Produsen sistem pertahanan asal Swedia, Saab Group, memberi opsi
transfer teknologi 100 persen jika Indonesia membeli sistem pertahanan
buatan mereka. Saab menegaskan transfer teknologi itu diperlukan agar
Indonesia mandiri di masa depan.
Demikian ditegaskan Wakil Presiden Saab Group dan Kepala Saab
Indonesia Peter Carlqvist pada Singapore Air Show, di Singapura, Jumat
(14/2/2014). Carlqvist menegaskan, transfer teknologi selalu ditawarkan
Saab dalam negosiasi dengan pihak mana pun.
“Kami akan melakukan transfer teknologi, tetapi perlu mempelajari
dulu industri lokal sebelum memutuskan apa yang ditransfer. Anda perlu
cukup matang untuk menerima teknologi kami”, ujar Carlqvist, seperti
dilaporkan wartawan Kompas, Dahono Fitrianto, dari Singapura.
Seperti diberitakan sebelumnya, pesawat tempur JAS-39 Gripen NG
buatan Saab Group termasuk salah satu pesawat yang dipertimbangkan TNI
dan Kementerian Pertahanan untuk menggantikan armada pesawat F-5E Tiger
II TNI AU. Saab juga menawarkan radar Giraffe AMB dan rudal antipesawat
portabel RBS-70NG kepada TNI AD.
Dalam penawaran itu, Saab menawarkan opsi transfer teknologi. Bahkan,
saat memenangi pengadaan pesawat tempur di Brasil, akhir tahun lalu,
Saab berkomitmen melakukan transfer teknologi penuh. Sebagian dari 36
pesawat pesanan Brasil itu, dibuat oleh industri dirgantara Brasil
sendiri.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro saat ditemui, Kamis,
mengatakan, pihaknya menjajaki tiga tipe pesawat tempur sebagai
pengganti F-5E Tiger. Tiga pesawat itu adalah F/A-18 Hornet (Amerika
Serikat), Sukhoi Su-35 (Rusia) dan JAS-39 Gripen (Swedia).
Terkait keberhasilan Brasil mendapat transfer teknologi penuh dari
Saab, Purnomo mengatakan, pihaknya belum mendapat penawaran serupa.
Kondisi di Brasil dan Indonesia berbeda dan Kemhan baru melakukan
penjajakan awal.
Adapun Saab mengaku melakukan penjajakan awal ke PT Dirgantara
Indonesia dan PT LEN Industri di Bandung, Jawa Barat. Berdasarkan studi
itu, Carlvist mengatakan, industri Indonesia cukup matang.
Wakil Presiden Pemasaran dan Direktur Komersial PT DI Arie Wibowo
mengatakan, yang paling dibutuhkan adalah pengembangan sumber daya
manusia dengan mengirimkan staf PT DI untuk belajar dan pelatihan kerja
di pabrik Saab di Swedia. (ONG/ Kompas).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar