Selasa, 26 Mei 2015

Cerita Sniper Indonesia Kalahkan AS dan Inggris di Australia

Praka MUlyana (Foto Merdeka)
Praka MUlyana (Foto Merdeka)

Praka TNI Mulyana memperoleh Medali Emas katagori Sniper (Penembak Jitu) dalam kejuaraan tahunan Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM). Mulyana pun merasa bangga telah mengalahkan Amerika Serikat yang dikenal mempunyai banyak sniper hebat.
“Saya merasa bangga bisa menyumbangkan emas untuk angkatan darat. Pokoknya susah untuk diungkapkan,” kata Mulyana di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Senin (25/5).
Kendati demikian, dia menceritakan, saat memperoleh medali emas mendapatkan pujian dari Amerika Serikat. Dia pun tak lupa untuk saling menukarkan kenangan-kenangan kepada tentara Paman Sam itu.
“Ini tahun kedua saya mengikuti perlombaan ini. Alhamdulillah dapat 1 emas dan 1 perak dari kategori perorangan. Tantangan sniper kita bermain dalam suhu 6 hingga 12 derajat sangat jauh perbedaan di Indonesia. Lalu variasi jarak 100-1.200 meter dan bahkan saya sendiri tidak tahu jaraknya. Kelembaban udara bahkan kecepatan angin 30-40 km/perjam itu hitungan harus akurat dan itu sangat sulit,” ceritanya.
Selain itu, kata dia, tantangan lain yang dihadapi yakni senjata yang masih kalah jauh dari negara-negara maju. Sebab, ia hanya mengunakan senjata buatan Inggris seri lama dengan teropong 12×50.
“Bidikan sasaran bermacam-macam mulai dari kepala, dada, kemudian tubuh lempengan baja 400-500 meter jaraknya. Apabila tak kena akan makin kencang larinya, kalau kena langsung tumbang,” kata dia.
Tim TNI AD berhasil menyabet 30 medali emas, 16 perak dan 10 perunggu, mengalahkan kontingen lainnya dari negara-negara maju yang selama ini dikenal memiliki persenjataan canggih seperti, Amerika Serikat yang hanya mendapatkan, 4 medali emas, Inggris dengan 3 medali emas, kemudian Australia hanya memperoleh 5 medali emas.
Sedangkan, Jepang, Brunei Darussalam, Filipina dan New Zealand, serta Singapura masing-masing mendapatkan satu medali emas. Sementara, Kanada Malaysia, Timor Leste, Tonga dan Papua New Gunea (PNG) tidak berhasil membawa pulang medali emas.
Kejuaraan yang berlangsung sejak 20-23 Mei di Puckapunyal, Victoria, Australia ini diikuti 17 tim dari 15 negara memperebutkan 50 medali emas. Tim petembak TNI mengirimkan 9 anggota Kostrad, 4 Kopassus dan 1 anggota Kodam Mulawarman.(Merdeka)

Senin, 25 Mei 2015

OPM Tantang Indonesia Perang Terbuka

OPM Tantang Indonesia Perang Terbuka
Organisasi Papua Merdeka. (http://cakrawalakuansing.blogspot.com)
Kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali menunjukkan eksistensinya. Meskipun berbagai kebijakan telah ditempuh pemerintah pusat, antara lain pemberian otonomi khusus, tetap saja keinginan untuk memisahkan diri dari Indonesia tidak pernah padam.

Bahkan baru-baru ini, pimpinan OPM yang bermarkas di Lany Jaya, Papua, Puron Wenda dan Enden Wanimbo, melontarkan pernyataan serius. Mereka menantang Indonesia berperang secara terbuka.

"Mulai sekarang kami nyatakan perang revolusi total dari Sorong hingga Merauke, yakni perang secara terbuka terhadap semua orang Indonesia yang ada di tanah Papua," kata Enden Wanimbo, Jumat, 22 Mei 2015.

Tantangan perang terbuka itu untuk menegaskan bahwa perjuangan Papua Merdeka tetap menjadi harga mati. Mereka menolak segala bentuk dialog serta membantah klaim dari Presiden Joko Widodo, bahwa Papua sudah aman.

"Itu tidak benar," tegas Enden.

Untuk mendukung perang terbuka, organisasi yang berdiri sejak 1965 itu sudah mengumpulkan logistik seperti senjata dan amunisi. Mereka siap berperang demi meraih tujuan.

Kolega Enden, Puron Wenda mengungkapkan alasan mengapa kelompoknya itu memilih perang terbuka. Menurut dia, Indonesia dianggap tidak bisa dipercaya.

