Lembaga pengadaan senjata Korea Selatan mengatakan pada hari Senin
(6/10/2014) bahwa Indonesia telah setuju untuk membayar 20 persen dari
biaya pengembangan program jet tempur tingkat menengah (mid-level
fighter jet), yang menurut beberapa analis bisa menghabiskan biaya
hingga $ 8 Milyar.
Lembaga program akusisi pertahanan Korea (DAPA) mengatakan mereka
telah menandatangani perjanjian dasar untuk mengembangkan “KF-X” atau
jet tempur “Boramae” dengan Menteri Pertahanan Indonesia. Jet tempur
tersebut akan dikirimkan mulai tahun 2025, yang diharapkan dapat
dikembangkan dengan bantuan Lockheed Martin sebagai bagian dari
kesepakatan offset.
Indonesia saat ini merupakan mitra asing satu satunya dalam program
KF-X. Program jet tempur ini mendapatkan momentum di Korea Selatan pada
tahun ini setelah studi kelayakan ulang dan perdebatan mengenai apakah
Korea harus membeli atau mengembangkan jet tingkat menengah sendiri,
untuk menggantikan pesawat F-4s dan F- 5s yang menua. Indonesia
menyetujui untuk berpartisipasi dalam studi kelayakan awal program ini,
pada tahun 2010.
Pesawat tempur dengan twin engine ini diperkirakan menelan biaya
hingga 8,5 triliun Won untuk mengembangkannya, menurut tim ahli pesawat
tempur Korea Selatan, sementara biaya produksi diperkirakan sekitar 10
triliun Won, ujar sumber yang terkait langsung dengan proyek ini kepada
Reuters.
Sumber tersebut menolak untuk diidentifikasi dan tidak berwenang
untuk mengungkapkan rincian biaya kepada media. DAPA berencana memilih
pengembang yang menjadi leader pada bulan Desember ini, dengan kandidat,
Korea Aerospace Industries dan Korean Air Lines yang akan bersaing.
Pemerintah Indonesia akan memilih lembaga lokal untuk bekerja dengan
pimpinan pengembang dari Korea Selatan dalam bekerja sama mengembangkan
jet tempur Ini, ujar juru bicara DAPA.
(Janes.com).
(Janes.com).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar