Kamis, 29 Januari 2015

Satu Batalyon Brimob Tumpas Teroris Poso

Satu Batalyon Brimob Tumpas Teroris Poso
Sebanyak satu batalyon yang terdiri sekitar 600 anggota Brimob dari Kelapa Dua Mabes Polri dikerahkan untuk membantu menumpas kelompok teroris di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, yang kian meresahkan masyarakat.
Juru Bicara Polda Sulawesi Tengah AKBP Hari Suprapto di Palu, Rabu, mengatakan ratusan pasukan elit Polri itu tiba di Bandara Mutiara SIS Al Jufri Palu pada Rabu dini hari menggunakan tiga pesawat sewa.
Setelah menginap semalam di Kota Palu, ratusan personel Brimob dari Kelapa Dua Mabes Polri itu berangkat menuju Kabupaten Poso melalui jalur darat. Jarak Kota Palu menuju Kabupaten Poso sekitar 210 kilometer.
Hari mengatakan pasukan Brimob itu akan membantu proses penegakan hukum di Kabupaten Poso, terutama untuk menangkap kelompok sipil bersenjata yang dipimpin Santoso.
Saat ini pencarian kelompok teroris berbahaya tersebut difokuskan di sekitar wilayah Poso Pesisir karena beberapa hari sebelumnya pasukan TNI dan Polri terlibat baku tembak dengan kawanan teroris.
Dia mengaku belum mengetahui secara persis sampai kapan pasukan tambahan itu akan bertugas di Poso dalam mengatasi ancaman terorisme.
Dalam kurun dua bulan terakhir, empat warga sipil tewas dibunuh oleh kelompok teroris di Kabupaten Poso, sementara empat orang masih dinyatakan hilang.
Warga yang berada di sekitar lokasi pencarian teroris juga diminta untuk waspada, terutama saat berkebun atau berburu hewan di hutan.
Sebelumnya, Panglima Kodam VII/Wirabuana Mayjen TNI Bachtiar menyatakan TNI siap mengatasi terorisme di Kabupaten Poso, apabila ada permintaan terkait hal itu.
“Kita siap. Nggak ada tawar-menawar soal itu,” kata Bachtiar saat berkunjung di Palu baru-baru ini.
Dia mengatakan saat ini sedang berlangsung penguatan wilayah berupa pembinaan teritorial oleh TNI di Kabupaten Poso. Saat ini TNI juga berkoordinasi dengan Polri dan pemerintah daerah untuk pengamanan di Poso.

Antaranews.

Panglima TNI Jenderal Moeldoko kunjungi AAL Surabaya

Panglima TNI Jenderal Moeldoko kunjungi AAL Surabaya
Panglima TNI Jenderal Moeldoko (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
 
Panglima TNI Jenderal TNI Dr. Moeldoko mengunjungi Akademi Angkatan Laut, diterima langsung oleh Gubernur AAL Mayjen TNI (Mar) Guntur ICL di Ruang Makan Hadiwinarso, AAL, Bumimoro, Surabaya, Rabu.

Kunjungan yang merupakan lawatan Panglima TNI bersama KSAL Laksdya TNI Ade Supandi itu dilakukan setelah memberikan pembekalan kepada 541 pati-pamen di lingkungan TNI AL dalam Apel Komandan Satuan (AKS) di Grha Samudera Bumimoro (GSB) Surabaya.

Dalam kesempatan tersebut, Panglima TNI mendapatkan cenderamata berupa miniatur KRI Dewaruci yang merupakan kebanggaan Akademi Angkatan Laut sebagai simbol kapal latih taruna AAL.

Acara tersebut juga dihadiri para pejabat Mabes TNI, Mabes TNI AL, Ketua Umum IKKT Ny. Koes Moeldoko, Ketua Umum Jalasenastri Ny. Endah Ade Supandi dan Ketua Jalasenastri Cabang BS AAL Ny Nunik Guntur ICL.

Di sela AKS yang berlangsung selama tiga hari (26-28/1), Panglima TNI Jenderal TNI Dr Moeldoko beserta rombongan dari Mabes TNI juga sempat mengunjungi "Sarang Pasukan Roda Rantai" Resimen Kavaleri-1 Marinir Trian Soepraptono Semarung, Ujung, Surabaya (27/1).