"Komando OPM siap perang. Kami tak mau dialog yang diatur-atur Indonesia, yang suka tipu-tipu," ujarnya.

Puron juga mengatakan, kelompoknya sedang menyiapkan persenjataan. Meski tak menyebutkan secara detil waktu perang terbuka itu, namun dia mengatakan, "Sekarang tinggal tunggu komando maka perang dimulai."

Puron meminta pemerintah Indonesia keluar dari seluruh tanah Papua. Karena, mereka akan terus berperang untuk Papua Merdeka.

Dalam perang terbuka atau yang dinamai revolusi total dari Sorong sampai Merauke itu, kelompok OPM Puron Wenda dan Enden Wanimbo berupaya mengusir Indonesia dari Papua. Mereka tak hanya mengincar TNI-Polri, tapi juga seluruh masyarakat sipil non Papua.

"Pengusaha, buruh bangunan, pegawai negeri orang Indonesia akan diusir, bukan hanya tentara atau polisi," kata Puron Wenda.

Puron menegaskan semua gerakan mereka adalah gerakan politik untuk kemerdekaan Papua. Dia menolak tegas disebut sebagai kelompok kriminal, kelompok pengacau, kelompok kecil, atau istilah lain yang serupa.

"Kami pejuang kemerdekaan Papua," katanya.

Sedangkan, Enden mengajak wartawan asing untuk masuk ke Papua guna menyaksikan secara langsung aksi yang akan mereka lancarkan. Wartawan internasional dan nasional akan diberi kebebasan untuk melakukan peliputan di Papua.

Reaksi Polri

Kepolisian Daerah Papua langsung bereaksi begitu muncul tantangan perang terbuka dari OPM tersebut. Juru bicara Polda Papua, Komisaris Besar Polisi Patrige Renwarin, memerintahkan seluruh Kepolisian Resor di wilayahnya, terutama yang selama ini dianggap rawan, untuk siaga dan waspada.

Bagaimanapun, mereka harus tetap memastikan keamanan dan ketertiban masyarakat, terutama dari ancaman kelompok-kelompok yang selama ini kerap mengacau.
Patrige mengakui ancaman serupa memang sudah sering terjadi. Namun kali ini dia meminta seluruh jajaran untuk meningkatkan kewaspadaan.

"Sudah sering mereka mengancam tapi kami tidak meresponsnya dengan langkah represif, hanya antisipatif dan preventif," kata Patrige di Markas Polda Papua di Jayapura, Jumat, 22 Mei 2015.

Patrige melihat motif ancaman kelompok bersenjata itu jelas ingin menciptakan keresahaan di masyarakat sehingga perlu diwaspadai sedini mungkin.

"Kami menganalisis sejauh mana ancaman yang dilancarkan, yang jelas tujuannya membuat masyarakat resah," katanya.

Selain meningkatkan kewaspadaan, polisi juga akan menggalang dukungan kelompok masyarakat untuk bersama menciptakan rasa aman. Caranya ialah dengan memberikan pemahaman kepada kelompok bersenjata itu bahwa ancaman hanya akan meresahkan dan merugikan masyarakat Papua.
"Kekerasan hanya akan melahirkan kekerasan lagi," ujarnya.

Mengenai kemungkinan penambahan pasukan di daerah yang dianggap rawan, Patrige menyatakan sejauh ini belum perlu.

"Yang penting antisipasi, waspada. Tapi kalau memang ada polres atau polsek yang perlu penambahan personel, tentu akan kami kirim," katanya.

TNI Kuat

Markas Besar Tentara Nasional Indonesia juga turut merespon ancaman aksi separatis tersebut. Mereka sama sekali tidak takut dalam menjalankan tugas pertahanan.

"Tentara kita kuat. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan (dari ancaman itu)," kata Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayor Jenderal TNI M. Fuad Basya, saat dihubungi VIVA.co.id.

Fuad justru meragukan ancaman yang dilontarkan oleh Puron Wenda dan Enden Wanimbo. Menurutnya, tidak ada yang istimewa dari teror tersebut.

"Sangat biasa, tidak ada ancaman. Mereka berapa? Itu kelompok-kelompok kecil bersenjata yang masyarakat tidak suka sama mereka," ujarnya.

Fuad bahkan tidak yakin mereka mampu merealisasikannya.

"Emang mereka berani melakukan? Ancaman itu sekadar ngomong saja. Kalau perang terbuka, mereka melakukan di mana, dengan kekuatan berapa, siapa yang mereka serang," imbuh dia.

