanggala-402 diantaranya terlibat dalam latihan
bersama dengan US Navy dengan nama sandi Coorperation Afloat Readiness
and Training/CARAT-8/02 yang diadakan pada 27 Mei - 3 Juni 2002 di
perairan Laut Jawa, dan Selat Bali. Selain itu, dalam Latihan Operasi
Laut Gabungan (Latopslagab) XV/04 di Samudera Hindia, tanggal 8 April
hingga 2 Mei 2004, KRI Nanggala-402 berhasil menenggelamkan eks KRI
Rakata, sebuah kapal tunda samudera buatan 1942 dengan Torpedo SUT.
Demikian berita Dinas Penerangan Angkatan Laut.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar