Minggu, 04 Mei 2014

TRUE STORY Secuil Kisah Awak Hiu Kencana Jilid 3

 
IM000749.JPG
“TRUE STORY”
Secuil Kisah-kisah Awak “Hiu Kencana” yang tidak terpublikasikan Jilid 3
Seperti kata pepatah “tidak kenal maka tidak sayang”, setelah jilid 1 dan jilid 2 saya menceritakan beberapa kisah-kisah yang pernah terjadi dan dialami oleh awak “Hiu Kencana” kita, kok ya kurang pas rasanya kalau saya tidak membeberkan kemampuan KS Whiskey Class arsenal andalan TNI AL saat itu.
Nah dikarenakan juga ada beberapa permintaan dari Warjagers yang meminta ulasan kemampuan dari KS Whiskey Class ini, maka dijilid 3 ini saya khususkan mengulas sedikit tentang kemampuan KS ini yang di kita sudah sangat melegenda. Oke ?

Kapal Selam Whiskey class.
Kapal selam tipe Whiskey class yang dibuat di Soviet pada sekitar tahun 1950-an, konon kabarnya adalah suatu KS yang didesain berdasarkan desain KS Jerman “tipe XXI” dari masa Perang Dunia ke Dua. Kapal ini memiliki bobot di atas air sebesar 1.100 ton sedangkan displacement (Wasserverdrangung/ volume pemindahan air) nya pada saat menyelam menjadi sebesar 1.300 ton. Panjang 75 meter, lebar 7,5 meter, tinggi dari lunas sampai ke garis air 4,3 meter.
Sistem pendorongannya alias propulsinya menggunakan tiga macam mesin pendorong, jenis pertama dua buah Diesel tipe 37D masing-masing dengan daya sebesar 4000 PK untuk pendorongan di atas air serta pengisian baterai yang mampu mendorongnya untuk mencapai kecepatan sekitar 14 knot di atas air.
Selain itu ada dua buah motor listrik pokok tipe PG 101 yang juga dapat berfungsi sebagai generator pengisian baterai yang masing-masing berkekuatan 5000 PK yang akan memberikan kecepatan setinggi 15 knot saat menyelam.
Di samping itu juga masih ada motor listrik ekonomis tipe PG 103 yang dipergunakan untuk “leisefahrt” alias menyelam di bawah air dengan kecepatan amat rendah, 2 knot, yang noiseless, hampir tidak menimbulkan suara, di mana strategi ini dilakukan saat kita dikejar-kejar kapal atas air lawan. Dengan menggunakan motor ekonomis ini kapal bisa bertahan hampir 200 jam di bawah air. Sistem pendorongannya menggunakan sistem Mechanical transfer of power alias tenaga yang dihasilkan mesin diteruskan kebaling-baling dengan poros fisik melalui beberapa kopling angin.
Pada saat berlayar di atas air, dan pada saat berlayar dengan Rezim DBA/RDP KS dapat melakukan beberapa macam rezim pendorongan. Antara lain KS dapat berlayar dengan dua diesel terhubung ke poros dan dua-duanya memutar generator untuk pengisisan baterai. Rezim ini disebut rezim diesel. Atau pilihan lainnya KS dapat berlayar dengan satu diesel terhubung ke poros baling-baling sambil memutar generator sedangkan pada sisi poros yang lain arus listrik yang diperoleh dari diesel/ generator tersebut dipergunakan untuk memutar motor guna menggerakkan baling baling. Rezim ini disebut rezim pendorongan campuran, atau rezim diesel generator. Rezim ini dilakukan bila baterai sudah penuh atau disebut juga rezim buffer, karena dalam hal ini kita membiarkan baterai floating dan beban arus listrik disangga langsung oleh diesel.
(Catatan buat Warjagers: rezim semacam ini hanya akan terdapat pada KS konvensional yang masih menggunakan sistem “mechanical transfer of power”, dalam artian baling-baling digerakkan oleh diesel prime mover secara langsung melalui kopeling penghubung. Pada KS Diesel elektrik yang lebih modern sistem ini disempurnakan dengan “electrical transfer of power”, di mana diesel tidak terhubung langsung ke baling-baling tetapi harus memutar generator untuk menghasilkan arus listrik, arus listrik yang dihasilkan disimpan kedalam baterai, lalu baru dipergunakan untuk memutar motor listrik yang akan memutar baling-baling).
Pada saat menyelam KS akan menggunakan motor listrik PG 101 nya untuk melaksanakan pendorongan, dengan sumber tenaganya berupa lead cell baterai CY 47 sebanyak 440 sel yang ditata dalam dua ruang baterai, yaitu ruang baterai grup I dan grup II. Masing-masing grup baterai memiliki tegangan sekitar 180 volt (saat batere kosong) sampai 240 volt DC (saat baterai penuh) dan tenaga sebesar sekitar 12.000 AH. Kedua grup batere ini dapat dihubungkan secara seri melalui kontak-kontak dalam stasiun penjalan motor pokok, sehingga tegangan yang akan masuk ke motor listrik pokok akan naik menjadi 480 volt DC.
Untuk dapat berlayar dan melasanakan tugas tempurnya dengan baik, kapal ini diperlengkapi dengan berbagai peralatan navigasi dan elektronika yang saat itu sudah cukup canggih. Guna mengintai lawannya sambil menyelam KS menggunakan dua buah periskop, satu periskop navigasi yang berfungsi sesuai namanya dan satu lagi periskop serang yang terutama dipergunakan saat melaksanakan serangan torpedo terhadap kapal lawan. Untuk mengetahui posisinya dengan tepat kapal ini menggunakan Giro kompas KURS 3 yang setara dengan Anschutz (Standard) 3 buatan Jerman. (Sebagai catatan, Giro Kompas yang terpasang di KS tipe U-209 kita saat pertama kali tiba adalah Giro kompas Anschutz Standard 4 sebagai giro utama, dan Standard 6 sebagai giro dublir).
Sebagai layaknya kapal perang maka KS Whiskey class ini juga merasa perlu untuk menyandang beberapa senjata penghancur. Senjata sampingannya berupa meriam otomatis laras ganda kaliber 20 mm yang dipasang dikubah depan anjungan. (Hanya pada klas Nagarangsang 404 ). Senjata utamanya berupa torpedo dengan kaliber sebesar 21,5 inch (53 cm) dengan berat sekitar dua ton dan mampu meluncur dengan kecepatan sekitar 40 knot/jam atau sekitar 60 km/jam, dengan muatan peledaknya yang beratnya sekitar 400 kg high explosive. Torpedo yang disandangnya ada beberapa jenis, pada empat peluncur torpedo yang berada di haluan jenis torpedonya adalah torpedo steam gas ET 80. Di geladak Ruang Satu atau dikenal juga dengan Ruang Torpedo Depan terdapat lagi delapan torpedo cadangan. Pada dua peluncur yang terletak di buritan, torpedonya biasanya berupa SA-ET 40, suatu versi torpedo kendali yang berkepala pelacak (homing head) akustik. Penggunaan torpedo ini khususnya dilakukan pada saat kita melaksanakan manuver penghindaran setelah selesai menembak sasaran dan kebetulan lagi apes ketahuan musuh terus dikejar-kejar oleh kapal atas air maupun bawah air musuh.
(Torpedo SA-ET 40 ini merupakan perkembangan lanjut dari jenis torpedo Jerman tipe “LUT”, Lage Unabhangiger Torpedo, yaitu torpedo yang dapat ditembakkan tanpa memperdulikan arah baringan lawan, karena torpedo ini akan melacak sendiri kapal lawan yang harus ditenggelamkannya dengan hanya “mendengarkan” suara baling-balingnya saja)
Sebagaimana juga pada KS Jerman tipe XXI yang dijadikan patronnya, KS Whiskey class ini sebenarnya juga memiliki senjata pengelabuan yang setara dengan “Pillenwerfer”, suatu tabung logam yang permukaannya dibuat sedemikian rupa sehingga memiliki “sonar signature” yang hampir sama dengan KS ini sendiri yang dilontarkan melalui peluncur diruang enam.
Pillenwerfer ini akan berfungsi memantulkan pancaran sonar lawan sedemikian rupa sehingga kapal atas air yang mengejarnya akan terkecoh dan memusatkan perhatiannya pada tabung logam ini, sedangkan KS nya sendiri secara diam-diam menyelinap dengan menyelam cepat kekedalaman yang lebih dalam lagi di mana akan ada layer negatif (maupun positif) yang akan lebih melindungi kita dengan mengganggu propagasi sonar mereka yang akan membantu kita meloloskan diri dari deteksi. Ini akan lebih mempersulit lawan untuk mendeteksi KS kita.
(Pillenwerfer bekerja sesuai dengan prinsip kerja Irvin Replica yang dimiliki Angkatan Laut Inggris, hanya kalau pada Replica, yang dipantulkan oleh pelampung yang memiliki radar signature tinggi adalah pancaran radar lawan, pada pillenwerfer yang dipantulkan adalah pancaran sonar)
Kredit foto : contoh Pillenwerfer (irvin Replica) dan sejenis Bold (RBOC (Rapid Bloom Off Board Chaff pada kapal perang)
Kredit foto : contoh Pillenwerfer (irvin Replica) dan sejenis Bold (RBOC (Rapid Bloom Off Board Chaff pada kapal perang)image002
Di samping senjata aktifnya yang dipergunakan untuk menyerang KS tipe Whiskey class ini juga memiliki senjata pasif yaitu senjata pengelabuan/decoy berupa semacam patron penimbul busa yang biasanya ditembakkan dari ruang enam (ruang motor listrik pokok) melalui “peluncur ruang enam”. Bold adalah juga sejenis senjata pengelabuan tapi berlainan jenis dengan Pillenwerfer, Bold ini bersifat pasif yaitu merupakan cartridge Kalium Hidroksida yang dalam perkenaannya dengan air laut akan membentuk suatu kelompok besar busa yang terdiri dari gelembung gas hidrogen, yang kecuali dapat menyelimuti KS kita, gelembungnya juga dapat menyerap pancaran sonar lawan, sehingga pancaran sonar lawan akan seolah olah tidak kena sasaran dan tidak memantul balik ke pesawat penerimanya.
(sekedar catatan : baik Bold maupun Pillenwerfer dipergunakan oleh KS Jerman pada saat Perang Dunia ke II. Bold dipergunakan untuk pertama kalinya pada bulan Juni tahun 1941 oleh Korvettenkapitan (Mayor) Korth, Komandan U-93).
Saat ini pun sebenarnya Angkatan Laut Jerman masih menggunakan peralatan ini tetapi tidak mau mengajarkannya kepada kita walau kita udah membeli KS dari mereka. Yang mereka ajarkan kepada kita hanya cara menggunakan peluncur yang biasa dipergunakan untuk menembakkan peralatan decoy tersebut yang kita kenal dengan sebutan peluncur kesembilan tetapi kita hanya pakai untuk menembakkan signal suar, sebagai peralatan komunikasi bantu saat latihan (atau tanda bahaya / kedaruratan di bawah air, meminta bantun kapal atas air partner dalam latihan dengan peluru signal warna merah). Untung saja awak KS kita punya jiwa militan dan kita bisa mempelajarinya sendiri.
Untuk menjamin kemampuan KS Whisley class dalam berkomunikasi terdapat beberapa macam antena, yaitu satu antena WAN yang dapat tetap dipergunakan juga walau kapal sedang menyelam pada kedalaman periskop, sedangkan lainnya antena Stick yang hanya dapat dipergunakan untuk transmisi pada saat kapal berada di atas air saja dan Antena Lier yang membentang dari belakang anjungan keburitan kapal dan juga hanya dapat dipergunakan saat kapal berada di atas air. Di samping itu masih terdapat juga antenna Radio Direction Finder yang dikenal dengan nama “Quad Loop”.
Antena Wan maupun antena stick kedua-duanya merupakan antena yang dibutuhkan untuk memancarkan dan menerima signal gelombang radio komunikasi, sebagaimana pada radio pemancar (Tx) dan penerima (RX) pada umumnya. Hanya bedanya antena stick merupakan antena yang dipasang pada geladak anjungan sehingga akan terendam air saat kapal menyelam sehingga tidak dapat dipergunakan untuk mengirimkan ataupun menerima pancaran gelombang radio. Antena Wan dipasang pada suatu tabung alat angkat yang pada saat KS menyelam dapat dinaikkan sampai keatas permukaan air sehingga tetap berada di udara sekitar setengah meter dan tetap kering, karena itu akan tetap dapat dipergunakan untuk mengirim maupun menerima signal gelombang radio, juga pada saat kapal menyelam pada kedalaman periskop.
Radio pemancar dan penerima yang dipergunakannya adalah KW 1 yang bertenaga 1 Kw dan UKW. Dengan KW 1 maka komunikasi antara Surabaya sebagai basis KS ex Rusia di Indonesia dengan Wladiwostok sebagai home base dari mana kapal kita berasal walaupun jaraknya ribuan mil kedengarannya seperti kita berkomunikasi lewat telpon rumah biasa amat jelas dan jernih hehehe…
Sedangkan Antena lier lain lagi, antena ini merupakan seutas kabel yang direntangkan dari bagian belakang anjungan ke arah ekor kapal dan juga dipergunakan untuk memancarkan dan menerima signal gelombang radio yang menggunakan frekuensi umum. Antena Lier sebagaimana juga dengan Antena Stick tidak dapat dipergunakan pada saat kapal menyelam karena akan berada di bawah permukaan air.
Kredit foto : Antena RDF (Radio Direction Finder) atau pelacak posisi dengan menggunakan signal radio pada  KS yang dikenal dengan nama sandi “Quad Loop”.
Kredit foto : Antena RDF (Radio Direction Finder) atau pelacak posisi dengan menggunakan signal radio pada KS yang dikenal dengan nama sandi “Quad Loop”.image004
Untuk mampu mendeteksi lawan secara aktif dengan menggunakan pancaran gelombang elektro magnet di KS Whiskey Class terdapat peralatan radar tipe FLAG, sedangkan dalam rangka peringatan dini akan adanya bahaya pancaran radar lawan terdapat Radar Pasif ANKER (dikenal di lingkungan NATO dengan codename “Snoop Plate”), atau bahkan Radar Jamming System tipe NAKAD (yang dikenal dengan codename “Stop Light”). Terdapat pula antenna Radio Direction Finder yang dikenal dengan nama “Quad Loop”.
Untuk bernavigasi di bawah air dimana pancaran gelombang electromagnet tidak berdaya, masih terdapat peralatan akustik berupa Sonar Aktif tipe FENIX dan Sonar Pasif tipe TAMIR L3. Prinsip kerja sonar tepat sama dengan prinsip kerja radar, bedanya hanya terletak pada medium yang dipancarkan. Kalau radar memancarkan gelombang elektro magnetik maka sonar memancarkan gelombang akustik. Cara penentuan letak sasaran dan jarak sasaran pun tepat sama seperti pada radar.