Fuad mengungkapkan kondisi di Papua saat ini sudah aman dan tenang. TNI konsisten membantu pemerintah daerah dalam membangun dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Oleh karena itu, jika ada kelompok-kelompok yang membuat kerusuhan atau suasana tidak kondusif, justru merusak ketenangan masyarakat.

"Kalau ada yang berniat seperti itu, berarti mereka tidak suka masyarakat hidup makmur. Mereka akan diserang oleh masyarakat, malah jadi bumerang buat mereka," imbuhnya.

Meskipun demikian, Fuad tetap mengimbau kepolisian dan juga masyarakat untuk waspada. Sementara, dia memastikan TNI juga siap menghadapi segala kemungkinan yang ada.

Untuk para anggota OPM itu, Fuad menilai seharusnya mereka berterima kasih. Sebab, Presiden Jokowi sejauh ini sudah mengambil langkah-langkah yang baik seperti memberikan grasi bagi tahanan politik.

Langkah Jokowi

Menghadapi situasi di Papua, Presiden Jokowi menempuh sejumlah langkah. Demi menciptakan situasi kondusif di Papua, dia tercatat memberikan grasi kepada lima narapidana politik Papua pada Sabtu 9 Mei 2015.

Lima narapidana itu dipenjara karena telah mencuri senjata di gudang senjata Kodim Wamena pada 3 April 2003. Mereka yang diberi grasi oleh Jokowi adalah Numbungga Telenggen (seumur hidup), Linus Hiluka (20 tahun), Apotnaholik Lokobal (20 tahun), Kimanus Wenda (20 tahun), dan Japrai Murib (20 tahun).

"Ini upaya pemerintah dalam menghapus stigma konflik yang ada di Papua. Kita ingin ciptakan Papua sebagai tanah yang damai, sebab itulah saya memberikan grasi sore ini," kata Jokowi usai memberikan grasi kepada lima narapidana politik Papua, di Lapas Abepura.

Selain lima narapidana politik ini, Jokowi juga berjanji akan memberikan grasi pula kepada sembilan narapidana Papua lainnya. Namun, ada satu narapidana yang tidak diberi grasi oleh Jokowi.
Dia adalah Filep Karma, karena meminta amnesti. Jokowi menyatakan, dia tak bisa serta merta dapat memberikan amnesti. Sebab, pemberian amnesti harus melalui persetujuan DPR.

"Saya ingin berikan grasi, tapi dia minta amnesti. Sedangkan amnesty harus persetujuan Dewan, kita tunggu apakah Dewan setuju," ujar Jokowi.

Menurut Jokowi, pemberian grasi kepada lima tahanan itu melalui proses yang panjang. Bukan serta merta hanya dipilih oleh Jokowi.
"Bukan dipilih tapi melalui komunikasi dan proses," ungkap Jokowi.

Dengan membebaskan semua tahanan politik dan narapidana politik ini, Jokowi berharap mereka akan bersama-sama membangun Papua menuju wilayah yang lebih sejahtera.
"Mari semua bergandeng tangan membangun Papua, meski dengan cara yang berbeda-beda," kata Jokowi.

Ia juga meminta melupakan masa lalu dan mengajak untuk menata masa depan.
"Mari lupakan yang lalu, jangan lagi saling menyalahkan, tapi mari tatap masa depan yang lebih baik," ujar Jokowi.

Salah satu napol yang mendapat grasi yakni Japrai Murib menyatakan rasa syukurnya atas grasi yang diberikan Presiden Jokowi.

"Saya bersyukur dengan grasi ini, ini jawaban yang saya tunggu-tunggu selama 12 tahun 8 bulan saya di penjara, era SBY grasi saya ditolak," katanya.

Sementara itu, Kimanus Wenda menyatakan, grasi yang diberikan Presiden adalah pemindahan dari penjara kecil ke penjara besar.

"Dengan di luar kami bekerja luas dengan masyarakat, sebab kami adalah alat masyarakat," ujar Wenda yang menjalani tahanan selama 12 tahun 8 bulan.

Selain tahanan politik, Jokowi juga mengajak semua anggota dan pimpinan OPM Goliat Tabuni untuk bersatu membangun Papua.

"Ke depan kita akan ajak sama-sama membangun Papua dengan pendekatan kesejahteraan dan meningkatkan pembangunan," kata mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Untuk itu, Jokowi meminta semua pihak jangan lagi ada yang memanas-manasi situasi Papua.
"Kita akan bangun Papua, jadi jangan lagi ada yang panas-panasi," tutur Jokowi.

