Minggu, 02 Oktober 2016

Pindad SP-1: Beraksi di Babak Awal Operasi Seroja, Ini Dia M14 Versi Indonesia

hl

Meski tak bisa disebut sebagai produk yang berhasil dipasaran, namun senapan laras panjang pertama produksi PT Pindad, SP-1, juga tak bisa disebut produk yang gagal total. Sampai saat ini SP (Senapan Panjang)-1 kaliber 7,62×51 mm NATO masih digunakan oleh lembaga pendidikan di tingkat Secaba (Sekolah Calon Bintara) dan Secata (Sekolah Calon Tamtama). Meski debutnya berlangsung singkat, SP-1 yang sejatinya adalah varian lisensi BM59 dari Berreta, menorehkan jejak sejarah yang tak terlupakan dalam usaha kemandirian alutsista nasional.

Di masa awal-awal Orde Baru, PT Pindad mencoba mengambil gebrakan dengan mengambil lisensi dari senjata jenis full battle rifle. Yang didaulat adalah BM59 produksi Beretta, manufaktur senjata dari Italia. BM59 sendiri adalah versi M14, senapan legendaris Amerika Serikat yang turunannya hingga kini masih eksis dalam banyak varian. Jika merujuk ke sejarahnya, M14 punya prinsip serupa dengan senapan M1 Garand yang ditambahkan fitur magasin.

4b0558d06ea35b30871e2d6a095e94e5

3

SP-1 sendiri hadir sebagai jawaban atas kebutuhan TNI (d/h- ABRI) akan pasokan senjata dalam jumlah lumayan guna mendukung berbagai operasi militer. Namun beragam kendala didapati dalam babak-babak awal Operasi Seroja yang didominasi pertempuran sporadis. Selain menggunakan senjata organik, seperti AK-47 dan M-16, unit-unit tempur TNI juga banyak yang mengadopsi senjata buatan Pindad. Namun karena alasan teknis, Pindad kemudian menarik 69.000 pucuk SP-1 yang telah diserahkan kepada TNI AD. Dikutip dari situs pindad.com, selanjutnya Pindad (d/h Kopindad) melalukan transformasi dan modifikasi terhadap beberapa senjata antara lain SMR (Senapan Mesin Regu) Madsen Setter MK III Kaliber 30mm long.

Meski merujuk kepada produk lisensi dari manufaktur senjata kampiun, SP-1 nyatanya juga tak lepas dari masalah. Dalam penggunaan di medan perang, prajurit pengguna SP-1 sering mendapati selongsong yang tidak keluar (macet), popor kayu pecah, picu yang copot karena kompensatornya lepas, yang kesemuanya berdampak bencana bagi prajurit. Alhasil senapan serbu garis depan kemudian diganti M16A1 atau AK-47. Buruknya kualitas SP-1 ada yang menyebut karena metode produksi Pindad yang masih terbatas, ditambah pengerjaannya diuber serba cepat.

cimg0013

Dari spesifikasi, SP-1 merupakan senjata laras panjang yang beroperasi dengan sistem gas operated, rotating bolt. Kemampuan senjata ini bisa menjalankan tembakan semi dan full otomatis. Amunisi yang siap ditembakkan dalam magasin berjumlah 20 butir. Sementara jarak tembak efektif 500 meter, namun dengan dukungan teleskop dan bipod dapat menghajar target sejauh 900 meter. Dalam hitungan per menit, teorinya laras SP-1 dapat memuntahkan 750 proyektil.

Ciri khas SP-1, BM59 dan M14 adalah penggunaan popor yang terbuat dari bahan kayu (walnut), yang dalam operasi di medan tropis, kerap mengalami kasus pelapukan. Kasus yang kemudian dijawab solusinya dengan penggunaan popor sintetis pada M14 generasi akhir.

bm59

bm59_r

Berdasarkan catatan, pihak militer Italia mulai menggunakan BM59 pada tahun 1959. Di masa-masa awal produksi BM59, beberapa komponen penting seperti re-chambered barrels masih didatangkan dari AS. Secara resmi, Italia memensiunkan BM59 pada tahun 1990, dan digantikan oleh senapan serbu buatan Berreta lainnya, yaitu AR70/90 kaliber 5,56×45 mm.