Sejarah Singkat Whiskey Class
Pada saat kita berusaha memebebaskan Irian Barat dari cengkeraman Belanda, hampir semua usaha sudah kita lakukan mulai dari kegiatan diplomatis sampai usaha fisik yaitu mempersiapkan perang untuk memerdekakan wilayah kita yang masih dalam penjajahan Belanda itu. Hal ini terpaksa dilakukan karena alih-alih Belanda tetap ngotot mempertahankan Irian Barat dengan menambah kekuatannya antara lain yang paling menonjol adalah dengan mengirimkan kekuatan Angkatan Lautnya yang terdiri dari beberapa detroyer, seperti Tjerk de Hydes dan puncaknya kapal induk Karel Dorman. (target yang paling diincar Pembom Strategis TU. 16 nya TNI AU sama KS Whiskey Class nya TNI AL).
Usaha usaha fisik yang kita lakukan antara lain adalah memperkuat kesenjataan Angkatan Perang kita, baik Angkatan Udara, Angkatan Darat dan tidak ketinggalan pula Angkatan Laut. Gambaran yang jelas dari perkuatan Angkatan Laut kita saat itu adalah hadirnya kapal perang, mulai dari River Gunboat (yang diberi nama Ular, seperti Ular Senduk, Ular Sanca dan lainnya), Motor Torpedo Boat Jerman (yang diberi nama nama binatang buas, kayak Macan Kumbang, Macan Tutul dan lainnya), Raketni Kater / kapal cepat strategis berpeluru kendali P-51 klas Osa (yang diberi nama keris sakti milik para tokoh pewayangan, seperti Pulanggeni, Sarpawi sesa, Kelaplintah, Hardadedali dan lainnya.) dan Motor Torpedo Boat Rusia (yang diberi nama Angin, seperti Angin Gending, Angin Mamiri, Angin Bahorok dan lainnya) serta Fregat klas Riga dan Destroyer klas Skoryy ( yang diberi nama dengan nama para Pahlawan kita, seperti Sultan Iskandar Muda, Nuku,Kaki Ali, Siliwangi, Diponegoro dan lainnya).
image005
Disamping kekuatan atas air yang tersebut, Angkatan Laut kita juga diperkuat dengan kekuatan yang “enggak kelihatan” alias kekuatan bawah air yaitu berupa kekuatan kapal selam. KS Angkatan Laut kita saat itu adalah dari tipe “Whiskey Class”, baik kapal dari jenis yang memiliki senjata meriam laras ganda kaliber 20 mm, yang dipasang di kubah meriam didepan anjungan (kapal bersenjata semacam ini dikenal dengan istilah kelas Nagarangsang / 404) atau pengadaan KS tahap I dan II, dan juga jenis kapal yang tidak memiliki senjata dianjungan (yang dikenal dengan istilah kelas Bramastra / 412).