Jokowi mengaku belum menerima surat dari Goliat Tabuni yang berisi pernyataannya untuk terus berjuang demi kemerdekaan Papua.
"Saya belum terima suratnya," ujar dia.

Goliat mengklaim bahwa dia telah mengirim surat ke Jokowi melalui kapolres Puncak Jaya, kapolda, dan gubernur Papua.

Hanya Gertakan

Sementara itu, Koordinator Jaringan Damai Papua (JDP), Pater DR Neles Tebay, mengungkapkan pendapatnya. Dia mencatat, ancaman yang dilontarkan OPM kali ini tidak biasa.

Sebab, dalam beraksi OPM biasanya mereka tidak pernah mengumumkan terlebih dahulu. Apalagi memberitahukan akan melakukan perang.

"Kalau mereka lihat musuh, hajar saja tanpa pemberitahuan atau pengumuman. TNI, Polri, aparat keamanan, mereka tembak saja. Kali ini ada pengumuman bahwa ada perang terbuka. Bagi saya, itu sesuatu hal baru yang tidak pernah dibuat OPM-OPM," kata Neles saat berbincang dengan VIVA.co.id.

Neles menilai, aksi Puron Wenda dan Enden Wanimbo tersebut hanya untuk menggertak pemerintah. Menurutnya, mereka hanya ingin menunjukkan eksistensi.

"Mereka ingin mengatakan bahwa mereka ada. Itu saja. Tapi saya tidak terlalu percaya mereka akan melakukan suatu perang terbuka, melawan semua orang, tidak hanya TNI Polri tapi orang-orang Indonesia," ujarnya.

Meskipun demikian, Neles meminta pemerintah tidak boleh memandang remeh ancaman perang terbuka tersebut. Selain itu juga tidak perlu terpancing.

"Mereka juga punya potensi untuk menciptakan perdamaian, memicu aksi-aksi kekerasan,"

Untuk menghadapi situasi itu, Neles menawarkan sebuah jalan keluar. Selain tidak berlebihan dan memandang remeh, menurutnya, pemerintah perlu memperlihatkan bahwa mereka serius menyelesaikan masalah Papua secara menyeluruh.

"Apa masalah Papua? Sebaiknya, cari bentuk yang pas dilakukan dialog," usulnya.

Ketua Sekolah Tinggi filsafat Teologi (STFT) Fajar Timur di Abepura, Papua, itu menjelaskan bahwa masyarakat Papua dibagi menjadi tiga kelompok. Pertama, mereka yang hidup di kota dan kampung. Kedua di hutan yaitu para anggota OPM dan pasukan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB). Lalu ketiga, di luar negeri seperti Belanda, Australia dan negara-negara lain.

Untuk menyelesaikan persoalan Papua, dia menyarankan pemerintah khususnya Presiden Jokowi agar tidak hanya menemui mereka yang masuk kategori pertama. Tapi, kategori kedua dan ketiga juga harus diprioritaskan.

"Ini bagaimana pemerintah membangun komunikasi politik dengan mereka terutama yang di hutan dan luar negeri," lanjutnya.

Neles mempersoalkan, apabila Jokowi bisa mengunjungi orang Papua di kota dan kampung tiga kali setahun, bagaimana dengan yang di luar negeri dan hutan? Padahal mereka memperjuangkan aspirasi politik dengan kekerasa, dan yang di luar negeri dengan lobi-lobi yang semakin hari semakin gencar.

"Presiden jangan hanya mendekati yang ada di kampung atau kota tapi dengan yang di hutan dan luar negeri. Pemerintah bisa dengar sendiri dari mereka sehingga tahu apa yang mereka mau. Mungkin masalah mereka sudah ditutaskan tapi belum tentu mereka tahu," tuturnya.

Saat disinggung, apakah Jokowi perlu blusukan ke hutan-hutan Papua demi menemui masyarakat Papua yang hidup di sana, Neles menyerahkannya pada Jokowi untuk mengaturnya.

"Di mana terserah, itu bisa diatur. Yang penting, kehendak politik pemerintah untuk membangun komunikasi politik dengan masyarakat Papua di hutan dan luar negeri supaya dengar sendiri apa yang jadi masalah".
Neles lalu memberikan saran pada TNI dan Polri. Menurutnya, institusi pertahanan dan keamanan itu juga tidak perlu berlebihan dalam menanggapi pernyataan tentang ancaman perang terbuka dari OPM misalnya dengan menggelar operasi militer, atau memperbanyak pasukan di Papua.

"Tapi jangan terlena, tetap bersiaga saja, wasapada. Tidak melakukan tindakan secara berlebihan, kalau berlebihan bisa antipati, bukan hanya dari OPM tapi masyarakat Papua," dia mengingatkan.