Yang menarik, seperti halnya M14 yang ‘bangkit dari kubur’ dan kini digunakan secara luas oleh pasukan khusus AS, BM59 juga mengalami fase reborn. Tepatnya pada tahun 1992 pasukan paramiliter Italia justru menggunakan BM59 dalam Operasi Vispri Siciliani untuk menumpas habis mafia dan kaki tangannya dari Pulau Sisilia. Seperti halnya M14, BM59 juga dikeluarkan dari gudang penyimpanan, pasalnya militer Italia lebih yakin pada efektivitas kaliber 7,62 mm NATO di medan perkotaan daripada AR70/90 yang telah menjadi senjata standar militer Italia. Akhirnya sebagian besar aksi mafia dapat ditumpas, dan itu berkat andil dari BM59.

10-1

Sebagai informasi, trend urban warfare yang ditandai pertempuran sporadis dan banyaknya penembak gelap, dianggap tidak pas untuk ditangani kaliber 5,56 mm. Pada jarak tembak 400 meter keatas, kaliber 5,56 mm dianggap kurang afdol karena proyektil yang kecil.

wm_3563971

Awal Kehadiran SP-1
Sejak tahun 1962, sejatinya TNI AD telah mulai melakukan uji coba pada BM59. Dan baru kemudian pada tahun 1967 Men/Pangab menetapkan bahwa standar senapan infanteri adalah BM59 modifikasi. Berdasarkan kontrak 13 Agustus 1967, antara tahun 1968 – 1974, Pindad mendapat order produksi pistol FN M46 (P1) – 44.000 pucuk, senapan BM59 MK1 (SP-1) – 50.000 pucuk, senapan BM59 MK1 laras Italia (SP-2) – 10.000 pucuk, dan senapan BM59 MKIV (SP-3) – 9.000 pucuk. (Gilang Perdana)


(id) 

Sabtu, 17 September 2016

CMS Mandhala: Sistem Manajemen Tempur Laut Kebanggaan Nasional

img-20160909-wa0004

Condongnya pengadaan alutsista TNI AL ke poros manufaktur Cina membawa pengaruh pada teknologi Combat Management System (CMS). Pasalnya meski sistem senjata modern umumnya menyajikan kompatibilitas antar vendor, namun paket integrasi alutsista yang ditawarkan bakal lebih efektif dan efisien bila berasal dari pemasok asal negara yang sama. Contohnya seperti pada jenis KCR (Kapal Cepat Rudal) Sampari Class dan Clurit Class.

cms

cms1-1

Dengan mengusung senjata utama berupa rudal anti kapal C-705 dan kanon dua laras CIWS (Close In Weapon System) NG-18 kaliber 30 mm, KCR Clurit Class (KCR40) buatan PT Palindo Marine yakni KRI Clurit 641 dan KRI Kujang 642 menggunakan CMS buatan Cina. Kemudian KCR Sampari Class (KCR60) buatan PT PAL juga dipersiapkan untuk dipasang CMS dari Cina.

Debut alutsista asal Negeri Tirai Bambu tak hanya menyasar segmen KCR, korvet Parchim Class dalam program retrofit juga mengganti kanon AK-230 ke kanon CIWS tujuh laras Type 730 buatan Norinco. Dengan adopsi jenis kanon dari Cina, maka potensi pasokan CMS dari Cina akan terbuka lebar mengingat bekal sistem radar dan fire control system juga mengikuti bawaan manufaktur.

cms2

Menyesuaikan dengan kebutuhan pasar konsumen, senjata buatan Cina juga lumayan adaptif dan punya interoperabilitas dengan sistem dari NATO. Sebut saja saat rudal anti kapal C-802 menjadi kelengkapan pada frigat Van Speijk Class dan KCR FPB-57 Nav V. Nah yang menarik kemudian bahwa CMS buatan Dalam Negeri, yakni CMS Mandhala dari PT Len ternyata juga dapat mengedalikan rudal C-802, pasalnya CMS Mandhala sejak dua tahun lalu sudah terpasang pada tiga unit frigat Van Speijk, yakni di KRI Yos Sudarso-353, KRI Oswald Siahaan 354 dan KRI Abdul Halim Perdanakusuma 355. Selain sebagai pengendali rudal C-802, CMS Mandhala dirancang sebagai pengedali pada kanon OTO Melara 76 mm.