Pengadaan KS tahap III.
image006
Kredit foto : KS Whiskey “Nagarangsang Class”
Kredit Foto : KS Whiskey “Bramastra Class”
Kredit Foto : KS Whiskey “Bramastra Class”

Nama nama yang dipersiapkan bagi KS ini, sesuai dengan kemampuannya sebagai senjata yang bersifat strategis adalah nama senjata ampuh yang dimiliki oleh para tokoh pewayangan, seperti KRI Cakra (401), KRI Nanggala (402), datang dalam pengadaan tahap I datang Bulan September tahun 1959.
Tahap II pada Bulan Desember 1961 datang lagi 4 KS Whiskey Class yaitu : KRI Nagabanda (403), KRI Nagarangsang (404), KRI Trisula (405), KRI Candrasa (406).
Tahap III pada Bulan Desember 1962 datang lagi 6 KS Whiskey Class yaitu : KRI Alugoro (407), KRI Cundamani (408), KRI Wijayadanu (409), KRI Pasopati (410), KRI Hendrajala (411) dan KRI Bramastra (412).
Hingga total ada dua belas Kapal Selam (KS) yang diterima oleh Angkatan Laut kita pada masa masa itu yang membuat Angkatan Laut kita menjadi Armada Kekuatan Bawah Air yang terbesar di Belahan Bumi Selatan.
Saat ini sayangnya hampir tidak ada satupun dari KS Whiskey Class di atas yang masih secara fisik berada di lingkungan Angkatan Laut karena usianya yang sudah sepuh. Bersambung…
“Wira Ananta Rudhiro”
“Jalesveva Jayamahe”
“NKRI harga mati!”
by: Pocong Syereem

Pakai HP Prajurit, Panglima Perintahkan Siapkan Pasukan Marinir

Panglima TNI Jenderal Moeldoko saat memberikan sambutan dalam kegiatan serah terima 24 unit panser di Markas Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian,Sentul, Jawa Barat, Jumat (14/03/2014).
JAKARTA, KOMPAS.com — Panglima TNI Jenderal Moeldoko melanjutkan inspeksinya ke Mako Pasukan Marinir (Pasmar) Brigif 2, Cilandak, Jakarta Selatan, Jumat (2/5/2014) siang. Sebelumnya, ia mendatangi Markas Kopassus di Cijantung, Jakarta Timur.
Saat tiba, Moeldoko langsung bergerak menuju pos penjagaan yang terletak di depan Mako Pasmar. Di pos tersebut, ia meminta salah seorang anggota marinir yang berjaga untuk menghubungi atasannya agar menyiapkan pasukan.
“Hubungi atasan kamu untuk siapkan pasukan,” perintah Moeldoko.
Anggota tersebut rupanya tampak sedikit canggung dan bingung. Pasalnya, di pos itu tidak ada alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menghubungi atasan mereka. “Siap,” kata anggota tersebut. Namun, ia tak segera menghubungi atasannya.
“Mana HT (handy talkie) kamu? Tidak ada? Handphone ada?” tanya Moeldoko.
Saat berkomunikasi lewat ponsel milik prajurit, atasan anggota itu sepertinya tidak mengetahui bahwa tengah berbicara dengan Panglima. Hal tersebut terdengar dari nada percakapan Moeldoko kepada perwira yang dihubunginya.
“Ini Panglima. Cepat siapkan anggota kamu, saya mau mengecek,” kata Moeldoko.
Setelah Moeldoko menutup telepon, ribuan pasukan marinir mulai bergerak dari barak masing-masing menuju lapangan. Pasukan itu terdiri dari Batalyon Infanteri 2 Pasopati, Batalyon Infanteri 4 Candraca, Batalyon 6 Nanggala Artileri, Denjaka, Batalyon Bantuan Tempur, dan Batalyon Kavaleri.
Selain itu, sejumlah kendaraan tempur milik marinir seperti tank amfibi BMP 3F dan LVT 7 juga diikutkan dalam apel tersebut. Persiapan tersebut membutuhkan waktu sekitar 20 menit.
Berdasarkan inspeksinya, Moeldoko mengakui masih ada kelemahan dalam persiapan pasukan marinir, terutama dalam komunikasi. Untuk itu, ia berjanji akan membenahi pasukan tersebut.
“Memang ada kelemahan sekarang ini. Kelemahan handphone ini menjadikan kita kurang berkomunikasi dengan radio HT, rata-rata sekarang sudah pakai handphone, padahal HT itu sebagai sarana penunjang,” ujarnya.  (kompas.com)

JKGR. 

Kesiapan Pasukan di Markas Kopassus

Sidak yang dilakukan Panglima TNI Jenderal Moeldoko di Mako Kopassus di Cijantung akarta Timur, Jumat (2/5/2014), dalam rangka melihat kesiapan pasukan jelang Pilpres di bulan Juli.


Melihat kedatangan Moeldoko yang mendadak, beberapa pasukan bergegas bersiap di lapangan
Danjen Kopassus Mayjen TNI Agus Agus Sutomo memerintahkan semua anak buahnya bersiap, segera masuk ke asrama mereka dan berganti pakaian.
Kedatangan Panglima TNI Jenderal Moeldoko dalam melakukan sidak memang terbilang mendadak.
Namun, Para pasukan di Mako Kopassus di Cijantung juga dengan sigap dan cepat bersiap dan segera berbaris.
Terlihat semangat para pasukan saat sidak berlangsung.
Pasukan Anti Terror terlihat sudah berbaris dengan pakaian lengkap.
Pasukan terlihat berbaris dengan pakaian lengkap dan menenteng senjata.
Pakaian loreng dan bersenjata terlihat berbaris rapi saat sidak.
Panglima TNI Sidak Markas Kopassus
Kedatangan Panglima TNI Jenderal Moeldoko disambut prajurit Kopassus di Cijantung,  Jakarta Tinur
Panglima TNI Sidak Markas Kopassus
Barisan  Kowad juga ikut disidak

Sumber : http://news.detik.com

JKGR. 

Keunggulan Helikopter Baru TNI AL, Anti-Kapal Selam

 
Dua Helikopter Eurocopter Tiger H61 ikut serta dalam pertunjukan udara pada pameran dirgantara Paris Air Show, di bandara Le Bourget, Prancis (17/6). REUTERS/Pascal Rossignol.
Dua Helikopter Eurocopter Tiger H61 ikut serta dalam pertunjukan udara pada pameran dirgantara Paris Air Show, di bandara Le Bourget, Prancis (17/6). REUTERS/Pascal Rossignol.
TEMPO.CO, Jakarta – TNI Angkatan Laut akan mendatangkan helikopter anti-kapal selam jenis AS565 Panther. Helikopter ini lebih hebat dibanding helikopter lain milik TNI. Kelebihan pesawat ini adalah kekuatan jelajahnya yang tinggi dan daya jangkau deteksi keberadaan kapal selam musuh yang lebih luas. Helikopter ini juga memiliki stabilitas yang baik untuk mendarat di atas kapal perang.
Bagi penerbang militer, helikopter buatan Eurocopter ini sulit ditaklukkan. Pilot harus bisa mendaratkan kapal ketika kondisi kapal tak stabil akibat ayunan gelombang laut ataupun yang tengah melaju. “Jadi, pilot harus menyelaraskan gerakan kapal, makanya helikopter untuk kapal perang harus memiliki sistem pendaratan berupa roda seperti Panther, karena ada suspensi yang menahan hentakan saat mendarat,” kata Kepala Pusat Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama Untung Suropati kepada Tempo, Senin, 28 April 2014.
TNI AL berencana mendatangkan satu skuadron atau 16  helikopter  baru  Eurokopter. Saat ini Angkatan Laut sangat membutuhkan helikopter anti-kapal selam tersebut. Sebab, TNI AL belum punya helikopter anti-kapal selam yang mumpuni.
Untung berharap helikopter tebaru ini bisa mengawali pembangunan kekuatan udara milik TNI AL. Sebab, tahun 1950-1970, TNI AL punya kekuatan udara terbesar di Asia Tenggara.
Pada masa itu, TNI AL sudah memiliki pesawat anti-kapal selam Fairey AS. 4 Gannet buatan Inggris. Pesawat ini tergolong hebat sebagai pembunuh kapal selam. Lebih seram lagi, TNI AL sempat punya pesawat jet pengebom IL-28T Beagle buatan Uni Soviet. “Masih ada beberapa pesawat dan helikopter lainnya,” katanya. (TEMPO.CO)