Pada kunjungan itu, Panglima TNI diterima langsung oleh Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) A Faridz Washington, yang didampingi oleh Danpasmar-1 Brigjen TNI (Mar) Kasirun Situmorang.

Mengawali kunjungan itu, Komandan Resimen Kavaleri-1 Marinir Kolonel Marinir Herkulanus HS menyampaikan paparan situasi dan kondisi Satuan Menkav-1 Mar yang merupakan salah satu satuan tempur Korps Marinir.

"Kami memiliki beberapa kendaraan tempur, meliputi Batalyon Tankfib-1 Mar yang berkedudukan di Karang Pilang dengan unit tempur BMP 3F, PT 76(M), PT 76, AMX 10 PAC dan Tank Recovery," katanya.

Selain itu, Batalyon Ranratfib-1 Mar yang bertempat di Trian Soepraptono Semarung Ujung Surabaya dengan material tempur BTR 50 P, BTR 50P (M), AMX 10P dan AMX 10P (M) Batalyon Kapa-1 Mar dengan Material Tempur KAPA 61 dan PTS.

Setelah itu, Panglima TNI Jenderal TNI Dr Moeldoko didampingi para perwira staf Mabes TNI dan Komandan Korps Marinir melihat langsung kondisi material tempur di Garase Ranpur Menkav-1 Mar.

Tampak hadir pula, Kepala Staf Pasmar-1 Kolonel Marinir Purwadi, Asops Kormar Kolonel Marinir Hasanudin, Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Mayjen TNI Eko Wiratmoko, Pangarmatim Laksamana Muda TNI Darwanto, dan Kasgartap III Surabaya Brigjen TNI (Mar) R.Gatot Suprapto.


Rabu, 28 Januari 2015

T-43 Class: Generasi Perdana Kapal Penyapu Ranjau TNI AL

Ibarat pepatah, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, menjelang tengah malam 16 Mei 2000, sekitar pukul 22.45 WIB, jadi akhir tragis dari kiprah salah satu kapal perang milik TNI AL. KRI Pulang Raweto 702, kapal penyapu ranjau dari Satran (Satuan Kapal Ranjau) Komando Armada Timur (Koarmatim) bertabrakan dengan MV Iris di Alur Pelayaran Barat Surabaya.
Akibat insiden tersebut, KRI Ratewo yang berbobot standar 500 ton tertabrak MV Iris pada buritan (bagian belakang) lambung kanan, sehingga jebol dan kemasukan air. Akibatnya, KRI Ratewo 702 tenggelam satu jam kemudian. Dari total 62 awak kapal, dikabarkan ada satu ABK yang tewas dalam kejadian naas tersebut. Lepas dari insiden itu, ada perasaan ingin tahu seputaran KRI Ratewo 702, pasalnya dirunut dari sejarahnya, kapal penyapu ranjau ini merupakan peninggalan era operasi Trikora di tahun 60-an, saat Indonesia gencar ingin mengganyang Belanda di Bumi Papua.
Tentu menjadi sebuah pengabdian yang panjang dari runtutan waktu pengabdiaan. Dari klasifikasi, KRI Ratewo 702 masuk dalam T43 Class. Dibuat untuk kebutuhan AL Uni Soviet pada era Perang Dingin di tahun 50-an hingga 60-an. Pihak Soviet memberi label penggarapan kapal ini sebagai Project 254. Rancangan awal kapal ini diajukan pasca Perang Dunia II rampung, yakni di tahun 1946. Kemudian desain di setujui pada 1948. Sebagai layaknya kapal penyapu ranjau, T43 Class dibuat dengan lambung yang terbuat dari material yang mampu mereduksi efek magnet, elektrik, dan akustik.
ORP_Dzik_projektu_254M
Total T43 Class telah di produksi sebanyak 178 unit. Nampaknya kapal penyapu ranjau ini lumayan populer di kalangan Negara-Negara sekutu Soviet, terbukti T43 Class juga di bangun secara lisensi di Polandia dan Cina. TNI AL (d/h ALRI) menerima enam unit T43 Class pada tahun 1962. Hingga akhirnya lewat ‘seleksi alam’ tinggal dua unit yang dioperasikan TNI AL, yakni KRI Pulau Rani 701 dan KRI Pulau Ratewo 702. Karena KRI Pulau Ratewo sudah karam, maka tinggal KRI Pulai Rani 701 yang kini masih beroperasi. Mengingat usianya yang sudah tergolong ‘lanjut,’ agak disangsikan kemampuan efektivitas deteksi sapu ranjau yang dimiliki KRI Pulau Rani 701.
TNI AL punya pengalaman men-downgrade kapal penyapu ranjau, contohnya pada Kondor Class, kapal sapu ranjau buatan Jerman Timur. Meski usianya jauh lebih muda dari T43 Class, oleh karena ada beberapa peralatan deteksi ranjau yang sudah tak berfungsi, seperti pada KRI Pulau Rondo 725 yang berganti identitas jadi KRI Kelabang 826, dan KRI Pulau Raibu 728 yang berganti nama jadi KRI Kala Hitam 828. Dari kapal penyapu ranjau, kedua kapal kini menjadi kapal patroli reguler. TNI AL memberi identitas nomer lambung 7xx dan nama Pulau untuk melabeli armada penyapu ranjau. Hingga kini, jenis kapal penyapu ranjau yang paling canggih milik TNI AL adalah Tripartite Class (KRI Pulau Rengat 711 dan KRI Pulau Rupat 712).
Kembali ke T43 Class, kapal penyapu ranjau ini mengandalkan teknologi Sweeps MT-1 dan MTSh untuk deteksi ranjau. Sementara ada bekal 4 pucuk kanon 37 mm (2×2) dan dua pucuk SMB (senapan mesin berat) 12,7 mm. Selain tugasnya menyapu ranjau, kapal ini pun dapat ditugasi melaksanakan operasi anti kapal selam, ditandai dengan adanya 1 depth charge thrower yang mampu melepaskan 32 ranjau dan bom laut. (Gilang Perdana)

Spesifikasi T43 Class
  • Displacement: 500 tons standard, 569 tons full load
  • Length: 58 meter
  • Beam: 8,5 meter
  • Draught: 2,15 meter
  • Draft: 2,30 meter
  • Propulsion: diesel engines 2200 hp
  • Speed: 14 knots
  • Range: 7.037.6 km at 10 knots

Indomil.

Selasa, 27 Januari 2015

Menjaga Teras Maritim NKRI – Pengadaan Alutsista SAR II

Tugas Pokok TNI menurut Undang-Undang No. 34 tahun 2004 pada prinsipnya ada tiga, yaitu : Menegakkan kedaulatan negara; Mempertahankan keutuhan wilayah, dan Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan. Tugas pokok tersebut dilaksanakan melalui Operasi Militer untuk Perang (OMP), dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
Kapal MV “Crest Onyx”
Kapal MV “Crest Onyx”

Di dalam OMSP, yang dirinci 14 butir tugas diantaranya, untuk membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (Search And Rescue). Kegiatan SAR di Indonesia saat ini di bawah komando BASARNAS (Badan SAR Nasional). Dalam wawancara yang disiarkan langsung oleh TVONE terkait pemberitaan evakuasi main body pesawat Air Asia QZ8501 dikatakan oleh Jenderal Moeldoko bahwa kemungkinan bangkai body pesawat tidak dapat diambil mengingat sangat rapuh karena terbuat dari aluminium. Pengangkatan body pesawat yang menggunakan sling baja gagal karena tali putus dan dimungkinkan dapat terlaksana dengan baik bilamana terdapat kapal yang memiliki Crane.
Kapal “Grand Canyon”milik Norwegia
Kapal “Grand Canyon”milik Norwegia