Debut CMS Mandhala kemudian juga diterapkan pada KCR Mandau Class buatan Korea Selatan, yaitu di KRI Mandau 621 dan KRI Rencong 622. Proyek CMS Mandhala juga diteruskan ke KCT (Kapal Cepat Torpedo) FPB-57 Nav II, yaitu KRI Ajak 653 dan KRI Singa 651. CMS Len dikembangkan menggunakan bahasa pemrograman C & Java, sehingga proses pengembangannya bisa dilakukan lebih cepat (kelebihan bahasa pemrograman Java) tanpa mengorbankan performansinya ( kelebihan bahasa pemrograman C).

CMS Len mendukung berbagai protokol software dan hardware yang umum digunakan pada aplikasi marine seperti serial Interface (RS-232, RS-422, RS-485), NMEA, Synchro/Resolver Interface, TCP / IP, dsb. Selain itu, Len juga siap mengimplementasikan protokol proprietary yang digunakan pada berbagai sistem sensor dan senjata.

PT Len Industri (Persero) selaku BUMN Pertahanan tak sendirian dalam mengembangkan teknologi CMS, Thales Nederland ikut mendukung program CMS PT Len. Besarnya populasi kapal perang TNI AL yang menggunakan solusi sensor dan radar dari Thales Nederland menjadikan ikatan kuat dalam pengembangan solusi yang bersifat strategis. Dalam implementasi pembangunan Perusak Kawal Rudal (PKR) Martadinata Class, PT Len juga diikutsertakan sebagai bagian dari proses ToT (Transfer of Technology), dimana KRI RE Martadinata 331 mengadopsi solusi radar surveillance dari Thales Nederland.

p1529728

CMS Mandhala yang ditempatkan di PIT (Pusat Informasi Tempur), secara keseluruhan menghadirkan kemampuan seperti:

1. Picture Compilation yang menyajikan visualisasi terhadap situasi taktis peperangan yang antara lain meliputi tampilan track (sesuai dengan simbol-simbol yang digunakan di TNI-AL), peta laut elektronik serta video radar.
2. Maneuver/Formasi Gugus Tempur yang meliputi Open/Close at Given Bearing, Open/Close to Given Distance, Stationing, Transit at given distance.
3. Fungsi Peperangan Laut yang membantu kegiatan peperangan laut seperti : Plan Cordon (Menyajikan informasi taktik pengepungan sasaran bawah air), Furthest On Circle (Menyajikan informasi pertahananpreventif terhadap ancaman kapal selam), dll.
4. Naval Gunfire Support untuk melakukan tembakan bantuan ke darat yang meliputi Direct, Indirect, dan Blind Bombardment.

5. Air Control untuk kalkulasi dan menyajikan saran untuk koordinasi dengan unit tempur udara, seperti mengarahkan unit udara pembawa torpedo untuk melakukan penyerangan terhadap kapal selam, memandu pesawat/helikopter ke suatu target untuk melakukan pencegatan (interception), memandu helikopter pada saat helikopter melakukan pendaratan di dek kapal, melakukan konversi koordinat bujur/lintang-georef.
6. Fungsi Umum Navigasi seperti Closest Point Approach (CPA), Collision Avoidance, Man Overboard Recovery, Parallel Index, Route Handling (Waypoint).
7. Firing Control System untuk melakukan tracking sasaran serta melaksanan penembakan yang meliputi deteksi jangkauan sasaran, kalkulasi sudut cegat, serta stabilisasi pada kubah kanon.
 

Selasa, 13 September 2016

KRI Bima Suci Segera Tampilkan Sosoknya

hl

Jika tiada aral melintang, mestinya sosok KRI Bima Suci, kapal latih tiang tinggi terbaru TNI AL dari jenis barque akan diperlihatkan kepada publik pada akhir bulan September ini. Seperti telah kami sampaikan sebelumnya, prosesi pemotongan plat baja perdana (steel cutting) dilakukan pada 16 November 2015 di galangan Freire di kota Vigo, Spanyol. Setelah diluncurkan nanti, bukan berarti kapal langsung resmi dioperasikan TNI AL.
KRI Bima Suci dalam proses pembangunan.
KRI Bima Suci dalam proses pembangunan.