Angkatan Laut Tambah 16 Helikopter Baru

TEMPO.CO, Jakarta – Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut akan menerima alat utama sistem persenjataan baru berupa helikopter anti-kapal selam jenis AS565 Panther. Angkatan Laut sudah mengajukan permohonan pengadaan helikopter tersebut ke Kementerian Pertahanan.
“Kami mintanya satu skuadron (16 buah), dan di Kementerian Pertahanan saya dengar hampir kontrak. Kapan datangnya, kami belum tahu,” kata Kepala Pusat Penerangan TNI AL Laksamana Pertama Untung Suropati kepada Tempo, Senin, 28 April 2014.
Menurut Untung, Angkatan Laut sangat membutuhkan helikopter anti-kapal selam tersebut. Sebab, saat ini TNI AL belum punya helikopter anti-kapal selam yang mumpuni. Helikopter Panther ini dinilai punya kemampuan yang bagus untuk mendeteksi kapal selam musuh yang bersembunyi di dalam laut. Helikopter buatan Eurocopter ini juga mampu menembakkan torpedo untuk mengandaskan kapal selam musuh dari atas permukaan laut.
Sesuai rencana, helikopter Panther akan ditempatkan di atas dek kapal perang milik TNI AL. Sebab, fungsi helikopter anti-kapal selam ini merupakan perpanjangan mata dan tangan dari sebuah kapal perang. “Jadi bisa dibilang filosofi helikopter kami berbeda dengan Angkatan Udara,” katanya.

“TRUE STORY” Secuil Kisah Awak “Hiu Kencana” Jilid 2

 
Whiskey Class Submarine
Whiskey Class Submarine

“TRUE STORY”
Secuil Kisah-kisah Awak “Hiu Kencana” yang tidak terpublikasikan Jilid 2
Kisah ini sengaja saya tulis berdasarkan catatan-catatan tertulis yang saya punya dan juga cerita-cerita dari para “Silent Warrior” pinisepuh saat mereka dulu bertugas mengawaki “Hiu-hiu besi” kita dalam menjaga Kedaulatan NKRI yang mungkin selama ini belum pernah terpublikasikan. Dan tulisan ini saya dedikasikan juga kepada seluruh “Beliau-beliau” tadi berikut juga dengan para “Silent Warrior” muda yang kini masih bertugas mengawal NKRI.
Kalau di jilid pertama berisi kisah-kisah “Koplak” yang benar-benar pernah terjadi (menurut bahasane Bung Lare Sarkem hehehe….) di Jilid Dua ini saya menulis kisah-kisah yang pernah terjadi menyangkut kejadian-kejadian yang serius. Dan enggak lupa tulisan ini saya buat secara bersambung (soale dibuat di sela-sela kesibukan saya alias kalau lagi mood dan ada waktu luang ya nulis, kalo enggak mood ya males nulis soale kerjaan saya bejibun banyaknya). So harap maklum kalo-kalo nanti artikel sambungannya lamaaa banget keluarnya.
Kredit Foto : KS Whiskey Class
Kredit Foto : KS Whiskey Class

Kegagalan Menyelam saat Philindo Joint Exercise
Ini adalah cerita lanjutan pada saat Angkatan Laut kita mengikuti kegiatan Latihan Bersama dengan Philipina dengan sandi Philindo (Philipine Indonesia Joint Exercise) singkat cerita setelah membuat heboh USAF itu, KS kita sampai ke Manila dan disambut dengan upacara militer. Beberapa saat kemudian para pejabat dan seluruh Komandan kapal perang kita diundang untuk rapat, buat menentukan pelaksanaan latihan yang akan dimulai esok hari.
Besoknya latihan dilaksanakan. KS kita selalu berada di bawah air. Kapal kita yang mensimulasikan “pihak merah” mendekati iring-iringan kapal “pihak biru” yang akan mendaratkan pasukan di suatu beach head dan menembakkan torpedo ke kapal pengangkut pasukan. Kena dan tenggelam. Secara teoritis operasi pendaratan gagal. Oke itu skenario Perang Anti Pendaratan yang harus dilaksanakan oleh KS kita dari Pihak Merah. Tetapi latihan pendaratan tetap saja berlangsung, kapal pendarat tank meluncurkan tank tank amphibi yang merupakan kombinasi yang amat asing dimana tank-tank amphibi Filipina yang berasal dari Amerika dengan silhouttenya yang tinggi, dan tank amphibi kita PT-76 yang berasal dari Soviet / Rusia, dengan silhouttenya yang rendah, kedua jenis tank ini bekerja bersama menyerbu pantai musuh.
Babak pertama latihan selesai, KS kita tidak kembali ke Manila melainkan ke Cebu di Distrik Barat pulau Mindanao dan merapat di sana serta beristirahat. Kemudian datanglah saat yang paling penting, dimana kehadiran KS kita amat dinantikan dalam skenario pamungkas latihan perang ini yaitu Operasi Anti Kapal selam. KS kita sebagai bagian dari kekuatan Merah akan menyusup ke arah kekuatan lawan yaitu kelompok kapal Biru.
Kita berangkat sehari lebih dahulu dari mereka dan menunggu di daerah latihan. Seperti biasa sebelum melaksanakan penyelaman musti dilakukan berbagai prosedur, saat percobaan kekedapan segalanya beres. Ruangan-ruagan semuanya vacum, yang berarti tidak ada katub luar yang bocor. Tetapi ketika kita kemudian menyelam tiba-tiba saja tidak seperti biasanya, kapal terasa berat. Dan disusul kemudian dengan laporan awak dari Ruang Lima alias Ruang Diesel Pokok yang melaporkan bahwa katub ganda bocor, air masuk melalui katub pemberi udara diesel.
Komandan lalu memerintahkan kapal timbul di permukaan dan segera diadakan pemeriksaan. Ternyata benar ada bearing pada stang Malteser kreus getriebe: (peralatan pengarah gerakan, yang dapat membuat suatu benda (dalam hal ini, piringan katub) menempati kedudukan tegak lurus pada dua bidang secara bergantian, sekali pada bidang horisontal dan dalam kesempatan yang satunya, pada bidang vertikal) penggerak katub ganda termakan sebagian, sehingga katub tidak dapat menutup dengan penuh, tetapi, menggeronggang di bagian atas.
Team perbaikan yang terdiri dari Sersan Hardi Supardji, Juru Diesel Satu, dan dua orang awak mesin sebagai pembantu di bawah pimpinan KKM langsung mulai beraksi. ada pula Sersan Kamari, Juru Torpedo Satu yang memang terkenal ringan tangan ikut membantu perbaikan ini. Ombak Laut Zulu yang terkenal ganas tidak memberi ampun pada awak KS kita yang bekerja di bawah geladak karena setiap saat bisa saja ditenggelamkan oleh ombak yang naik melebihi ketinggian geladak.
Pengiriman alat kerja dilaksanakan dengan anggota yang hanya boleh berjalan ke tempat awak yang sedang bekerja memperbaiki kerusakan kalau sedang tidak ada gelombang. Itupun masih dengan pengamanan yaitu pinggangnya diikat dengan tali buangan untuk jaga-jaga kalau sampai tersapu oleh gelombang akan gampang menariknya kembali ke kapal.
Awak KS yang bekerja di bawah geladak juga mendapat aba-aba dari Sersan Kamari manakala ada gelombang datang sehingga sempat menahan nafas terlebih dahulu. Awalnya kelihatan pekerjaan ini membuahkan hasil, katub ganda dapat duduk manis pada sittingnya. Lalu diadakan percobaan kekedapan. Ternyata hasilnya malah bocor besar!.
Dari pengamatan terhadap kedudukan katub mendapati bahwa katub jatuh sampai kira-kira sepuluh milimeter dari tempat kedudukannya. Dan usaha dari para awak KS yang tidak mengenal bahaya tadi itu ternyata tidak membuahkan hasil. Bearing pada stang katub ganda yang oval tidak memungkinkan katub menutup dengan duduk rapat pada seluruh lingkaran sitting katub, akan tetapi hanya duduk sebagian. Dari bagian yang lowong inilah air masuk kedalam Ruangan Lima. Kesimpulannya adalah bahwa katub ganda tidak mungkin diperbaiki di laut karena kita harus mengadakan penggantian bearing tersebut.
Komandan KS kita saat itu Pak Soeprajitno, (terakhir beliau berpangkat Laksamana Pertama), melihat jerih payah anak buahnya yang tidak main-main dalam berusaha memperbaiki katub tersebut bahkan boleh dibilang menantang maut, secara bijaksana mengambil alih masalah. Beliau melaporkan kejadian ini kepada kapal pimpinan bahwa KS kita tidak dapat menyelam karena kerusakan fatal yang tidak dapat diperbaiki di laut karena terbatasnya peralatan kerja.
Untungnya Pimpinan Gugus Tugas menyetujui KS tidak melakukan tugas penyelaman. Perhitungannya toh sebelumnya KS kita telah sering berdemonstrasi menyelam melintang haluan mereka di bawah air dalam kesempatan-kesempatan latihan yang kemarin, seperti pada saat mereka merencanakan mendaratkan pasukannya di beach head. Sudah pasti hal ini membuat Angkatan Laut Filipina menjadi kecewa, tetapi yang penting mereka sudah pernah merasakan toh diserang oleh KS kita alias Angkatan Laut dari pihak Merah.

Misteri Laut Banda.
Suatu saat KRI Bramastra 412, sedang melakukan patroli di wilayah pedalaman laut Indonesia bagian Timur, saat itu KS kita ini dikomandani oleh Kapten Oentoeng Sarwono dan KKM kapten Soehana. Singkat cerita akhirnya sampai juga KS kita ke daerah operasi di Laut Banda.
Seperti biasa diadakan perhitungan trimm dengan menggunakan data data dari pengetriman yang lalu yang telah dilakukan berkali kali selama dalam perjalanan untuk persiapan menyelam di tempat baru ini. Seluruh ruangan dipersiapkan untuk menyelam, sebelumnya kotoran dan sampah dibuang keluar agar tidak lebih memperburuk suasana ruang hidup para awak KS kita saat menyelam nanti. Katup-katup yang harus terbuka saat menyelam dibuka dan yang harus tertutup ditutup. KKM bertanggung jawab untuk memeriksa kebenaran kedudukan katub-katub tersebut sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Setelah semua ruangan siap, mereka melaporkan kesiapannya ke sentral. Walau sudah setiap kali diadakan latihan subtrimmen, tetapi setiap kali menyelamkan KS adalah suatu hal yang senantiasa tetap saja harus melalui suatu prosedur yang ketat.
Komandan telah turun dari anjungan dan juru TASL dua melaporkan pintu atas rubka alias bilik tempur telah tertutup. KS diperintahkan untuk diselamkan. Pada awalnya segala sesuatu berjalan sesuai prosedur. Tetapi ketika KS seharusnya sudah mulai mau masuk ke kedalaman air mulailah terjadi hal yang tidak bisa dimengerti. Tangki pengatur telah diisi air lebih dari perhitungan, tetapi tetap saja KS tidak bergeming, tetap saja tuh mengapung di permukaan. Isian tangki pengatur ditambah lagi, dan ditambah lagi, tetapi tetap saja tidak ada tanda tanda bahwa KS mau masuk ke kedalaman air laut.
Sampai isian tangki hampir penuh pun KS tetap setengah terapung dengan santainya di permukaan. Seluruh sistem-sistem yang diperkirakan menjadi penyebab KS tidak bisa menyelam dicek dan dicek ulang berkali-kali, termasuk sistem ventilasi tangki bahan bakar, yang apabila tidak tercerat dengan sempurna bisa menimbulkan hambatan saat menyelam. Kalau menurut teori gejala gangguan adanya bantalan udara ditangki bahan bakar sehingga menimbulkan hambatan saat KS menyelam bukan seperti ini. (Dalam hal gangguan tersebut berasal dari bantalan udara dalam tangki bahan bakar, bila dipaksakan KS mau juga menyelam walau dengan susah payah, dan setelah mencapai kedalaman tertentu KS akan mengalami perubahan kesetimbangan atau Buoyancy = Gravity, menjadi berat dan cenderung turun terus kekedalaman yang lebih besar. Hal ini terjadi karena gelembung udara yang ada dalam tangki mengecil karena tekanan air laut di kedalaman dan akibatnya daya sangganya berkurang.)
Akhirnya karena tidak bisa diketemukan sebabnya, Komandan memerintahkan membatalkan rencana menyelam dan memerintahkan mengadakan pemeriksaan mengapa KS membandel dan menolak untuk diselamkan. Baru kali ini dalam setiap operasi yang dijalaninya KRI Bramastra 412 ini membandel tidak mau nyelam. Padahal sebelumnya untuk mempersiapkan KS siap menyelam setiap saat bila ada bahaya telah sering diadakan subtrimmen dalam latihan sehari-harinya.
KS kemudian ditimbulkan ke permukaan. Setelah TPP (tangki pemberat pokok) tengah, nomor empat dan lima dihembus dengan UTT (Udara Tekanan Tinggi, 200 Kg/Cm2, dan kemudian TPP depan dan TPP belakang dihembus dengan system UTR (Udara Tekanan Rendah, gas bakas diesel yang bertekanan 0,7 Kg/Cm2, maka kapal telah berada dalam keadaan timbul penuh.
Pertanyaannya adalah kenapa bisa seperti itu? Kenapa KS kita enggak mau menyelam ?.
(sedikit pencerahan untuk Warjagers)
Setelah seluruh awak KS mengadakan pemeriksaan, antara lain dengan mengambil sample air laut dari permukaan. Pemeriksaan dengan areometer menunjukkan bahwa BD (Berat Djenis) air laut di permukaan saat itu lebih tinggi sekitar 34 point dari BD air laut yang dipergunakan sebagai data perhitungan trim terakhir. Kelihatannya sih sepele beda yang hanya 34 point tersebut tidak ada artinya. Akan tetapi dalam kenyataannya beda 34 point tersebut bila dikalikan dengan volume KS saat menyelam yang besarnya 1400 meter3 akan memberikan daya apung ke atas sesuai dengan Hukum Archiemedes sebesar 1347,6.ton.
Ckckckck Pantes saja KS menolak untuk menyelam wong beratnya yang hanya 1300 ton disangga oleh suatu daya apung yang besarnya jauh lebih besar dari berat kapal. Bayangkan saja isian tangki pengatur maximal adalah 17 ton. jadi dengan tangki pengatur diisi penuh pun misalnya berat KS hanya akan menjadi 1317 ton, sudah pasti dengan berat segitu itu juga KS belum bisa menyelam. Masih dibutuhkan ballast tambahan sebesar 30,6 ton untuk bisa menyelamkan kapal di laut Banda itu. ini sering disebut juga sebagai teori “Cycles Groen” yaitu suatu lapisan air di laut yang memiliki BD lebih besar dari BD air laut di sekelilingnya, akan tetapi mengambang di atas air yang memiliki BD yang lebih rendah.
Sesunguhnya Lautan di Indonesia itu penuh misteri.
 Kredit foto : KS Whiskey Class saat mengintai dalam kedalaman periskop

Kredit foto : KS Whiskey Class saat mengintai dalam kedalaman periskop

Infiltrasi di Baucau Yang Hampir Gagal
Pada saat-saat awal pergolakan di Timor-timur, KRI Pasopati 410 diperintahkan untuk berpatroli ke daerah tersebut dari Pangkalan Surabaya. Seperti biasa awak KS kita melaksanakan rutinitasnya, keluar dari pelabuhan setelah mendapat kedalaman yang cukup aman untuk menyelam dan kira-kira tidak akan ada gangguan dari kapal atas air yang berlalu lalang, KS melaksanakan trimmen.
Dalam trimmen yang dilakukan dengan kecepatan di Laut Bawean, Data-data isian tangki termasuk waktu trimmen tersebut dicatat oleh Sersan Juatim, Juru TAS-L satu, guna melaksanakan perhitungan dalam penyelaman yang berikutnya. Begitulah rutinitas para awak KS kita yang dilakukan dalam sepanjang perjalanan menuju Daerah Operasi.
Setelah sampai di Daerah Operasi, KS mengulangi dan melaksanakan lagi prosedur tersebut, menyelam dan subtrimmen terakhir kali sebelum menuju daerah musuh. Setelah subtrimmen berhasil perjalanan terus dilanjutkan. KS kita terus patroli pulang pergi, dari Timur ke Barat, lalu balik lagi dari Barat ke Timur dengan cara berlayar dan menyelam begitu seterusnya sampai pada suatu hari KS kita ini memperoleh perintah Komando untuk mengintai pantai di depan Bacau, istilah kerennya mengadakan operasi “potint” alias “photo intelligence”.
Dari Selatan KS kita sudah peran menyelam dan mendekati target dengan berlayar pada kedalaman periskop dengan hati hati. Sepertinya segala sesuatunya berjalan terlalu lancar untuk suatu operasi pengintaian. Tetapi tiba-tiba saja, Komandan yang selalu lekat dengan periskopnya tiba-tiba berteriak “…waaaah anjungan naik…” Lalu sesaat kemudian berteriak lebih histeris lagi “…haluan naik, haluan naik, bagaimana ini…bagaimana ini kok bisa begitu…”. Segala sesuatunya seperti tidak terkendali lagi. Situasi ini berjalan beberapa menit tanpa ada sesuatu perintah apapun dari Komandan untuk mengatasi keadaan darurat ini (mungkin Beliau tidak sempat berpikir logis karena saking paniknya).
Bagaimana kalau ada kapal atas air musuh yang menunggu di permukaan atau kalau ada meriam pantai yang siap menembak, apa situasi KS kita ini bukan kayak “sitting duck”, yang enak betul tinggal diincar dan ditembak?.
Untung saja para penjaga meriam pantai di Bacau tidak bereaksi sedikitpun. Entah karena mereka enggak bisa membedakan antara kapal selam dengan ikan paus atau karena meriam pertahanan laut mereka jenisnya kayak meriam “si Jagur”, keramatnya “Museum Fatahillah” sano, yang kalau ditembak harus diisi mesiu dulu dari depan, disodok-sodok sampai padat, terus pelurunya yang bulet dimasukkan dan baru ditembakkan itu juga setelah sumbunya dinyalain pake korek api. Hehehe… (mungkin lho ya!). Saya juga enggak tahu soale dicatatan tertulis yang saya punya enggak disebutin alasannya (lha iyalah wong mereka nggak sampai infiltrasi langsung nginjek pantainya! Hehehe…)
Untunglah “penyembulan tiba-tiba” tersebut tidak seberapa lama, KS secara tiba-tiba kembali masuk ke kedalaman periskop dan jalan terus mendekati Bacau, mengambil beberapa kali potret-potret pantai, dan setelah itu putar haluan kembali menuju arah laut dalam dan keluar dari daerah musuh.
Begitulah setelah KS kita memutar haluan dan keluar dari pantai Bacau kembali ke laut dalam KS kita mengalami hal yang sama lagi. KS naik lagi ke permukaan secara tiba-tiba persis seperti tadi. Cuma bedanya karena haluan sudah menjauh dari moncong meriam “si Jagurnya” pantai Bacau maka sang Komandan, sudah enggak sepanik tadi lagi.
 Kredit Foto : Glubinomehr, alat pengukur kedalaman selam.

Kredit Foto : Glubinomehr, alat pengukur kedalaman selam.

Pelajaran dari hal ini atau sedikit ilmu lagi untuk Warjagers semua adalah :
Bahwa arus naik akan mengangkat KS kita dari bawah. Dengan katup ventilasi TPP tertutup maka penampang garis air (auftrieb gegen horizontale oberflache) KS kita akan amat luas, arus naik akan amat berpengaruh terhadap penampang tersebut. Dan disamping itu TPP KS kita akan menjadi semacam “kantongan” yang akan menampung daya angkat tersebut sehingga KS akan semakin terangkat naik. Karena itu seharusnya katup ventilasi pokok TPP dibuka saat mengalami hal tersebut dan ditutup kembali sesuai prosedur setelah hal tersebut terlewati. Dan disaat yang bersamaan pula Komandan seharusnya memberikan perintah untuk menyelamkan kemudi depan dan belakang serta mempertahankan kedalaman dengan gaya dinamis kapal. Tanpa ada perintah komandan, schipper yang kurang tanggap akan diam saja dan akibatnya ya KS nya naik tiba-tiba kepermukaan kayak tadi.
Sebetulnya yang paling pokok adalah bahwa gejala-gejala tersebut sebenarnya dapat diketahui sejak dini dan dapat diantisipasi sebelumnya kalau saja awak KS terutama KKM (kepala Kamar Mesin) saat itu mau mengawasi glubimomehr (alat pengukur dalam selam) dengan baik dan benar, dan dapat mengetahui akan kemana perginya kapal, naik atau turun. Kan kelihatan tanpa kita mengurangi muatan kapal naik, berarti pasti ada gaya external yang mengangkat kapal. Dan gaya semacam ini hanya bisa serta hanya boleh diatasi dengan gaya dinamis dengan mengaktifkan kemudi horizontal. (ini menurut saya lho yah…)
Kredit Foto :  Ruang sentral pengendalian KS: diperiskop Komandan sedang mengintai situasi permukaan air, dipos tempur kemudi horisontal, Schipper sedang mengendalikan kedalaman selam dan trimm. Perhatikan banyaknya jentera katup, manometer dan peralatan lainnya, yang kesemuanya harus dihafal diluar kepala oleh awak kapal. Meteran besar yang ada didepan Schipper adalah Glubinomehr, alat pengukur kedalaman selam.
Kredit Foto : Ruang sentral pengendalian KS: diperiskop Komandan sedang mengintai situasi permukaan air, di pos tempur kemudi horisontal, Schipper sedang mengendalikan kedalaman selam dan trimm. Perhatikan banyaknya jentera katup, manometer dan peralatan lainnya, yang kesemuanya harus dihafal diluar kepala oleh awak kapal. Meteran besar yang ada didepan Schipper adalah Glubinomehr, alat pengukur kedalaman selam.

Nekad Ke Palembang lewat Sungai Musi
Di dalam hampir semua kegiatan Armada KS Whiskey class kita pasti senantiasa ikut aktif dan tidak pernah absen, walau kehadirannya dilakukan dengan bergantian. Salah satunya adalah kegiatan berlayar dalam bentuk Eskader (Mengadakan pelayaran bersama dengan mengikut sertakan banyak kapal dari berbagai jenis) dengan nama GT (Gugus Tugas) 71.1. di bawah Komandan Gugus Tugas, Kolonel (saat itu) Pak Rudolf Kasenda.
Hari H dan sesuai dengan RO (Rencana Operasi) semua kapal berangkat bersama-sama. Tetapi seperti biasa KS diberangkatkan lebih dahulu pagi-pagi banget, beberapa jam sebelum kapal-kapal lain berangkat. Hal ini biasanya disesuaikan dengan pasang surut air, sebab kalau kita keluar agak siang dan air telah mulai surut maka ada kemungkian KS kita akan terjebak di ”sepitan maut” yang dulu udah pernah saya tulis di artikel “hoax” sekilas Kilo. Hehehe…
Kalau kapal-kapal lain berangkat dari Dermaga Madura dengan segala upacara kebesaran pakai tiup tenang segala, kalo KS kita cukup berangkat diam-diam saja. (dengan acara tiup tenang kapal lewat cukup dengan schipper salah satu kapal yang parkir di dermaga dock kapal selam, dengan beberapa deputasi Perwira. Maklum berangkatnya jam empat pagi).
Kredit foto : Awak KS Whiskey Class saat beroperasi
Kredit foto : Awak KS Whiskey Class saat beroperasi