Hiller 360: Legenda Helikopter Perdana Sang Proklamator Republik Indonesia

soekarno02
Segala sesuatu yang menyangkut Proklamator/Presiden Pertama RI, Soekarno, memang menarik untuk dibahas, diantaranya termasuk perlengkapan pendukung aktivitas kepresidenan, yakni wahana helikopter. Meski pasca kemeredekaan di awal tahun 50-an belum dikenal istilah helikopter kepresidenan, tapi menarik dicermati bahwa Soekarno (Bung Karno) menjadi presiden pertama di dunia yang berani terbang dengan helikopter.
Peristiwa bersejarah itu terjadi pada 15 Januari 1951, Komodor Udara Wiweko Supono terbang dengan heli Hiller 360 berkeliling Jakarta selama 15 menit dengan membawa Bung Karno. Hiller 360 dengan nomer registrasi H-101 memang spesial, selain karena menerbangkan presiden pertama RI, sang pilot, Wiweko Supono adalah pilot helikopter pertama di Indonesia. Dalam sejarahnya, Hiller 360 merupakan helikopter pertama yang dimiliki RI setelah meraih kemerdekaan. Helikopter itu didatangkan ke Indonesia pada Desember 1950. Lalu dirakit dan diterbangkan pertama kali oleh Komodor Wiweko Supono pada 24 Desember 1950.
Hiller_UH-12A_G-ANOC_Fison-Hiller_360_4035-this-hiller-360-was-the
Dari segi desain, helikopter ringan ini sangat ringkas, malah bentuknya menyerupai moda angkutan populer di Jakarta pada dekade tahun 70-an, yakni “helicak.” Karena dipakai oleh Bung Karno, tak salah juga bila ada yang menyebut Hiller 360 sebagai heli kepresidenan, meski jasa terbesar heli ini sebenernya sebagai cikal bakal pembentukan skadron helikopter TNI AU. Pada tahun 1953, TNI AU mulai merinitis skadron percobaan helikopter, tentunya dengan Hiller 360 sebagai pelatak fondasinya.
Hiller 360 dibuat American Company United Helicopter Inc yang berbasis di Palo Alto, California, AS. Pada jamannya, Hiller 360 yang dirancang oleh stanley Hiller (1924 – 2006) tergolong helikopter yang cukup canggih. Label lain helikopter ini adalah UH (Utility Helicopter)-12. Dalam sejarahnya, setelah melalui beberapa pengujian dan mendapat sertifikasi CAA, produksi perdana Hiller 360 dimulai pada 14 Oktober 1948. Hiller 360 juga diciptakan dalam versi VIP, dan mulai dipasarkan komersial pada tahun 1950, dan Indonesia menjadi salah satu pengguna pertama heli ini. Pada masa itu, Hiller 360 berkompetisi ketat dengan Bell 47.
Hiller 360 di museum Dirgantara Mandala Yogyakarta. Heli ini resmi masuk museum pada tahun 1984.
Hiller 360 di museum Dirgantara Mandala Yogyakarta. Heli ini resmi masuk museum pada tahun 1984.
Hiller 360 kerap dibawa kirap.
Hiller 360 kerap dibawa kirap.
Posisi duduk pada kabin Hiller 360, pilot ada di bagian tengah.
Posisi duduk pada kabin Hiller 360, pilot ada di bagian tengah.
Sistem kendali Hiller 360.
Sistem kendali Hiller 360.
Sebagai helikopter ringan dengan dua bilah baling-baling, Hiller punya konfigurasi 1 pilot dan dua penumpang. Uniknya, posisi pilot berada di kursi tengah, dan penumpang ada di samping kiri dan kanan pliot (side by side). Konsol kemudi pun menggunakan tuas yang tersambung ke bagian atas (bukan model stick). Normalnya, Hiller 360 menggunakan tricycle landing gear, tapi dalam situasi khusus, dapat pula dipasangi landing gear berupa ponton atau skid. Ponton digunakan untuk melakukan pendaratan di air.
Dapur pacu Hiller 360 mengadopsi mesin tunggal enam silinder Franklin 6V4-178-B33 dengan fan cooled. Mesin ini dapat menghasilkan tenaga 134/178 kW/hp pada 3.000 rpm. Kapasitas bahan bakar yang dapat dibawa sebanyak 102 liter. Dengan bonot 965 kg, Hiller 360 dapat melaju dengan kecepatan maksimum 135 Km per jam, sementara kecepatan jelajah 122 Km per jam. Kecepatan menanjaknya 220 meter per menit. Hiller 360 hanya bisa terbang setinggi 3.100 meter, sedangkan untuk hovering maksimum di ketinggian 1.450 meter. Bagaimana dengan jarak tempuh yang bisa dicapai? Ternyata hanya mencapai rentang 250 – 300 Km.
Hiller 360 dengan landing gear ponton.
Hiller 360 dengan landing gear ponton.
Dilengkapi stretcher (usungan) untuk misi evakuasi SAR.
Dilengkapi stretcher (usungan) untuk misi evakuasi SAR.
Dilengkapi alat untuk penyemprotan ladang.
Dilengkapi alat untuk penyemprotan ladang.
Dari segi fungsionalitas, Hiller 360 pada masanya laris digunakan untuk keperluan suvei udara, pengiriman surat, penyemprotan bahan kimia, pengantar surat, dan kargo ringan. Namun, Hiller 360 juga punya rekam jejak dalam operasi militer, dalam Perang Indochina dan Perang Korea, Hiller 360 berperan sebagai heli medevac (medical evacuation) dengan kemampuan membawa dua usungan tandu (stretcher) yang ditempatkan di samping kabin.
Desain yang ringkas juga selaras dengan mudahnya sistem perawatan, pihak pabrikan cukup mensyaratkan inspeksi ringan setelah 50 jam terbang. Waktu inspeksi membutuhkan waktu tiga jam tanpa engine controls. Berikutnya ada inspeksi per 100 jam dengan waktu maintenance 20 jam, kemudian inspeksi per 600 jam dengan waktu maintenance 300 jam.
Hiller 360 ditawarkan pada tahun 1949 dengan harga US$19.995, pada saat itu, Hiller 360 menyandang sebagai helikopter termurah di pasaran. (Haryo Adjie)

Spesifikasi Hiller 360
– Manufaktur : American Company United Helicopter Inc
– Awak : 1 pilot dan 2 penumpang
– Diameter rotor utama : 10,67 meter
– Diameter rotor ekor : 1,67 meter
– Panjang : 8,08 meter
– Tinggi : 2,89 meter
– Bobot kosong : 657 Kg
– Bobot maksimum : 1.00 Kg
– Kapasitas payload : 247 Kg
– Mesin : enam silinder Franklin 6V4-178-B33
– Kapasitas bahan bakar : 102 liter
– Kecepatan maksimum : 135 Km per jam
– Kecepatan jelajah : 122 Km per jam
– Ketinggian terbang maks : 3.100 meter
– Jarak tempuh : 300 Km

Minggu, 24 Mei 2015

Terbang Malam Skadron 12 RSN

 
Hawk 100/200 di Skadron Udara 12 Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Riau (all photos : Lanud Roesmin Nurjadin)
Hawk 100/200 di Skadron Udara 12 Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Riau (all photos : Lanud Roesmin Nurjadin)

Ada yang terasa berbeda di langit Pekanbaru dari hari-hari sebelumnya, ini karena terdengar suara mesin jet yang menderu memecah kesunyian malam saat para penerbang dari pesawat tempur Hawk 100/200 Skadron Udara 12 Lanud Roesmin Nurjadin melaksanakan latihan terbang malam, Senin (18/5).
image
“Keahlian (skill) dan kemampuan terbang (profisiensi) dari para penerbang harus terus diasah dan ditingkatkan melalui berbagai latihan agar dapat mengatasi berbagai tantangan tugas yang mungkin dihadapi ke depannya, untuk itulah latihan ini dilaksanakan”, ujar Danskadron Udara 12 Lanud Rsn Letkol Pnb Jajang Setiawan.
image
Ditambahkan oleh Danskadron 12 bahwa tak hanya keahlian dan kemampuan para penerbang saja yang ditingkatkan, namun dengan latihan ini kesiapan seluruh alutsista serta ground crew pesawat pun akan dapat ditingkatkan, hal ini guna mengantisipasi kemungkinan akan terjadinya ancaman, gangguan serta pelanggaran wilayah udara Indonesia oleh pihak lain yang mungkin saja terjadi pada waktu siang maupun malam hari.
Sementara itu Danlanud Roesmin Nurjadin Kolonel Pnb M. Khairil Lubis yang turut mengawasi latihan ini menyampaikan bahwa Lanud Roesmin Nurjadin sebagai pangkalan operasi harus selalu siap untuk melakukan misi yang diberikan kepadanya, dan itu melakukan operasi udara yang dapat terjadi kapan saja.
image
“Saya tekankan kepada seluruh personel untuk selalu mengedepankan faktor keamanan serta keselamatan terbang, agar latihan ini dapat terlaksana dengan aman, lancar dan tak kurang suatu apapun hingga usainya latihan nanti”, lanjut Danlanud.
Latihan terbang malam yang dilaksanakan secara periodik ini rencananya akan berlangsung hingga Kamis (21/5) dengan area latihan di sekitar wilayah Lanud Roesmin Nurjadin.