1

Setelah KRI Bima Suci diluncurkan, tahap selanjutnya kapal ini masih akan melewati serangkaian uji, seperti harbor trial dan sea trial. Bila sesuai jadwal, proses uji akan rampung pada bulan Mei 2017. Setelah semua oke, kapal akan dibawa berlayar ke Indonesia, kemudian KRI Bima Suci akan diresmikan (commissioning) berupa penyerahan kepada TNI AL pada bulan Juli 2017. Sekilas tahapan KRI Bima Suci tak jauh beda dengan kapal selam KRI Nagabanda 403. Pada bulan Maret lalu, kapal selam baru ini telah diresmikan di galangan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME), namun KRI Nagabanda 403 baru akan dikirim ke Indonesia pada bulan Maret 2017.

kri-bima-suci-13

kri-bima-suci-14

Kilas balik tentang KRI Bima Suci, kapal layar tiang tinggi pengganti KRI Dewa Ruci ini dimenangkan tendernya pada Juli 2013. Seperti dikutip dari sumber resmi, penerus Dewa Ruci punya panjang 111,2 meter, lebar 7,8 meter dengan bidang layar 3.350 meter2. Dari segi kapasitas, kapal ini dapat menampung 120 taruna dengan 80 awak kapal.

Sebagai kapal tiang tinggi kelas Barque, KRI Bima Suci memiliki dua tiang dengan layar persegi. Jumlah layar keseluruhan ada 26 buah, lebih banyak dari KRI Dewa Ruci dengan 16 buah layar. Jika di KRI Dewaruci tidak terdapat ruang kelas, maka KRI Bimasuci menyediakan ruang kelas secara khusus sebagai tempat belajar para taruna AAL saat berlatih dalam operasi Kartika Jala Krida. Ruang kelas yang tersedia mampu memuat 100 orang taruna.

KRI Dewa Ruci memanfaatkan geladak terbuka sebagai ruang rekreasi, sementara KRI Bimasuci menyiapkan ruang rekreasi dalam sebuah ballroom berukuran 11 x 10,5 m2. Tingkat kenyamanan juga jauh lebih meningkat sebab KRI Bimasuci menyiapkan perangkat multimedia. Dari sisi performa, KRI Bima Suci punya kecepatan maksimal 12 knot jika menggunakan daya dorong mesin dan 15 knot jika menggunakan layar. Sementara itu untuk tingkat endurance (ketahanan berlayar tanpa mengisi BBM) dapat mencapai 30 hari. Kapal layar tiang tinggi ini dilengkapi dengan 5 dek, 7 kompartemen, dan 48 blok. (Gilang Perdana)
 
 

SRAMS 120mm: Benchmark Prototipe Super Rapid Mortir Litbang TNI AD

img-20160903-wa0001

Mungkin maksud hati ingin mencontoh Super Rapid Advanced Mortar System (SRAMS) keluaran ST Kinetics, Singapura. Meski masih berupa prototipe yang belum tuntas, Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Darat (Dislitbangad) pernah membuat terobosan mortir otomatis yang mirip-mirip dengan SRAMS. Bila SRAMS mengusung mortir kaliber 120 mm, maka mortir jenis mekatronik inovasi Litbang TNI AD mengusung mortir kaliber 81 mm, kaliber mortir yang juga masif digunakan sebagai senjata bantu infanteri (senbanif).

Meski belum didapat informasi detail tentang sosok prototipe mortir mekatronik 81 mm, namun mekaisme kerjanya diperkirakan merujuk ke SRAMS milik Singapura. SRAMS dilengkapi laras yang sudut elevasinya dapat digerakkan secara otomatis, pengukuran jarak tembakan, sampai jangkauan dikalkukasi secara komputerisasi. Bahkan loading proyektil dimuat secara otomatis dengan tetap mempertahankan pola pengisian reguler dari ujung laras.

SRAMS ST Kinetics.
SRAMS ST Kinetics.
Secara umum, tidak ada yang berubah dari kinerja standar mortir. Namun dengan adopsi semi automation transfer system dan automatic fire control system, kecepatan tembak mortir dapat ditingkatkan, dalam satu menit bisa dilontarkan sampai 10x tembakan. Sebagai perbandingan bila menggunakan pola tembakan konvensional dari prajurit infanteri, paling banter hanya 6x setiap menitnya.
SRAMS pada rantis Spider.
SRAMS pada rantis Spider.

p_20160217_150447

Tapi perlu dicatat, meski basisnya adalah mortir, tapi SRAMS dan juga prototipe mortir otomatis TNI AD, tidak dirancang untuk dioperasikan infanteri, pasalnya senjata jenis ini dipersiapkan untuk dipasang pada rantis (kendaraan taktis) dan ranpur (kendaraan tempur). SRAMS yang sudah dioperasikan sejak tahun 2000, dipasang pada rantis jenis RG31, Bronco All Terrain Tracked Carrier, Flyer Spider, dan HMMWV. SRAMS punya recoil (efek tolak balik) kurang dari 26 ton, plus sistem modular menjadikan senjata ini cocok diadopsi pada beragam jenis rantis dengan penggerak 4×4.

SRAMS pada rantis Bronco.
SRAMS pada rantis Bronco di Singapore AirShow 2016.

Spesifikasi SRAMS
– Panjang laras: 1,8 meter
– Elevasi laras: 40 – 80 derajat
– Kecepatan respon: kurang dari 1 menit
– Bobot sistem SRAMS: kurang dari 1,2 ton
– Awak: 3 orang
– Amunisi: 120 mm standard dan 120 mm ER
– Jarak tembak: 9 km dengan amunisi ER
– Kecepatan tembak: sampai 10x per menit
– Recoil: kurang dari 26 ton

Sementara pada prototipe mekatronik Litbang TNI AD, meski masih belum tuntas, dirancang untuk bisa dikendalikan lewat aplikasi pada smartphone berbasis Android. Tentu besar harapan agar prototipe super rapid mortir 81 mm rancangan lokal ini dapat dirampungkan, dan kelak diproduksi untuk melengkapi ranpur Pindad Anoa 6×6 mortir.

hl

img-20160903-wa0002

Untuk mortir 81 mm, dengan bobot sekitar 49 kg dan panjang laras 1560 mm, dapat dicapai jarak tembak maksimum 6.500 meter dan jarak tembak minimum 100 meter. Untuk mendongkrak mobilitas, nantinya mortir 81 mm juga akan diadopsi ke dalam ranpur Anoa versi Mortar Carrier. Anoa APS-3 Mortar Carrier disiapkan untuk memperkuat Batalyon Infanteri Mekanis. (Haryo Adjie)

Anoa APS-3 Mortar Carrier.
Anoa APS-3 Mortar Carrier.

Spesifikasi Mortir 81 mm Pindad
– Diameter : 81,4 mm
– Panjang laras : 1.560 mm
– Panjang Bipod (dilipat) : 960 mm
– Berat lengkap mortir 49 kg
– Jarak elevasi : 45-85 derajat
– Jarak tembak max : 6500 – 8.000 meter
 

Minggu, 11 September 2016

56 Tahun Mengabdi, C-130B Hercules A-1303 Siap Mengudara Lagi

usai-menjalani-perbaikan-pesawat-hercules-c-130-b-lakukan-uji-terbang

Usia 56 tahun bagi manusia sudah tergolong lanjut, tanpa treatment yang baik, maka kondisi tubuh akan cepat melorot. Begitu pun dengan Lockheed Martin C-130B Hercules, sejak didatangkan pada tahun 1960, faktanya armada C-130B Hercules TNI AU masih terus dioperasikan. Seperti salah satunya pada C-130B Hercues nomer registrasi A-1303 dari Skadron Udara 32 yang belum lama ini telah merampungkan program upgrade dan retrofit tingkat berat.

Retrofit yang dilakukan terhadap pesawat angkut berat yang sangat berjasa dalam Operasi Seroja ini mencakup penggantian pada struktur outer wing, rainbow fitting, engine truss mount,fuselage main tructure, overhaul propeller, perbaikan dan mengganti 4 assy engine low performace, penggantian sistem gas turbine compressor (GTC) dengan APU (Auxilary Power Unit) dan ECS (Evironmental Control System) module.

a1303-indonesian-air-force-lockheed-c-130-hercules_planespottersnet_374971

Komponen avionic juga mendapat peremajaan dengan mengganti seluruh sistem E4 menjudi FCS 105, mengganti sistem radio altimeter AL-101 menjadi radio altimeter 4000 dan memasang sistem Enhanced Traffic Alert Collision Avoidance System dengan ATC/mode S Transponder (ETCAS-CAS 100). Proses penggarapan retrofit dilaksanakan oleh Airod Sdn Bhd Malaysia dengan melibatkan sembilann teknisi dari Malaysia dan empat belas teknisi dari Indonesia yaitu para purnawirawan Depohar 10. Untuk jadwal selanjutnya, ada empat unit C-130B Hercules TNI AU lagi yang akan melaksanakan retrofit dan upgrade di Malaysia.

hl

C-130B adalah varian awal dari keluarga Hercules yang dimiliki TNI AU. Karena banyak mengalami kerusakan dan suku cadang, beberapa C-130B tidak lagi beroperasi sejak beberapa tahun belakangan.