Melihat peralatan SAR yang dimiliki baik oleh TNI maupun BASARNAS memang tampaknya perlu ditambah dengan peralatan yang lebih canggih. Untuk penyelamatan korban Air Asia QZ8501 yang terbenam dengan kedalam 30-40m saja begitu susah dan lamanya penyelamatan evakuasi dilaksanakan. Bagaimana jadinya bilamana terdapat kecelakaan baik pesawat ataupun kapal yang terjadi di laut dalam.
Pada 12 Agustus 2000, terjadi Sebuah bencana paling buruk dalam sejarah angkatan laut Federasi Rusia, drama kecelakaan tenggelamnya kapal selam raksasa bertenaga nuklir, KURSK di tengah Laut Barents yang sangat dingin. KURSK mengangkut 118 awak dengan bobot 14.000 ton ini secara tiba tiba meluncur bebas ke dasar laut dan tergeletak tak berdaya. Evakuasi korban dapat dilaksanakan setelah didatangkan bantuan kapal Seaway Eagle dari Norwegia dan LR 5 dari Inggris.
Upaya terakhir ini membuahkan hasil, 12 penyelam Norwegia yang diantar dengan Seaway Eagle berhasil mencapai KURSK dan membuka pintu Palka kapal selam. Sebagian penyelam Norwegia kemudian diijinkan menggeledah masuk badan KURSK dengan harapan dapat menemukan awak yang masih selamat, namun terlambat dan kesemuanya meninggal karena kehabisan oksigen.
Kapal Selam Mini LR 5 milik Inggris
Kapal Selam Mini LR 5 milik Inggris

Pemerintah Rusia tidak belajar dari tragedi kapal selam ”KURSK” yang terjadi pada tahun 2000. Pada tanggal 05 Agustus 2005 kembali terjadi musibah kecelakaan kapal selam mini “PRIZ” milik Rusia tidak dapat muncul ke permukaan karena terjerat jaring baja di kedalaman 200 meter. Selama tiga hari, kapal selam mini itu terjerat jaring di perairan Semenanjung Kamshatka. Untungnya seluruh 7 crew kapal selam ini dapat diselamatkan oleh Tim dari Inggris yang menurunkan ROV Scorpio 5, ROV (Remotely Operated Vehicle) ini memotong kabel yang melilit kapal selam mini itu.
ROV Scorpio 5
ROV Scorpio 5

Duka yang mendalam menyelimuti juga pernah menyelimuti Tentara Nasional Indonesia, dengan gugurnya Komandan Satuan Kapal Selam Koarmatim Kolonel Laut Jeffry Stanley Sanggel dan Mayor Laut Eko Indang Prabowo, saat mengikuti latihan militer di perairan Pasir Putih, Situbondo, Jawa Timur, Sabtu 07/07/2012, pukul 10.00 Wib.
Dalam kejadian tersebut sebenarnya di-skenario-kan karamnya KRI Cakra 401 bersama 6 awaknya, namun karena alat oksigen yang digunakan tidak berfungsi sehingga mengakibatkan kedua personil dimaksud meninggal. Nah, bilamana dalam kejadian sebenarnya kapal selam milik TNI mengalami kecelakaan seperti kasus kapal selam Rusia, bisa dipastikan seluruh Crew akan tewas karena ketiadaan alat SAR yang mumpuni baik yang dimiliki oleh TNI maupun BASARNAS.
Kapal Seaway Eagle milik Norwegia
Kapal Seaway Eagle milik Norwegia

Tragedi tenggelamnya kapal Ferry MV Sewol di perairan laut Korea Selatan pada Rabu 16 April 2014 merupakan kecelakaan laut terburuk selama 21 tahun terakhir. Kecelakaan ini sangat tragis karena sebagian besar penumpangnya pelajar yang sedang dalam perjalanan wisata namun malah menemui petaka. Dari 476 penumpang pada tanggal 22 Juli 2014 dilaporkan korban tewas sebanyak 294 jiwa dan 10 orang dikabarkan masih hilang. Korban yang selamat adalah korban yang sempat bergerak keluar dan diselamatkan oleh Tim SAR dan kapal yang mendekat ke Ferry Sewol. Dengan hanya dalam jangka waktu 1 ½ jam kapal Ferry MV Sewol terbalik karena kelebihan dan pengaturan cargo yang tidak tepat.
Animasi tenggelamnya MV SEWOL
Animasi tenggelamnya MV SEWOL

Kunci keberhasilan dalam upaya penyelamatan SAR tidak terlepas dari Faktor Kecepatan dan Kualitas dari ALUTSISTA SAR yang dikerahkan.
Helicopter Amfibi HH 3F Pelican
Helicopter Amfibi HH 3F Pelican

Dari paparan di atas maka ada baiknya Kualitas Peralatan SAR yang dimiliki dan dioperasionalkan oleh TNI ataupun BASARNAS ditambah dengan alat-alat yang canggih dan memiliki kemampuan mobilitas yang cepat. Apalagi Indonesia adalah negara kepulauan yang sedang memproyeksikan poros maritimnya. (oleh : Wahju Indrawan)

Strategic Sealift Vessel: Bertonase Besar, Ini Dia Kapal Perang Pertama Buatan PT PAL yang di Ekspor

Debut KRI Banjarmasin 592 dalam mendukung operasi pembebasan kapal MV Sinar Kudus yang dibajak perompak Somalia tahun 2011, dan aksi KRI Banda Aceh 593 yang menjadi kapal markas dalam misi evakuasi pesawat AirAsia QZ8501 di Selat Karimata, nyatanya memang memukau. Dengan basis LPD (landing platform dock), kapal angkut bertonase besar buatan PT PAL ini mampu mengambil peran yang sangat strategis guna mendukung operasi militer dan operasi militer bukan perang.
Dengan deck yang lapang, bahkan cukup besar, LPD yang cetak birunya dari Korea Selatan ini dapat menampung sampai 3 helikopter, ada hangar, dan mampu men-deploy pasukan amfibi berserta aneka ranpur, ditambah wahana LCU (landing craft utility) dan LCVP (landing craft vehicle personnel) dalam misi pendaratan tempur. Melihat performa yang maksimal dari armada LPD TNI AL, rupanya menarik hati AL Filipina. Dan setelah melewati beberapa tahap dan kompetisi, akhirnya Kementerian Pertahanan Filipina resmi memesan 2 unit kapal sekelas LPD dari PT PAL, dengan nilai kontrak US$90 juta.
First cutting steel, atau pemotongan plat baja pertama untuk proses pembangunan kapal pesanan Filipina ini telah dilakukan 22 Januri 2015 di galangan PT PAL, Surabaya – Jawa Timur. Meski dari segi platform mengacu pada LPD Makassar Class, namun kedua kapal pesanan Filipina ini diberi label SSV (Strategic Sealift Vessel). SSV sejatinya adalah hasil pengembangan dari LPD-125 buatan Busan, Korea Selatan. Dari segi dukungan kemampuan dan karakter operasinya, SSV mirip dengan LPD. Hanya saja, SSV punya ukuran sedikit lebih kecil dari LPD, bobot nya pun juga lebih ringan. Berikut perbandingan spesifikasi antara LPD TNI AL dan SSV pesanan AL Filipina.
LPD-&-SSV_Defense-StudiesSSV_2_Defense Studies
Dengan ukuran yang lebih kecil dari LPD, SSV dalam kondisi perang dapat membawa 120 awak kapal dan 500 personil tempur. Empat tank, empat truk, satu mobile hospital, dua jeep, dan dua helikopter juga bisa dijejalkan kedalamnya. Dalam desainnya, pada bagian haluan kapal ini dapat dilengkapi meriam reaksi cepat Bofors 57mm MK2/3.
Namun menyoal persenjataan, senjata dan sistem sensor, akan di tenderkan terpisah oleh pemerintah Filipina. SSV dalam keadaan bencana alam bisa di¬fungsikan menjadi rumah sakit terapung hingga kapal angkut bantuan. Selain mampu membawa muatan dalam jumlah besar, kemampuan berlayar SSV/LPD hingga satu bulan penuh tanpa bekal ulang, dinilai ideal untuk kondisi Filipina yang sering terkena bencana alam. Lain dari itu, SSV dipercaya dapat mempercepat deploy pasukan Marinir Filipina dalam mendukung kehadirannya di wilayah sengketa di Laut Cina Selatan.
Kemampuan PT PAL memproduksi LPD/SSV tak lain buah dari ToT (transfer of technology) dari Korea Selatan. Berawal saat pemerintah Indonesia membeli LPD dari Daesun Shipbuilding dan Daewoo International Corporation, Korea Selatan. Secara resmi kontrak pembangunan LPD diteken pada bulan Maret 2005. Pihak Korea Selatan juga memberi kesempatan alih teknologi dalam pembuatan LPD. Caranya dengan membagi dua lokasi pembuatan kapal. Dua kapal pertama, yakni KRI Makassar 590 dan KRI Surabaya 591 dibuat di galangan kapal Busan, Korea Selatan. Baru kemudian, KRI Banjarmasin 592 dan KRI Banda Aceh 593 dibuat oleh PT PAL di Surabaya. Saat ini, 35% komponen pembuatan LPD telah mampu di produksi PT PAL, sisanya, terutama untuk mesin masih di impor. (Haryo Adjie)

ROV, Si Robot Penyelam Laut Dalam

287917_kapal-survei-kn-baruna-jaya-1-milik-bppt_663_382
Kapal riset Baruna Jaya I (BJ1) milik Badan Penerangan dan Penerapan Teknologi (BPPT) mendapat sorotan saat ikut serta dalam evakuasi kecelakaan pesawat Airasia. Kapal canggih ini dilengkapi berbagai peralatan seperti multibeam echo sounder yang dapat mendeteksi benda di bawah laut. Selain itu, terdapat sonar, dan magnetometer untuk membedakan antara logam atau gundukan biasa.
Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam, Ridwan Djamaluddin mengakui; berkat peralatan mutakhir, sebenarnya pada hari pertama Baruna Jaya I telah menemukan objek dengan tinggi 3 meter di bawah laut tersebut, hanya karena tim menemukan jasad, maka hal itu menjadi prioritas mereka. Untuk memperlancar misi pencarian dan evakuasi, kapal menurunkan Remotely Operated Vehicle (ROV). Dengan ROV tersebut, Baruna Jaya akan mencari dan membantu evakuasi pesawat AirAsia QZ 8501.
ROV1
Apakah ROV itu? ROV adalah semacam kendaraan bawah air yang dikendalikan dari jarak jauh dengan remote control, biasanya digunakan untuk pekerjaan dalam laut. Antara lain untuk tujuan dokumentasi, eksplorasi dasar laut, penanggulangan, penyelidikan, pencarian dan pertolongan (SAR), pengeboran tambang, penggalian/penguburan bentangan kabel dan lain sebagainya. Alat ini juga dilengkapi dengan lampu dan kamera video, sehingga nantinya mampu untuk melihat dengan jelas dan merekam video di bawah air.
Sistem ROV terdiri atas vehicle (atau sering disebut ROV itu sendiri), yang terhubung oleh kabel umbilical ke ruangan kontrol dan operator di atas permukaan air (bisa di kapal, rig atau barge). ROV dilengkapi dengan peralatan atau sensor tertentu seperti kamera video, transponder, kompas, odometer, bathy (data kedalaman) dan lain-lain tergantung dari keperluan dan tujuan surveinya.
little_herc_rov_600
ROV memiliki satu set pengapung besar di atas sasis baja atau aluminium. Pengapung itu biasanya terbuat dari busa sintetis. Di bagian bawah konstruksi terpasang alat-alat sensor yang berat.Kabel tambat berfungsi mengirimkan energi listrik serta data video dan sinyal. Saat bertugas memasang kabel-kabel listrik tegangan tinggi, ROV biasanya ditambahkan tenaga hidrolik. setiap sisinya akan mengeluarkan sonar untuk mendeteksi keberadaan benda di bawah laut. Ketika sonar mendeteksi adanya benda padat, maka alat tersebut akan mengeluarkan bunyi. Jangkauan sonar ROV hingga radius 60 meter.
Berdasarkan ukuran, berat dan kekuatannya ROV dapat dibagi menjadi lima yaitu Micro-ROV, Mini-ROV, light Workclass, Heavy Workclass, dan Trenching/burial.
Saat perang, ROV seringkali diturunkan sebagai pemusnah ranjau yang mampu mendeteksi objek di dasar laut.Angkatan Laut Amerika Serikat adalah yang pertama mengutilisasi ROV dalam bidang militer. Mereka mengembangkan ROV khusus untuk mengangkat ranjau-ranjau di dasar laut dan menggunakannya pada peristiwa hilangnya bom atom di Spanyol pada kecelakaan pesawat di tahun 1966.
Sebelum tragedi AirAsia QZ 8501, ROV juga digunakan untuk mengangkat black box Adam Air di perairan Majene Sulbar dari kedalaman laut 2.000 meter. Selain kapal Baruna Jaya milik BPPT, kapal perang TNI AL juga ada yang dilengkapi ROV, seperti pada duo kapal pemburu ranjau, KRI Pulau Rengat 711 dan KRI Pulau Rupat 712. Bahkan, kabarnya dua kapal hidro oseanografi terbaru TNI AL buatan Perancis, OCEA OSV190 SC WB juga akan dibekali ROV. (Deni Adi)

Senin, 26 Januari 2015

Tim Penyelam TNI Tidak Pernah Mengenal Menyerah

Tim Penyelam TNI Tidak Pernah Mengenal Menyerah

Tim Penyelam TNI AL yang tergabung dalam operasi pencarian dan evakuasi korban pesawat AirAsia QZ-8501 tidak pernah mengenal kata menyerah, dan dihari ke-29 ini berhasil mengevakuasi lagi 1 jenazah perempuan dari badan pesawat AirAsia QZ-8501 di perairan Selat Karimata, dekat Pangkalan Bun, Kotawaringin Kalimantan Tengah, Minggu (25/1/2015). 
Tim Penyelam TNI AL mulai melanjutkan misi mengevakuasi jenazah korban dan main bodypesawat AirAsia dengan diturunkanya perahu karet dan Sea Raider serta peralatan Dishidros. Beberapa penyelam dari KRI Banda Aceh telah berada di kapal Crest Onyx sejak Sabtu malam kemarin. Mereka melakukan penguatan belting dan tali pengikat. Sementara lifting bag yang digunakan masih tetap 1 buah berukuran 10 ton. Kapal Crest Onyx inilah yang akan menarik badan pesawat‎. 
Proses pengikatan dan belting pagi ini sudah kembali dimulai sejak pukul 04.55 WIB, dan pada pukul 09.30 WIB floating bag mengapung  badan pesawat sempat terangkat dan muncul kepermukaan di buritan Kapal Crest Onyx namun keberuntungan belum berpihak karena tali penarik terputus sehingga body pesawat kembali masuk ke air tetapi tali tross masih terpasang sehingga body pesawat tidak terempas lagi ke dasar laut. 
Saat badan pesawat terangkat, satu jenazah ikut mengapung, kemudian jenazah langsung dievakuasi oleh Tim dengan perahu karet ke KN Pacitan. Selain jenazah, puing-puing pesawat ikut mengapung.  Kemudian satu jenazah yang telah berhasil dievakuasi oleh KN Pacitan selanjutnya dibawa dengan pesawat Hely Bell TNI AL  ke Lanud Iskandar Pangkalan Bun. Seperti pada penemuan jenazah korban AirAsia sebelumnya, dari Pangkalan Bun jenazah dibawa ke RS  Sultan Imanuddin guna dirawat dan dimasukkan peti jenazah.  
Sejauh ini sudah 70 jenazah telah berhasil dievakuasi dan pada sore hari ini 1 jenazah hasil evakuasi hari ini masih berada di RS Sultan Imanuddin. 
Evakuasi dihentikan siang hari ini, selain untuk evaluasi dan merencanakan langkah berikutnya juga dikarenakan arus sudah mulai deras dan hujan, ketinggian ombak 2-4 m, kecepatan arus 1,7 knot sehingga evakuasi diputuskan untuk dilanjutkan esok hari dan berharap cuaca baik dan mendukung untuk penyelaman.  

TNI.