Karena kecepatan KS whiskey class yang relatif rendah dibandingkan dengan fregat, maka keesokan harinya sekitar jam sepuluh pagi mereka menyusul KS kita. dimana fregat dari klas Riga menyalip KS kita dengan kecepatan penuh sekitar hampir 28 knot sedemikian rupa sehingga air yang tersibak dipotong oleh haluannya lalu terlihat seperti naik dan membenamkan tengah badan kapal mereka. Buih air turbulensi buangan baling-balingnya demikian hebat, maklum kedua power turbinnya masing-masing bertenaga 27.000 PK.
Tentunya tidak perlu heran kalau pun kapal-kapal ini menurut skenarionya berangkat bersama-sama akan tetapi sampainya di tempat tujuan waktu itu di Sabang beda-beda. Fregat KRI Nuku saat itu telah tiga hari lebih dahulu nongkrong di sana, padahal KS kita ini baru datang, hehehe… dan mereka sudah selesai melaksanakan perbaikan terhadap kerusakan-kerusakan yang terjadi selama dalam pelayaran kemarin dan awaknya sudah bebas untuk pesiar, sementara Awak KS kita ini masih harus sibuk mencari bengkel untuk memperbaiki peralatan kalau-kalau ada yang tidak berfunngsi dengan baik. Belum lagi agenda wajib setiap merapat yaitu mencari kran ledeng yang bisa dipakai mandi awak KS kita hehehe… Dan sialnya lagi saat baru selesai perbaikan dan belum sempat pesiar berkeliling-keliling kota Sabang, eh sudah ada perintah baru dari Pusat, Eskader sudah harus berangkat lagi. Nasib…
Setelah berlayar berputar putar patroli mengelilingi Pulau Sumatera dari sisi Barat dan sisi samudra Hindia selama beberapa hari, Eskader naik lagi ke Utara. Kemudian timbul masalah cadangan air suling habis. Air suling ini diperlukan untuk mempertahankan tinggi permukaan elektrolit di dalam baterai. Dengan setiap kali diisi atau dicharge maka lama kelamaan tinggi elektrolit akan turun. Untuk itu perlu mengisinya lagi agar baterai jangan sampai kering. Soalnya ini baterai KS Bung, bukan baterai nyang buat nyalain Radio Tape. Hehehe…
Kredit foto : Uraian Baterai KS
Kredit foto : Uraian Baterai KS

Di Sumatera bagian Utara baik Sabang maupun Medan saat itu tidak ada tempat untuk mendapatkan air suling. Satu-satunya kemungkinan adalah memperolehnya dari PLN di Jakarta atau Pertamina di Palembang. Nah kalau ke Jakarta sudah jelas enggak akan mungkin wong tidak akan disetujui oleh Gugus Tugas. Jadi tinggal satu pilihan: Palembang. Untuk itu KS kita dipersiapkan sebaik mungkin.
Singkat cerita KS kita mulai masuk Sungai Musi melalui muara sungai yang tepiannya tampak hanya sayup-sayup saking lebarnya dengan peran berlayar di permukaan. KS kita masuk ke daerah itu dengan menggunakan panduan dari seorang awak KS untuk memberikan gambaran keadaan medan sungai yang dilalui. Soalnya setelah kita mulai masuk sungainya baru ketahuan kalau cuaca dan jarak pandang di sungai musi ini amat cepat berubah.
Kalau saat kita masuk tadi pandangan amat luas dan kita bisa berlayar dengan KS sambil menikmati pemandangan hijaunya hutan-hutan di tepi sungai, tetapi pada waktu yang lain dalam tempo yang amat singkat bisa terjadi tiba tiba kabut datang dan semua yang terlihat hijau dan sejuk tadi menjadi kelabu keputih-putihan dan jarak pandang menjadi amat sangat terbatas.
Kalau sudah begini ini agar tetap dapat memberikan arahannya dengan tepat, petugas pandu tadi tidak beraksi dianjungan lagi, melainkan sampai turun ke haluan kapal, dan memberikan aba aba langsung dari sana. Tidak ada buoy yang jadi petunjuk bagi mereka untuk memberi aba aba, yang ada hanya pohon atau tanda yang hanya mereka yang mengenalnya.
Di salah satu kelokan sungai ada kejadian luar biasa. Saat kabut masih saja tebal dan jarak pandang betul-betul cuma berkisar tiga atau empat meter. Tiba-tiba saja awak Pandu berteriak-teriak panik: “awaaas, cikar kiri Komandan, …ada batang pohon melintang di kanan… motor mundur penuh,… sekarang cikar kanan Komandan…!” Karena tiba-tiba saja ada dahan pohon besar yang melintang di sebelah kanan KS kita.
Di tempat itu setelah bebas dari dahan pohon yang melintang tersebut, KS memutuskan untuk lego jangkar sambil menunggu agak terangnya kabut. Kalau sudah begini ini rasanya semua kapal akan memilih lego jangkar di tempat yang aman dulu deh. Dan sebagian awak KS kita harus menyiapkan UTM (udara tekanan menengah) terus menerus keanjungan, soalnya sewaktu-waktu dipergunakan untuk membunyikan gauk alias “Klakson” KS kita guna memberi tanda pada kapal-kapal lain supaya berlayar agak jauh dari KS kita.
Saat itu Komandan Gugus Tugas 71.1. Kolonel (saat itu) Pak Rudolf Kasenda, beliau memutuskan untuk ikut berlayar dengan KS kita ke Palembang. Suatu kehormatan memang akan tetapi bagaimana masalah protokolernya? Untunglah bahwa Komandan Gusus Tugas bukan seseorang yang mementingkan protokoler. Yang terpenting bagi beliau adalah bagaimana kapal perang siap teknis, bisa berlayar dan siap bertempur. Saat KS kita mulai masuk alur Sungai Musi, beliau juga ada dianjungan.
Ada sekitar enam jam lamanya KS kita berlayar menyusuri Sungai Musi dalam suasana alarm tempur itu. untuk naik keanjungan hanya bagi mereka yang memiliki keperluan penting dan harus atas ijin Perwira Jaga Bawah di Sentral. Dan yang berada dianjungan pun tidak ada yang turun. Semua kebutuhan macam minuman dan makanan kecil disiapkan di atas sana. Bisa dibayangkan betapa enggak enaknya enam jam “garing” kayak begitu karena memang anjungan tidak memiliki atap secuilpun. Dan itulah yang kemudian terjadi.
Pak Kasenda yang tidak biasa berpanas-panas di anjungan, merasa kepanasan lalu bermaksud turun ke bawah ke dalam kapal. Turun dari rubka (Bilik Tempur) beliau langsung masuk ke Ruang Dua. (Sebuah ruangan dalam KS Whiskey class, yang terdapat di atas Ruang Baterai grup I. merupakan ruangan khusus bagi Perwira juga sekaligus dalam keadaan darurat dapat berubah menjadi Ruang Rumah Sakit kalau ada yang mengalami luka luka dalam pertempuran. Meja makan yang ada dilengkapi dengan lampu besar untuk melaksanakan operasi / pembedahan).
Akan tetapi ternyata di sana suasananya lebih enggak enak lagi dibandingkan dengan suasana di anjungan, selain hawanya yang amat panas plus ditambah ruangannya yang juga amat pengap dicampur lagi dengan bau khas KS Whiskey Class semacam gas hidrogen, keringat, vet, ikan asin lauk pauk dan tentu aja bau “ketiak” awak-awaknya yang enggak pernah mandi hehehe…, yang pasti terasa terlalu menyengat bagi orang yang baru masuk ke dalam KS.
Benar saja, baru masuk sebentar beliau sudah keluar lagi dan naik kembali ke anjungan. Sebelum naik beliau sempat berkomentar: ”Wah ternyata memang sangat tidak enak jadi orang kapal selam!”. Dan pada akhirnya KS kita selamat sampai ke Palembang. Bersambung…..
“Wira Ananta Rudhiro”
“Jalesveva Jayamahe”
“NKRI harga mati!”
by Pocong Syereem

