DPR menilai sebaran radar pertahanan milik TNI AU sangat terbatas. Karenanya, jumlah 20 radar perlu diperbanyak demi menjaga wilayah udara NKRI.
Belum lagi banyak radar yang berusia cukup tua sehingga perlu diremajakan. “Sebenarnya ini belum cukup karena banyak yang harus diperbaiki atau diganti,” kata anggota Komisi I DPR Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati ketika dihubungi, Selasa (1/4).
Ia
mengungkap hasil analisis Komisi Pertahanan banyak ruang kosong yang
tidak terkover radar militer. Hal itu tentu riskan kalau dibiarkan terus
berlanjut. Pasalnya, bisa saja sebuah benda asing lewat begitu saja
tanpa terdeteksi ketika melewati wilayah udara NKRI.
“Pengadaan radar harus diperbanyak mengingat sistem pertahanan udara kita rawan intervensi asing,” kata politikus Partai Hanura itu.
Susaningtyas
menyadari, luasnya wilayah NKRI memang membutuhkan komitmen kuat dari
pemerintah untuk memperkuat alutsista TNI AU. Hanya saja, Kemenhan
menghadapi kendala lantaran tidak disokong anggaran besar.
Dia
menyarankan agar Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
diberi wawasan Nusantara demi mendukung peremajaan alutsista. Dengan
cara itu, sambung dia, pemenuhan radar militer baru yang canggih dapat
direalisasi. “Betul anggaran alutsista kita terbatas. Bappenas harusnya
juga memiliki visi pertahanan.”
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA
– Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Siddiq mengatakan Indonesia belum
memodernisasi peralatan radar militer pantai dan udara. Sebab menurutnya
Indonesia masih berfokus pada pengadaan alutsista utama (senjata dan
kendaraan tempur).
“Untuk Angkatan Udara alutsista pendukungnya masih radar lama dan belum semua pangkalan udara militer dilengkapi radar,” kata Mahfudz Siddiq ketika dihubungi Republika, Senin (31/3).
Mahfudz
mengatakan sebagian besar radar militer Indonesia sudah tidak berfungsi
optimal. Ini karena radar yang digunakan sudah tidak moderen. Menurut
Mahfudz anggaran alutsista sebesar Rp 120 triliun selama 2009 sampai
2014 tidak memadai.
“Memang diakui dalam rencana strategi (renstra) 2014 belum bisa biayai radar militer,” ujarnya.
Politisi
Partai Keadilan Sejahtera ini mengusulkan agar ada peningkatan anggaran
alutsista periode 2014–2019. Mahfudz mengatakan modernisasi radar
militer udara dan pantai sudah tidak bisa ditunda. Pasalnya lalulintas
udara dan perairan Indonesia sudah semakin padat.
“Saya usulkan belanja alutsista periode berikut Rp 200 triliun,” katanya.
Mahfudz
menolak belanja alutsista TNI tidak tepat guna. Dia menjelaskan fungsi
alutsista tidak optimal karena belanja alutsista tidak dilakukan dalam
paket menyeluruh. Mahfudz mencontohkan, saat membeli pesawat Sukhoi,
Indonesia tidak sekaligus membeli persenjataan Sukhoi. “Pembeliannya bertahap karena keterbatasan anggaran,” ujarnya. (ROL)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar