Guna memenuhi elemen fire power dalam MEF (minimum essential force),
satuan Artileri Medan TNI AD pada tahun ini mulai kedatangan alutsista
andalannya yang telah dipesan pada tahun lalu. Sebut saja ada ASTROS II MK6 Self Propelled MLRS, lalu di lini meriam ada TRF-1 CAESAR Self Propelled Howitzer 155 mm yang berkaliber besar. Meremajakan lini meriam berkaliber sedang, yang puluhan tahun mengandalkan M2A2 Howitzer 105 mm, TNI AD pun bakal mendapatkan 54 pucuk meriam KH-178 dari Korea Selatan untuk melengkapi 3 batalyon.
Tapi gado-gado sista Armed TNI AD tak cuma itu saja, di tahun ini
pula, kabarnya TNI AD juga akan diperkuat 18 pucuk heavy gun kaliber 155
mm, untuk melengkapi 1 batalyon Armed. Merujuk dari sejarahnya, meski
agak telat, TNI AD sudah mengenal Howitzer 155 mm sejak 2008 lewat tipe FH-2000 buatan Singapura.
Jumlah FH-2000 yang minim secara kuantitas, menjadikan kinerjanya
kurang maksimal. Baru kemudian ada terobosan menghadirkan heavy gun
Howitzer 155 mm lewat TRF-1 CAESAR buatan Perancis.
Namun, perlu dicatat, baik FH-2000 dan TRF-1 CAESAR masuk kategori self
propelled, alias bergerak sendiri karena dilengkapi platform kendaraan
untuk mobilitas independent.
Mungkin atas pertimbangan kebutuhan operasi, TNI AD masih merasa
perlu menghadirkan Howtizer 155 mm dalam platform lain, yakni dalam
towed Howitzer, yang berarti mobilitasnya ditarik oleh suatu kendaraan.
Meski sekilas self propelled Howitzer punya adopsi lebih maju dalam
mobilitas, tapi dalam beberapa hal towed juga punya keunggulan, seperti
kemudahan untuk dipindahkan lewat udara (lewat sling dari
helikopter). Dan, pilihan TNI AD untuk towed Howitzer telah jatuh pada
KH-179 buatan KIA Heavy Industries Corporation, Korea Selatan.
KH-179 dikembangkan berdasarkan sistem howitzer tarik M114A1, yang
banyak dipergunakan dalam Perang Vietnam. Korea Selatan memiliki lebih
kurang 1.700 pucuk M114A1. KIA memodifikasi sistem pembawa M114A1 agar
dapat dipasangi meriam 155mm/L39 baru yang memiliki jarak jangkau yang
lebih jauh. Meriam L39 ini terbuat dari baja monoblok yang menawarkan
ketahanan panas yang lebih baik, sehingga dapat memperpanjang umur
laras.
Dari segi pengoperasian meriam ini tak banyak berubah dari versi
M114A1, dimana butuh dua awak untuk mengubah arah meriam, prajurit awak
penembak di kiri memutar roda untuk mengubah arah horizontal (traverse),
sementara prajurit di kanan sebagai asisten penembak memutar roda untuk
mengubah elevasi vertikal moncong meriam. Sementara satu prajurit lagi
bertugas sebagai pengarah dan membidik melalui teleskop dengan
pembesaran 4x dan dial sight, atau bila diperlukan, mengoperasikan
KH-179 untuk dukungan tembakan langsung (direct fire) menggunakan teleskop khusus yang memiliki pembesaran 3,5x.
Sistem KH-179 menerapkan dua tabung yang berbeda untuk penahan kejut (hydraulic dampers/ hydropneumatic shock absorber) dan satu tabung lain untuk pengembali kedepan (recuperator),
yang dianggap mampu memperpanjang umur pakai meriam. Pada saat
penembakan, ada pasak yang bisa diturunkan untuk ditanam dan menambah
kestabilan penembakan.
Bicara tentang amunisi, sebagai sekutu AS, KH-179 yang buatan Negeri
K-Pop ini menikmati kompatibilitas dengan munisi NATO. Hal ini berarti
KH-179 mampu menembakkan seluruh munisi 155 mm termasuk munisi khusus
berpendorong roket (RAP: Rocket Assisted Projectiles). Dari
segi jangkauan tembak, jarak jangkaunya adalah 22 km atau 30 km apabila
menggunakan munisi RAP. Kecepatan tembaknya (rate of fire) apabila
digunakan secara kontinyu maksimal 4 peluru per menit. Agar laras awet,
penembakan bisanya dilakukan 2 peluru per menit. Militer Korea Selatan
sendiri menjadikan KH-179 sebagai elemen kekuatan pemukul utama dalam
menghadapi serangan artileri Korea Utara.
Meriam dengan bobot 6,8 ton ini dilengkapi sistem carriage yang dilengkapi APU (Auxillary Power Unit)
sehingga dapat bergerak dengan tenaga sendiri. Saat ini Korea Selatan
tercatat menawarkan dua varian kaliber untuk KH-179, yaitu L39 dan L45,
dengan varian ketiga, yaitu L52. Di Indonesia, penampakan KH-179 belum
dipublikasi secara umum, hanya sosoknya sempat terlihat dalam Latihan
Gabungan (Latgab) TNI AD 2012 di Baturaja, Sumatera Selatan. Menimbang
bobotnya yang heavy, KH-179 minimal ditarik truk Reo, atau dalam Latgab
nampak meriam ini ditarik truk KM500 buatan KIA. Untuk mobilitas lewat
udara, pesawat angkut berat C-130 Hercules dapat membawa 1 pucuk meriam ini dalam ruang kargo. (Diolah dari berbagai sumber)
Spesifikasi KH-179
Rancangan Pertama : 1979
Resmi operasional : 1982
Kaliber : 155/39 mm
Jarak recoil : 1.524 mm
Bobot : 6.890 kg
Panjang : 10.389 mm
Tinggi : 2.770 mm
Ground clearance : 280 mm
Sudut Elevasi : 68,6 derajat
Kecepatan maksimum ditarik : 70 km/jam
Rancangan Pertama : 1979
Resmi operasional : 1982
Kaliber : 155/39 mm
Jarak recoil : 1.524 mm
Bobot : 6.890 kg
Panjang : 10.389 mm
Tinggi : 2.770 mm
Ground clearance : 280 mm
Sudut Elevasi : 68,6 derajat
Kecepatan maksimum ditarik : 70 km/jam
Bismillah jangan lupa akuisisi juga itu K9 thunder buat TNI,howitser M777,howitser EVA sebagai komposit tambahan,sebagai rakyat setuju diakuisisinya alutsista ini,kami dukung Panglima TNI,Menhan bapak Prabowo
BalasHapus