Kamis, 01 Mei 2014

Slamet Soebijanto, Obsesi Kejayaan Maritim RI

Laksamana Mayda TNI (Purn) Slamet Soebijanto

Kucuran dana Rp 6,7 triliun dalam skandal Bank Century merupakan dana yang cukup besar untuk Indonesia. Sementara, besaran dana yang tidak jelas dalam Skandal Century mencapai Rp 5,4 triliun. Jumlah dana itu jika digunakan untuk memperkuat system pertahanan, akan meningkatkan kemampuan pertahanan TNI secara drastis. Karena disisi lain, pemerintah melalui Departemen Pertahanan memang telah menunda rencana pembelian kapal selam hingga 2011 dengan alasan anggaran yang tidak tersedia.
Setidaknya, dana tersebut bisa digunakan untuk membeli dua kapal selam kelas Kilo yang dilengkapi peluru kendali dengan jarak jangkau hingga 300 kilometer. Sementara jika dibelikan kapal korvet kelas Stereguchy dengan kemampuan peperangan diatas air dan udara, serta dilengkapi peluru kendali jangkauan 300 kilometer, akan mendapatkan tiga unit kapal.
Hitung-hitungan tersebut diungkapkan Laksamana Madya TNI (Purn) Slamet Soebijanto. Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) ini sangat gusar dengan besaran skandal Century yang demikian besar, sementara disisi lain, kondisi alat utama system persenjataan (alutsista) TNI sangat memprihatinkan.
Jauh sebelum kabinet Indonesia Bersatu II menempatkan “revitalisasi industry pertahanan” sebagai salah satu “program seratus hari”, mantan Wagub Lemhannas ini sering mempertanyakan kebijakan politik pemerintah terkait prioritas peningkatan kemampuan pertahanan Indonesia.
Ketika menjabata sebagai KSAL, pria kelahiran Mojokerto, 4 juni 1951 ini, berjuang keras untuk meningkatkan kemampuan pertahanan, khususnya angkatan laut, yang jauh dibawah kekuatan Negara tetangga. Bahkan lebih jauh, pria yang dikenal teguh memegang prinsip dan disiplin tinggi ini, berambisi membawa Angkatan Laut kepada kejayaan Indonesia, sebagai Negara maritim.
Penyandang bintang Yudha Dharma Pratama ini bahkan sempat melontarkan ide untuk “mencuri” teknologi pertahanan Negara maju demi terhujudnya pertahanan nasional yang setara dengan Negara lain. Skenario mengadopsi teknologi pertahanan Negara lain ini juga dilakukan oleh Negara-negara maju.
Selain itu, untuk tercapainya kemandirian dalam pemenuhan kebutuhan alutsista TNI, khususnya TNI AL, dilakukan reverse engineering alutsista. Reverse engineering sudah dilakukan untuk produk ranjau dan sensor. Bahkan untuk keperluan riset dan penelitian produk pertahanan, Slamet sempat mengusulkan cara trial and error. Pertimbangannya, riset dan penilitian membutuhkan waktu yang relatif lebih lama.
Hingga diujung jabatannya, Slamet Soebijanto tetap memegang komitmen tersebut. TNI AL telah menetapkan postur kekuatan hingga 2024 untuk pemekaran dan profesionalisme mewujudkan kebijakan “Green Water Navy”, postur kekuatan itu salah satunya penambahan jumlah armada Kapal Perang RI (KRI) sebanyak274 unit. Selain itu, dikembangkan komando armada laut menjadi tiga wilayah, komando wilayah laut (Kowilla) Barat di Tanjung Pinang Sumatra, Kowilla Tengah di Makassar Sulsel, dan Kowilla Timur di Sorong, Papua.
Salah satu implementasi komitmen itu adalah keputusan TNI AL untuk membeli Kapal Selam dari Rusia dipilh karena memiliki teknologi yang bisa diandalkan dan harga lebih murah dibanding produk Jerman atau Prancis.
Keputusan itu didasarkan kepada keputusan politik Indonesia untuk tidak menggantungkan diri terutama kepada Negara-negara Barat dalam hal keperluan persenjataan. TNI AL akan membeli 6 Kapal selam berbagai kelas dari Rusia.
Apa lacur, keputusan TNI AL tersebut justru dipangkas oleh pengganti Slamet Soebijanto, Laksamana Madya TNI Sumardjono. Satu hari setelah dilantik menjadi KSAL, Sumardjono langsung mengeluarkan kebijakan memangkas program pembelian kapal selam kelas Kilo dari Rusia yang di gagas Slamet Soebijanto. Alasan pemangkasan itu karena keterbatasan anggaran TNI yang terbatas.
Padahal, menurut Slamet Soebijanto, TNI AL mutlak membutuhkan enam kapal selam. Dengan pertimbangan, kebutuhan berdasarkan luas wilayah dan penyeibangan kekuatan di kawasan. Kapal selam merupakan alat penangkal yang paling kuat pada setiap Negara, karena kapal selam sulit diseteksi lawan. Terbatasnya alutsista TNI itu membuat Indonesia disepelekan banyak Negara, bahkan Negara tetangga.
Selain pembelian kapal selam, kebijakan Slamet terkait rencana perluasan pangkalan di pulau terluar juga di evaluasi oleh Sumardjono. Ketika itu, Slamet Soebijanto memiliki pertimbangan, pangkalan di pulau terluar akan berfungsi menagkal bahaya musuh yang biasa seliweran diperairan Indonesia.
Tak urung, sejumlah pihak menghubungkan pemangkasan program TNI AL dan penggantian Slamet Soebijanto itu sebagai satu benang merah yang saling bersinggungan. Memang, pergantian Slamet Soebijanto sangat mendadak. Di mana, Mabes TNI mengumumkan sehari sebelum pelantikan KSAL yang baru, 7 November 2007.
Slamet Soebijanto sendiri membantah sinyalemen tersebut. Slamet Soebijanto mengaku tidak kecewa atas pergantianya. Slamet juga membantah jika pergantian didasarkan adanya perbedaan sikap dengan petinggi TNI ataupun Presiden terkait kebijakan alutsista.
Langkah Slamet Soebijanto untuk menyumbangkan pengalaman dan pemikirannya bagi bangsa dan Negara tidak terhenti meskipun harus meninggalkan jabatan KSAL. Bermodalkan pengalaman berkarir menjadi anggota TNI AL lebih dari 30 tahun, Slamet Soebijanto sempat mencatatkan diri sebagai salah satu calon Presiden RI dari jalur independen pada Pilpres 2009.
Pencalonan Slamet di antaranya didukung oleh Aliansi Masyarakat adat Indonesia, Paguyuban seni dan Budaya Nusantara serta Aliasi Gerakan Mahasiswa Indonesia. Memang, pintu capres Independen tetutup setelah Mahkamah Kostitusi menolak uji material UU Pilpres yang tidak mengkomodasi capres independen.
Slamet terpanggil sebagai capres independen karena ingin menyelamatkan bangsa dari persoalan yang sedang dihadapi saat ini. Bagi Slamet, untuk menyelamatkan Bangsa dan Negara Indonesia saat ini, seharusnya kembali kepada ideologi Pancasila dan UUD 1945. Selai itu Slamet mengusung program transparansi anggaran, land reform, dan pengelolaan migas oleh bangsa sendiri.
Profil
Nama                   : Laksamana Mayda TNI (Purn) Slamet Soebijanto
Tempat/Tgl Lahir  : Mojokerto, 4 Juni 1951
Agama                 : Islam
Pendidikan         :
-    Pendidikan militer AAL-19 (1973)
-    NBCD Course, Nederlands (1979)
-    Sys, Weapon Comm.Crs, Nederlands (1979)
-    Dik Alut Baru/Ops. School, Holland (1980)
-    Command Team Train , (ASW/SW&AWN) (1980)
-    Helicopter Direction, Nederlands (1980)
-    Command Post Exercise, Philindo (1981)
-    Diklapa II/Koum (1983)
-    Sus Dan Kapal Atas Air (1985)
-    Seskoal Angk-26 (1988/89)
-    Operational Art, Yugoslavia (1990)
-    Sesko ABRI Angk-20 (1993/94)
-    KRA-33 Lemhannas (2000/01)
Karier & Penugasan    :
-    Kasie Navi KRI Thamrin (1974)
-    Kadep Navop KRI Rakata (1980)
-    Komandan KRI Siliman (1984)
-    Komandan KRI pulau Ratewo (1989)
-    Kasilingstra Ditdik Seskoal (1991)
-    Komandan KRI Mongonsidi (1994)
-    Sahli “E” Pangarmatim, Ksubditstratik Ditopslatal (1996)
-    Paban V Straops Sops Kasal (1997)
-    Asrena Pangarmatim (1998)
-    Wasrena Kasal (1999)
-    Waasrenum TNI ( 2000)
-    Komandan Kodikal (2002)
-    Pengkoarmatim (2003)
-    Wagub Lemhannas (2003)
-    KSAL (2005-2007)

Kontrak sensor M-TADS/PNVS Apache Indonesia

 
photo  : http://static.guim.co.uk

Lockheed Martin telah mendapatkan Kontrak senilai USD80 juta untuk memasok fire-control sensors yang akan dipasang ke helikopter Apache AH-64E yang dipesan oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 2013.
Departemen Pertahanan AS memberitakan pada tanggal 29 April, bahwa Lockheed Martin telah dikontrak untuk memasok Indonesia dengan delapan s/d sembilan modernisasi Target Acquisition Designations/Sight Pilot Night Vision Sensors (M-TADS/PNVS), beserta suku cadangnya.
Kontrak ini menggunakan Foreign Military Sale (FMS), dengan pengiriman diperkirakan lengkap oleh tahun 2018.
Washington dikonfirmasi di bulan Agustus 2013 bahwa mereka telah setuju untuk menjual delapan Apache helikopter ke Indonesia. Kesepakatan FMS dengan biaya senilai USD500 juta.  (http://www.janes.com)