Setelah menjalani proses retrofit dan upgrade, C-130B A-1303 Skadron Udara 32 Lanud Abdulrachman Saleh, Malang itu berhasil menjalani uji terbang (test flight) perdana oleh Letkol Pnb Subhan di Lanud Husein Sastranegara, Bandung, Rabu (7/9/2016). C-130B/A-1303 merupakan satu dari 10 unit C-130B Hercules pertama yang dimiliki Indonesia sejak tahun 1960. Pesawat Hercules Tipe B merupakan “hasil barter” Pemerintah Indonesia dengan Amerika Serikat yang menginginkan dibebaskannya Allan L. Pope, pilot bayaran berkewarganegaraan AS yang ditawan pemerintah Indonesia kala itu.

Skadron Udara 32 secara keseluruhan diperkuat belasan pesawat Hercules tipe C-130B/H dan C-130BT. Diantaranya ada dua pesawat yang punya kemampuan sebagai tanker, yakni pesawat dengan nomer registrasi A-1309 dan A-1310. Merujuk informasi dari buku “Hercules Sang Penjelajah – skadron udara 31,” disebutkan C-130 Hercules dengan nomer registrasi A-1309 dan A-1310 sudah resmi digunakan TNI AU sejak 18 April 1961. Awalnya kedua pesawat punya peran reguler sebagai pesawat angkut berat dan penunjang operasi linud, baru kemudian pesawat dimodifikasi untuk ditambahkan kemampuan sebagai tanker bagi jet tempur. Sayangnya Hercules registrasi A-1310 telah jatuh (total crash) di Medan pada Juli 2015. (Bayu Pamungkas)
 

Leopard 2 Fahrschulpanzer: Wahana Latih Pengemudi MBT Leopard 2A4 TNI AD

leopard-2-tni

Setelah lama berkutat menggunakan tank ringan (light tank), hadirnya Leopard 2A4 dan 2A4 Ri menandakan arah perubahan besar kavaleri TNI AD sebagai pengguna MBT (Main Battle Tank). Karena MBT yang didatangkan dari Jerman lumayan banyak (total 103 unit), maka program pelatihan awak dan transisi pengemudi MBT menjadi sesuatu yang krusial. Sebagai ‘flagship’ alutsista TNI AD, tingkat kesiapan tempur MBT Leopard jelas harus terjaga dan pastinya kemampuan awaknya harus terasah.

Mengemudi ranpur lapis baja seberat 60 ton sudah barang tentu butuh kemampuan khusus. Dan memang sudah menjadi standar bagi negara pemilik Leopard bila menggunakan wahana Drive Training Vehicle (DVT) yang dirancang khusus dari basis MBT Leopard. Khusus untuk melatih pengemudi MBT Leopard, dalam paket pembelian tank ini juga disertakan Leopard 2 Fahrschulpanzer. Dari desainnya, Leopard 2 Fahrschulpanzer mengacu pada Leopard 2A4, bedanya pada tank latih ini posisi kubah meriam digantikan dengan kabin observasi untuk pelatih.

bw_leo2a4_fahr_007

leopard2fahrschulpanzer


bw_leo2a4_fahr_039

Kabin observasi di Leopard 2 Fahrschulpanzer dibuat permanen, jadi jangan harap kabin ini bisa berputar layaknya kubah meriam. Agar mendekati kondisi sebenarnya, tank latih ini juga dilengkapi laras, tapi ini hanya dummy. Kabin untuk pelatih ini punya sudut pandang lumayan lebar dan bisa melihat ke belakang. Sementara posisi siswa duduk di kursi pengemudi tank seperti biasa. Seperti halnya pelatih (instruktur) di sekolah kemudi, pelatih dilengkapi sistem kendali override (ambil alih) bila suatu waktu terjadi kondisi kritis saat siswa melakukan kegagalan. Yang bisa di override mencakup kemudi, pedal gas dan rem.