(TNI AU)

4 Jet F-16 Retrofit Kembali tiba di Tanah Air

 
image
TNI AU kembali menerima pesawat retrofit F-16 C/D Blok 52ID dari Amerika Serikat. Keempat pesawat bekas ini mendarat tepat pukul 12.12 WIB di Landasan Udara TNI AU Iswahjudi, Magetan, Jawa Timur.
Kedatangan pesawat ini disambut oleh Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Donny Ermawan bersama Komandan Wing 3 Kolonel PNB Irwan Pramuda. Empat pesawat tersebut diterbangkan langsung dari Amerika menuju Indonesia oleh para penerbang AS. Mereka adalah Mayor Thomas Arthur Juntunen, Mayor Brian Dauglas Perkins, Mayor Cabell David Francis, dan Letkol Chad William Jennings.
Selama perjalanan, pesawat ini mengambil rute penerbangan dari Hill AlaskaGuam lanjut ke Lanud Iswahjudi dan parkir di Shelter Skadron Udara 3. Kedatangan ini merupakan program pengadaan dari 24 pesawat dalam proyek ‘Peace Bima Sena II’ kerja sama antara Pemerintah AS dan Indonesia, sehingga sudah 9 pesawat dengan tipe yang sama sudah berada di Indonesia.
Seluruh pesawat F-16 C/D Blok 52ID TNI AU dengan mesin pesawat tipe F100-PW-220/E merupakan pesawat bekas yang sudah ditingkatkan kemampuannya. Rangka pesawat, jaringan kabel dan elektronik seluruhnya diganti dengan peralatan baru, sehingga menambah kemampuan tempurnya.
Pesawat ini pula yang sempat terbakar saat akan lepas landas di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta. Terbakarnya pesawat itu terjadi saat akan melakukan atraksi di hadapan Presiden Joko Widodo.

Merdeka.com

“Kelompok Kecil di Aceh”, Jangan Merusuh

 
image
Terjadi kontak tembak antara pasukan gabungan TNI-Polri dan kelompok bersenjata di Pidie, Nanggroe Aceh Darussalam, pada Rabu (20/5) semalam. Panglima TNI Jenderal Moeldoko memperingatkan kelompok bersenjata itu agar tak mengganggu TNI dan mengancam rasa aman.
“Jangan coba-coba ganggu TNI, atau kami akan bereaksi kalau kami diganggu,” kata Moeldoko usai peresmian Patung Teuku Umar di Pulau Rondo, Kota Sabang, Aceh, Kamis (21/5/2015).
Moeldoko berpesan kepada yang ia sebut sebagai ‘kelompok kecil di Aceh’ itu, agar tak merusuh. Soalnya, TNI sekarang sudah menjalin persahabatan dengan semua pihak di Aceh.
“Kami tidak pernah melakukan hal-hal yang membuat kelompok-kelompok ini menderita. Tetapi jangan buat anggota TNI menderita atau prajurit-prajurit kita akan marah di lapangan,” kata Moeldoko.
Masyarakat sudah merasa damai. Maka kedamaian ini tak semestinya diusik. Bila rasa damai ini rusak, maka pembangunan di Aceh akan terhampat dan investor tak akan tertarik ke Aceh.
“Dan yang kita cari adalah rasa dami, enak hidup, TNI berada untuk mengawal,” kata Jenderal Moeldoko.
Kontak tembak yang dimaksud itu berawal dari laporan warga kepada anggota Kodim 0102 Pidie yang menyatakan, munculnya dua orang pria bersenjata api. Pria yang mencurigakan tersebut mengenakan baju loreng dan baju berwarna hitam. Menindaklanjuti informasi itu, anggota TNI dan polisi kemudian melakukan pengejaran. Berikutnya terjadi kontak tembak dengan pelaku.
Tiga pria tewas, dan senjata-senjata dari mereka diamankan. Barang bukti berupa 1 pucuk AK47 popor lipat, magazine M16 dan AK47, 106 butir amunisi AK dan 2 tas hitam.

Detik.com

Jumat, 22 Mei 2015

H&K G3/SG-1: Senapan Runduk TNI dengan Basis Senapan Serbu G3

uxk9uNe
Dari begaram senapan runduk yang dimiliki TNI, H&K G3/SG-1 punya ke khasan tersendiri, pasalnya senjata berkualfikasi sniper ini dibangun atas rancangan senapan serbu G3 yang melegenda. Kostrad TNI AD jadi salah satu kesatuan yang secara jelas menggunakan G3/SG-1. Bahkan, personel TNI pun pernah mendaulat senjata ini sebagai kelengkapan dalam misi Pasukan Penjaga Perdamaian PBB.
Dibuat atas permintaan Bundeswehr setelah tragedi Black September pada tahun 1972, G3/SG-1 menampilkan beberapa fitur yang membuatnya pantas disebut senapan tembak jitu. Deutsche Bundeswehr (AB Jerman) secara khusus meminta Heckler and Koch (H&K), pabrikan senjata kenamaan asal Oberndorf, Jerman untuk membuat senapan penembak runduk (sniper) dengan kaliber 7,62mm NATO.
G3/SG-1 di perlihatkan dalam pameran alutsista TNI AD.
G3/SG-1 di perlihatkan dalam pameran alutsista TNI AD.
Perbedaan visual antara G3 (atas) dan G3/SG-1 (bawah).
Perbedaan visual antara G3 (atas) dan G3/SG-1 (bawah).
g3sg1rtG3-sg1-1

Basis yang dipakai tak lain adalah senapan serbu G3 buatan H&K yang memang kondang di jagad assault rifle. Tentu saja ada pembenahan disana sini agar senapan bisa masuk ke kategori sniper. Sebut saja mulai dari laras yang dibuat khusus, sistem pelatuk sensitif, bipod yang diperkuat, hingga keberadaan teleskop. Hasilnya senapan G3 ini dapat tambahan label sebagai Scharfschutzen Gewehr 1 (SG adalah singkatan dari Scharfschützengewehr atau “sharp shooting rifle” atau “senapan penembak runduk”). Modifikasi ke G3/SG-1 yang cukup penting adanya tuas set trigger tepat di bekalang pelatuk. Saat set trigger diaktifkan, tarikan pelatuk menjadilebih enteng, sekitar 0,4 kilogram.
1281343306p_main_120523094806
G3/SG-1 menggunakan magasin G3 serta bentuk fisik tidak jauh berbeda dengan G3. Perbedaan yang paling terlihat dari luar adalah “cheek-piece” di popor G3/SG1 untuk menahan pipi jika sedang membidik melalui riflescope (teropong senapan) dan bipod. Dengan “trigger-group” yang serupa pula dengan H&K G3, G3/SG-1 ini selain berfungsi sebagai senapan tembak jitu (sniper rifle) juga bisa berfungsi sebagai senapan serbu infantri karena mempunyai triger group “full-automatic” selain “semi-automatic”. Sebagaimana G3, G3/SG1 juga menganut sistem operasi delayed blow-back. Ini menandakan bahwa varian ini mengarah sebagai bagian integral bagi sniper di dalam struktur regu, bukan untuk sniper murni.
Beragam varian senapan runduk produksi H&K yang berasal dari basis G3.
Beragam varian senapan runduk produksi H&K yang berasal dari basis G3.
Pilihan teleskop jatuh pada Kahles Halia ZF69/Zeiss 1,5-6×36 (artinya perbesaran dari 1,5x sampai dengan 6x dengan diameter scope sebesar 36 mm) dipasang di atas G3/SG1 dengan Claw Mount. Sementara pada popor dipasangi cheekpad sandara pipi, dan disisi dalam yang tidak kelihatan, terdapat dual stage buffer yang mampu meminimalkan efek hentakan balik (recoil).
Soal reputasi tempur, G3/SG-1 terbilang sangat kaya, salah satunya sangat sukses digunakan oleh sniper Navy SEAL dalam operasi Urgent Fury di Grenada pada Oktober 1984. Di kancah dunia airsoft gun, G3/SG-1 sudah tidak asing, bahkan cukup banyak dipakai sebagai senjata andalan untuk beraksi. (Samsul)


Spesifikasi
– Kaliber : 7,62 x 51 mm NATO
– Panjang : 102,5 centimeter
– Panjang laras : 45 centimeter
– Bobot : 5,4 Kg
– Jarak tembak efektif : 500 meter
– Pola operasi : Roller-delayed blowback
– Kecepatan tembak : 500 – 600 peluru per menit
– Kecepatan proyektil : 800 meter per detik
– Kapasitas magasin : 20 peluru
– Pembidik : Zeiss 1.5-6x variable power telescopic sight