bild_001

Di dalam kabin juga terdapat dua buah kursi untuk siswa latihan lain (cadangan siswa) mengobservasi. Posisi kursi cadangan siswa ini terletak di kiri-kanan kursi instruktur dan diposisikan lebih ke belakang. Tiga kursi di kabin sudah dilengkapi dengan dengan helm yang terintegrasi dengan secure intercomm-set, sehingga arahan instruktur kepada pengemudi bisa dilakukan secara langsung, dan arahan tersebut juga diketahui oleh cadangan pengemudi, termasuk koreksi yang diberikan pelatih kepada siswa yang sedang mengemudi. Hal ini meningkatkan efektivitas pelatihan, sehingga saat saat tiba giliran cadangan pengemudi melaksanakan latihan, hasil latihan akan lebih optimal.

15-leo-proc

Leopard 2 Fahrschulpanzer kini sehari-hari menjadi perangkat latih pada di Pusat Pendidikan Kavaleri TNI AD (Pusdikkav). Sebagai wahana latih, lingkup operasi tank ini biasanya berada di kawasan Padalarang, Jawa Barat. Beberapa pola latihan yang digelar mencakup materi mengemudi klep tertutup (Close Down Hatch Driving) taktis dan manuver. (Bayu Pamungkas)
 

Simulator FFMS C-130H Hercules Telah Terpasang di Lanud Halim Perdanakusuma

Suasana di kokpit simulator C-130H Hercules TNI AU.
Suasana di kokpit simulator C-130H Hercules TNI AU.
Di bulan Maret lalu, telah dilakukan proses pengiriman simulator FFMS (Full Flight Mission Simulator) C-130H Hercules yang berasal dari bekas pakai AU Australia (RAAF). Dan kabar terbaru, kini simulator tersebut telah berhasil terpasang di gedung Fasilitas dan Latihan (Faslat) Wing 1 Lanud Halim Perdanakusuma. Pengadaan simulator ini merupakan bagian dari paket pembelian lima unit C-130H Hercules bekas pakai AU Australia.

Meski proses instalasi simulator C-130H Hercules telah rampung, sejatinya proses pembangunan Faslat Wing 1 telah dimulai sejak bulan Oktober 2015. Simulator FFMS Hercules yang baru saja terpasang Lanud Halim Perdanakusuma berasal dari Skadron 285 yang bermarkas di Lanud Richmond. Lanud ini adalah salah satu pangakalan udara terbesar dan tertua RAAF yang berlokasi di negara bagian NSW (New South Wales). Dikutip dari defence.gov.au, proses pembongkaran dan pengiriman simulator sudah dilakukan sejak 9 – 11 Maret 2016. Meski berstatus bekas pakai, simulator C-130H Hercules Australia sudah mendapat upgrade TTCU (Tactical Training Capability Upgrade).

20160309raaf8558864_066.t56f1b28f.m800.x5dd1303a

20160321raaf8558864_050.t56f1b2ac.m800.xd6e27674

Simulator C-130H Hercules yang datang dari Australia ini merupakan produksi CAE Electronics Ltd, Kanada. Adanya simulator ini sangat membantu para awak pesawat untuk bisa meningkatkan kemampuan mereka, karena semua prosedur latihan yang ada dapat dilaksanakan, terutama yang berkaitan dengan emergency procedure. Meski dengan jam terbang dan kesiapan pesawat yang terbatas, semuanya bisa dimaksimalkan karena latihan bisa tetap dilaksanakan lewat simulator, bahkan untuk latihan-latihan yang tak mungkin dilaksanakan di pesawat sebenarnya. Salah satu sasaran terbang simulator adalah melatih crew coordination/crew resource management (CRM), terutama dalam menghadapi situasi emergency.

Simulator C-130H Hercules TNI AU yang kini eksisting di Lanud Halim Perdanakusuma.
Simulator C-130H Hercules TNI AU yang kini eksisting di Lanud Halim Perdanakusuma.
Dalam operasional FFMS, selain melibatkan pihak CAE Electronics Australia, juga mendapat dukungan dari Airbus Group Australia Pacific. Simulator C-130 di lingkup TNI AU bukan barang baru, sejak tahun 2000, di Wing 1 Lanud Halim Perdanakusuma sudah ada simulator C-130. (Gilang Perdana)
 
(id)